Sejak duduk di bangku kuliah dulu, aku sudah senang membaca buku-buku tentang travelling. Salah satu buku favouritku adalah buku yang berjudul Jilbab Traveller yang ditulis oleh mbak Asma Nadia. Aku menyukai bukunya, karena menceritakan berbagai pengalaman muslimah yang pernah berkunjung atau emang tinggal menetap di berbagai negara di belahan dunia. Seringkali, kisah-kisah di dalamnya berhasil membuatku larut dalam kisah mereka, lalu merasa seolah aku menjadi pemeran di cerita itu. Jadinya, aku sering membayangkan keadaan hidup di luar negeri itu seperti apa. Kemudian, berharap suatu hari juga bisa mengunjungi negara-negara yang mereka ceritakan tersebut, Belgia misalnya, lalu mengalami berbagai pengalaman menarik seperti mereka. Dengan harapan, itu bisa semakin membuka cakrawala berpikirku. Menjadi ajang uji nyali :D dan belajar untuk survive di negara orang.
Belgium atau Belgia - Hari ini, Sabtu 13 November 2021, adalah kali pertamaku berkunjung ke negara ini - adalah salah satu negara yang jaraknya sangat dekat dengan negara dimana aku sedang menempuh studi saat ini, Belanda. Di sebelah xxxx, negara ini langsung berbatasan langsung dengan Belgium, sehingga sangat mudah untuk menjangkaunya. Selain karena jaraknya yang dekat, pilihan transportasinya cukup banyak dan harganya masih terjangkau. Tentu saja, menggunakan transportasi pribadi atau menyewa mobil lalu mengemudi bersama teman-teman akan semakin cost and time effective. Jika tidak, transportasi umum juga bisa menjadi pilihan yang ramah. Ya, tak salah lagi, itulah yang ku lakukan hari ini.
Sudah cukup lama aku di Belanda, hampir setahun. Sayangnya, saking dekat dan populernya, mungkin aku satu-satunya orang yang belum pernah berkunjung ke negara ini dibanding kawan-kawanku yang lain (ketinggalan banget yaa andah!). Maka, hari ini ku putuskan untuk jalan sendirian. Lagipula, aku lebih senang berjalan sendirian, dengan begitu aku merasa memiliki lebih banyak waktu untuk berdialog dengan diri sendiri, sambil terus berhikmah dari setiap peristiwa yang ku dapati dalam perjalanan tersebut. Berharap a short escaping ini bisa memberiku berbagai pelajaran hidup nantinya. So, let me say "hi" to Belgium today. Yup, mari menengok dan berkenalan dengan Belgia.
Aku memilih dua moda transportasi hari ini untuk return-one day trip, berangkat menggunakan Flixbus via Roermond Station (Rute Roermond Station - Brussel North Station; 8 eur) dan pulang menggunakan Train via Brussel Centraal (Rute Brussel Centraal - Roosendal ; 12 eur). Rute perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan tentunya, apalagi buatku di yang bermukim di salah satu "kota" tapi rasa "desa" di Belanda ini, yang dihuni oleh banyak mahasiswa internasional dari berbagai negara, Wageningen. Meski begitu, aku tetap menikmati perjalanan singkat ini. Setidaknya aku jadi punya gambaran mengenai transportasi umum ketika suatu saat nanti berkunjung ke negara-negara lainnya sebagaimana dalam bucket lists aku nantinya, sebagai seorang solo traveller. Diaminkan saja yaa hihihi..
Wageningen, Gelderland - 6.25 a.m. CET
Sekarang adalah musim gugur atau autumn atau orang amerika lebih menyebutnya fall. Tepat sekali seperti bayangan kalian. Jam segini langit masih gelap, kalau di Indonesia mungkin masih seperti jam 4-5 subuh. Sholat shubuh pun masih sekitar 5 menitan lagi. Sementara dengan aku, aku sudah siap menunggu di Halte Mondrianlaan, yang terletak di depan housing Dijkgraaf tempatku tinggal. Berdasarkan aplikasi 9292 yang sering digunakan oleh orang-orang disini untuk mengecek dan merencanakan perjalanan, harusnya bus yang aku naiki akan berangkat pada jam 6.26 dari halte ini. Tentu saja, aku tak mau ketinggalan.
Sayangnya, tiba-tiba ada keterangan bahwa keberangkatan bus di jam tersebut dibatalkan. Alhasil, aku harus kembali menunggu 30 menit lagi untuk keberangkatan berikutnya. Sempat ada pikiran, bagaimana jika ku batalkan saja perjalanan ini. Hujan-hujan gini (yang tetiba menjadi deras) enaknya rebahan, menghangatkan diri di dekat heater ditemani segelas susu coklat hangat dan sisa waffle yang ku beli 2 hari yang lalu. Tapi, lamunanku buyar ketika ada seorang mas-mas yang juga memiliki tujuan yang sama denganku, stasiun Ede-Wageningen. Kami ngobrol sambil menunggu hujan mereda sebelum kami berpindah ke halte yang berikutnya. Ternyata si mas-mas tadi lagi mau ikut lomba skateboard makanya berangkat sepagi itu, dengan harapan bisa tiba tepat waktu di lokasi.
