Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Setiap negara
pastinya memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh adalah
perbedaan antara budaya timur dan barat. Kebudayaan Barat seperti
Amerika merupakan kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara
mamahami ilmu pengtahuan dan filsafat.
Mereka
melakukan berbagai macam cara diskusi dan debat untuk menemukan atau menentukan
makna seperti apa yang sebenarnyamurni /asli dari kesadaran. Mereka banyak
belajar dan juga mengajar yang awalnya datang dari proses diskusi dan
perdebatan yang mereka lakukan. Melalui proses belajar dan mengajar, para ahli
kebudayaan barat dituntut untuk pandai dalam berceramah dan berdiskusi. Hal itu
dilakukan karena pada akhirnya akan banyak yang mengikuti ajarannya.
Kebudayaan
Timur seperti Indonesia adalah kebudayaan yang cara pembinaan
kesadarannya dengan cara melakukan berbagai macam pelatihan fisik dan mental.
Pelatihan fisik dapat dicontohkan dengan cara menjaga pola makan dan minum
ataupun makanan apa saja yang boleh dimakan dan minuman apa saja yang boleh di minum,
karena hal tersebut dapat berpengaruh pada pertumbuhan maupun terhadap fisik.
Sedangkan untuk pelatihan mental yaitu dapat berupa kegiatan yang
umumnya/mayoritas dilakukan sendiri. Selain
itu ada beberapa perbedaan mendasar antara budaya amerika dan Indonesia jika
dilihat dari budaya dan pola hidup sehari-hari.
Budaya membaca telah
menjamur
Masyarakat
Amerika memang memiliki pola pikir yang lebih maju dari orang Indonesia. Memang
tidak semua, tapi rata-rata seperti itu. Di dalam sebuah buku yang ditulis oleh
penulis Amerika, menyatakan bahwa masyarakat Amerika sudah memilki kebiasaan
membaca buku yang mengakar jauh sebelum pesawat televisi ditemukan, ketika itu
waktu lebih banyak dihabiskan untuk membaca buku. Maka tidak heran jika saat
ini masyarakat Amerika umumnya memiliki pengetahuan yang lebih maju dibanding
masyarakat Asia seperti di Indonesia. Sebaliknya masyarakat Indonesia justru
menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak begitu penting dan melupakan hal-hal
yang penting. Hanya sebagian persen orang Indonesia yang memiliki minat baca
yang tinggi. Saat ini orang Indonesia lebig senang menghabiskan waktunya untuk
menonton TV yang notabene dampak negatifnya lebih banyak. Selain Amerika,
negara lain yang memiliki minat baca yang tinggi adalah negara Jepang. Hal ini
bisa dilihat dari kebiasaan para remaja saat di kereta atau saat sedang
menununggu bus di halte, mereka selalu menyempatkan untuk membaca buku.
Konsumerisme
Orang
Indonesia cenderung ikut-ikutan. Entah itu trend handphone, memakai
kawat gigi, bermobil, dan sejenisnya. Hal itu menyebabkan tingkat konsumsi
Indonesia akan barang luar sangat besar. Apalagi penyebabnya kalau bukan
iklan-iklan tidak bermutu di media massa dan tekanan teman-teman (peer group).
Remaja-remaja membuang-buang uang untuk membeli BlackBerry, berbondong-bondong
ke ahli gigi untuk memasang kawat gigi yang membuat penampilan mereka semakin
hancur saja, dan merengek kepada orang tua agar dibelikan mobil. Bahkan para
orang tua pun memiliki konsumsi yang cukup besar, apalagi yang tinggal di
daerah metropolitan seperti Jakarta.
Sebenarnya
orang Amerika tidak terlalu berbeda dengan orang Indonesia, tetapi mereka
mempunyai konsep yang jelas tentang keuangan mereka. Dengan bantuan financial
advisor, perencanaan keuangan menjadi mudah. Ditambah dengan asuransi, maka
mereka tidak perlu khawatir apabila mobil mereka tiba-tiba hancur. Tapi yang
terlihat jelas berbeda adalah kemampuan remaja Amerika dalam mencari uang
sedari remaja. Tidaklah aneh melihat mahasiswa bekerja di sebagai kasir convinience
store atau busboy di McDonalds untuk mencari tambahan uang jajan. Intinya,
mereka lebih tahu cara menggunakan uang.
Tingkat penghargaan
Seperti
yang sering kita dengar, Indonesia berlangganan juara Olimpiade. Jangan salah,
setiap Olimpiade Sains Internasional, Indonesia pasti menghasilkan juara yang
banyak. Setelah menang Olimpiade Sains, apa yang terjadi dengan pemenangnya? Ia
akan ditawari masuk universitas negeri ternama di Indonesia dengan janji
beasiswa, dimana ia bisa melanjutkan kariernya atau penelitiannya.