Finally, Ku putuskan untuk melanjutkan perjalanan. Gapapalah yaa menunggu lagi, setidaknya kali ini, aku tidak sendirian disini.
Roermond, Limburg - 9.30 a.m CET
Aku tiba di Roermond Station sekitar jam 9.30-an pagi tadi. Sebenarnya ini agak terlambat 1 jam dari rencana awal, karena ada keterlambatan keberangkatan kereta tujuan Maastrich dari Utrecht hari itu. Rencana untuk eksplor beberapa spot di Roermond sebagaimana itinerary yang ku buat semalam pun (agak) berantakan. Aku hanya punya waktu satu jam setengah di Roermond hari ini sebelum bus yang akan membawaku ke Brussel tiba di halte.
Aku memutuskan untuk ke area open market-nya saja sembari menunggu. Aku berjalan sekitar 1.5 km dari stasiun menuju area open market tersebut. Ditemani gerimis kecil, aku berjalan di area centrum sembari memperhatikan gaya arsitektur bangunan disana. Bangunan-bangunannya memiliki gaya yang khas dan berbeda dari gaya bangunan Belanda pada umumnya (masih bingung mendeskripsikan modelnya dengan kata-kata wkwkwk). Bisa lihat perbedaannya di gambar-gambar berikut (dicomot dari internet).
Tidak banyak banyak yang ku lakukan. Hanya berjalan berkeliling open market, membeli kibbeling seharga 3 eur, dan membeli payung di Kruidvat buat berjaga-jaga. Just in case jika hujannya semakin deras. Lalu, aku kembali ke stasiun untuk menunggu bus yang akhirnya datang sekitar jam 11.05 a.m (terlambat 5 menit dari jadwal awal).
By the way, sebenarnya agak deg-degan ketika menunggu bus. Aku kira aku salah station dan berpotensi ketinggalan bus, karena belum pernah naik Flixbus ini sebelumnya. Aku sudah sempat browsing bagaimana cara untuk membatalkan tiket kereta Brussel-Roosendal yang sudah ku pesan untuk berjaga-jaga kalau benar akannketinggalan. Kan lumayan tuh 12 euronya balik. Untungnya, aku sudah berada di jalur yang tepat.
Brussel - 13.05 p.m CET
Roermond-Brussel memakan waktu 2 jam perjalanan. Jalurnya mostly melewati jalan tol, sehingga pemandangannya tak seindah di kereta. Aku tiba di Brussel Nord-Station sekitar pukul 13.05 waktu setempat. Merasa lega karena akhirnya sampai juga. Aku turun dari Bus, lalu membuat peta rute perjalanan di google map.
Sebenarnya, perjalanan ini terlalu singkat dan aku tidak punya banyak waktu meng-eksplor banyak tempat. Bahkan rasa-rasanya satu lokasi saja tidak cukup. Anggap saja ini fase perkenalan, jadi singkat. Ditambah lagi, langit menjadi gelap tiba-tiba, hujan deras lalu mengguyur. Di sisi lain, aku merasa senang dengan kehadiran hujan siang tadi. Setidaknya, ada hal yang menguatkanku bahwa membeli payung ketika masih di Roermond tadi adalah keputusan yang tepat. Iya, sebenarnya aku rada menyesal ketika (terpaksa) membeli payung tersebut, karena setelah ku beli payungnya cuaca langsung terang-benderang. Alhamdulillah yaa...
Aku akhirnya hanya mendatangi sedikit dari banyaknya spot menarik di area Brussel-Central seperti Grand Palace Brussels atau Grote Markt. Di area ini terdapat berbagai bangunan populer seperti Brussel Town Hall dan Bread House. Bangunan-bangunan ini termasuk dalam UNESCO World Heritage Site. Selain itu, sebagai negara yang terkenal dengan Waffle, aku juga berniat untuk mencoba kuliner legendaris negara ini dong (walau sebenarnya lidahku terlalu polos, untuk menentukan jenis makanan yang mana yang paling enak karena menurutku beberapa makanan itu rasanya yaa sama saja).
Bak gayung bersambut, langsung ku dapati sebuat warung waffle yang sepertinya enak karena antriannya yang bak ular naga panjangnya. Setelah mengantri lama, tibalah giliranku tapi ternyataa mereka hanya mau menerima pembayaran cash. Aku tak punya cash, maka ku lanjutkan perjalanan hari itu tanpa berhasil mencicipi waffle legendaris tersebut. Sebenarnya setelah itu aku menemukan atm tarik tunai dan warung yang bisa pake card, tapi kalau harus ikut ngantri lagi pasti bakal lebih lama lagi. Ikhlas lah yaa, nanti aja kapan-kapan balik lagi dan mencicipi waffle legendaris ini.
Meski hujan, ku tetap menikmati perjalananku hari ini. Hujan ini juga yang telah mempertemukanku dengan Nadine dan menemani perjalananku di satu jam terakhir sebelum ku kembali ke stasiun. Nadine adalah mahasiswa dari Africa yang sedang studi di Paris. Dia sedang liburan dengan beberapa teman-temannya disini, tetapi waktu itu mereka sedang berpencar sendiri-sendiri. Kami sempat berbincang mengenai hal-hal tipikal di negara masing-masing seperti makanan dan budaya. Di awal perbincangan kami, setelah menyebutkan namaku, dia langsung bisa menebak kalau aku dari Indonesia. "One of my best friend in uni in France is Indonesian. She was telling me about some Indonesian names, e.g. Ana, Siti, Wati, Nurul, etc.".
Sayangnya aku tak bisa berlama-lama Aku harus kembali ke stasiun. Sengaja ku ke stasiun lebih awal untuk berjaga-jaga jika ada tragedi nyasar dulu meski untungnya tidak. Aku melihat jadwal keberangkatan kereta yang akan ku naiki. Sayangnya, belum terpampang. Akhirnya, ku bertanya ke mas-mas petugas stasiun dimana aku bisa melihat keteran mengenai peron keberangkatanku nantinya.
"Where do you want to go?"
"Roosendal"
"Wait a minute, I'll show you where you should go!", ia mengecek rute tersebut di hape-nya. Sepertinya sih ada aplikasi khusus yang bisa ku gunakan De Lijn misalnya. Tapi apalah aku yang belum sempat mencari dan membaca lebih detail tentang hal yang satu ini.
"Ah, okay"
"There you go! You can take a picture of this....", mas-masnya meminta saya untuk mengambil gambar rute kereta yang harus saya naiki.
"Well, thank you!"
Aku langsung menuju ke lokasi yang ditunjukkan oleh mas-mas petugas tersebut.
Stasiun Antwepen (Anvers) - Belgium, 06.00 p.m
Aku harus turun dan ganti kereta di stasiun ini untuk melanjutkan perjalanan ke Roosendal. Stasiun ini sangat megah bahkan stasiun ini dinobatkan sebagai stasiun termegah di Eropa versi traveller. Terdiri dari 4 lantai, dan di setiap lantai ada jalur keretanya (sekitar 14 in total). Aku turun di peron paling bawah (kalau tidak salah), sementara untuk peron kereta selanjutnya, aku harus berangkat dari peron 5 yang mengharuskanku naik 3 lantai dari posisi awal.
Aku hanya berdiam di dalam stasiun kali ini. Rasanya tubuhku sudah mulai kelelahan karena perjalanan panjang hari ini.
Kereta yang akan membawaku dan penumpang lainnya ke Roosendal sudah tiba. Tidak lama kemudian, aku sudah bisa duduk manis di dalam kereta. Untung saja tadi aku bergerak cepat dan cukup gesit sehingga memperoleh seat dengan posisi yang nyaman. Beberapa menit kemudian, kereta mulai bergerak perlahan meninggalkan Anvers. Ku buka laptop yang menjadi pemberat tas-ku sejak tadi pagi. Ku mulai mengedit beberapa tulisan, dan memulai mengetik kata demi kata, kalimat demi kalimat dalam tulisan ini.
Dalam perjalananku dari Anvers Centraal ke Roosendal, ingatanku melayang ke segala hal yang sudah ku lalui hari ini. Memang tak bisa ku bohongi kalau sekarang punggung dan kakiku sudah mulai pegal. Mungkin gegara ranselku yang begitu berat karena berisi laptop beserta pernak-pernik lain yang rasanya ada yang kurang kalau tak ku bawa bersamaku. Atau, mungkin gegara kaki yang melangkah tanpa henti menyusuri sudut-sudut area Brussel Centrum ini. Diperparah lagi dengan rute jalan kaki-ku yang sempat ku ubah gegara ada laki-laki yang mencurigakan yang seolah mengikutiku di sebuah gang yang sepi. Aku terpaksa berbalik arah dan mengikuti rute yang ramai pejalan kaki, meski jadinya lebih jauh 500 meter dari rute awal. Ini sangat mendebarkan sih...
Aku sengaja membawa laptop, karena telah merencanakan untuk menulis kisahku hari ini (TULISAN INI), di blog ini. Juga, aku berencana untuk melakukan proses editing terhadap tulisan yang rencananya ingin ku abadikan lewat sebuah buku di kereta, dalam perjalanan pulang ke Wageningen nantinya. Aku mulai serius mengetik meski sesekali perhatianku teralihkan ke Ibu-Ibu yang sudah agak tua (sepertinya Dutch) disampingku yang sedang serius menonton drama korea hahahaa..
Wageningen, 21.00 p.m
Ketika sampai di Roosendal Station, dalam hati ku berkata "Welcome Home". Padahal perjalanan masih jauh wkwkw, masih harus melanjutkan perjalanan lagi sekitar 2 jam untuk sampai di rumah. Tapi serius, setelah berperjalanan keluar Belanda, ketika sudah sampai di belahan Belanda saja, dimanapu itu, rasanya sudah sangat senang. Sesederhana itu.
Sekitar pukul 21.00 p.m, aku baru sampai di rumah. Aah.. Aku tersenyum, dan berkata dalam hati Alhamdulillah 'ala kulli haal..
Menulis dalam perjalanan Belgia-Belanda
Sabtu, 13 November 2021