Sekarang kita lihat
negara Paman Sam. Saya jarang sekali mendengar berita bahwa ada siswa SMA
Amerika mendapat juara Olimpiade Sains Internasional. Yang lebih sering saya
dengar adalah atlet football SMA mendapat beasiswa penuh masuk Stanford atau
Yale. Sekedar informasi, sangat susah mendapatkan beasiswa penuh di Amerika,
kecuali anda memang sangat, sangat berprestasi dan memiliki nilai SAT yang
tinggi. Dan nanti, atlet berbakat ini akan bermain Major League Football dalam
tim negara bagiannya, mewakili negara bagiannya, bak seorang pahlawan.
Keduanya merupakan
prospek yang bagus. Tapi, sekarang kita lihat kelemahannya. Kebanyakan pemenang
Olimpiade Sains hampir tidak dikenal oleh masyarakat luas. Lalu, kasus seorang
atlet. Jika anda berkunjung ke negara bagian tempat ia dibesarkan, tanyalah
pada seorang warga, kemungkinan besar dia akan tahu nama pemain football dalam
timnya. Di Amerika, atlet mendapat penghargaan dari masyarakat biasa karena
mereka merasa ia bak seorang hero yang berjuang demi negara bagiannya.
Jeleknya, saat ia kalah tragis, ia akan jadi bahan cemoohan rakyatnya dan
mungkin bisa dikeluarkan dari tim. Jadi, keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangan. Tapi, perbedaan yang paling jelas adalah tingkat penghargaan
yang diberikan. Dimana di Indonesia tingkat penghargaannya sangat rendah.
Membutuhkan keberanian
Mungkin
sudah menjadi kebiasaan turun-temurun bahwa orang Indonesia adalah orang yang
agak malu-malu, kecuali pejabat kita yang tebal muka. Biasanya, orang Indonesia
suka mencari aman. Seperti bekerja sebagai PNS. Alasannya, karena hidupnya
ditanggung negara, bisa dapet fasilitas lumayan, dan masa pensiun terjamin. Mungkin hal ini yang
menyebabkan tes CPNS semakin ramai saja.
Coba
kita cek ke Amerika. Paham kapitalis membuat segalanya menjadi mungkin. Kalau
anda lihat, lebih banyak orang Amerika bekerja dalam sektor swasta, bukan
negeri. Coba anda lihat Microsoft, IBM, dan masih banyak lainnya. Microsoft
didirikan oleh Bill Gates yang putus sekolah, tetapi lihat OS yang anda pakai
sekarang (yang tidak memakai Windows, jangan dihiraukan). Orang Amerika lebih
berani menghadapi resiko dibandingkan orang Indonesia. Kebanyakan orang
Amerika lebih memilih menjadi entrepreneur daripada bekerja di bawah
pemerintah. Malah, terkadang, PNS bisa hidup lebih menderita daripada pegawai
swasta. Kalau di Indonesia, pekerjaan PNS lebih banyak dicari, dan sektor
swasta kita serahkan pada investor asing yang memang lebih berani daripada kita
(dan mempunyai sumber daya lebih). Contoh lainnya yang lebih ringan adalah
keberanian orang Amerika mencoba hal-hal yang dianggap gila oleh kita, tetapi
mereka bisa melakukannya meski gagal. Mungkin istilah kerennya “jackass”
Tingkatan Gengsi
Banyak
orang Indonesia yang sekolah tinggi-tinggi demi menjadi pegawai negeri, tak
sedikit pula yang rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk bisa menjadi
pegawai negeri sipil. Kita lihat orang Amerika, orang-orang mau bekerja jadi
apa saja mulai dari kasir sampe tukang antar pizza hanya untuk mendapatkan .
Kenapa
banyak yang membeli HP yang jauh lebih mahal dari keperluan kita? Kenapa harus
beli mobil yang mahal yang jauh daripada kebutuhan kita? Kenapa kita sering tak
mau mengalah dan terlibat dalam perdebatan dengan orang lain? Kenapa banyak
orang berkelahi bahkan sampai membunuh hanya karena tersinggung oleh masalah
kecil? Kenapa Orang banyak berhutang untuk Gaya Hidup yang Maksimal, dengan
Pendapatan minimal? Jawabnya Demi gengsi...satu kata yang cukup membuat harga
diri terusik. Kita gengsi kalau tak punya baju bagus, mobil mewah, rumah bagus,
HP terbaru, Atau Gadget Mutakhir, bahkan kita gengsi untuk meminta maaf
meskipun kita mengetahui kita berada pada posisi yang salah. Manusia ingin
dihargai, ini bagus. Sayangnya kita sering kebablasan, kita haus akan
kebanggaan diri yang tidak ada habis-habisnya. Diri kita ingin selalu menang
dari orang lain, ingin selalu dihormati, ingin dilayani. Kita mati-matian
melindungi diri kita agar tidak disinggung orang, agar tidak direndahkan atau
dihina. Maka seumur hidup kita sibuk melindungi harga diri kita. Kenapa orang
bangga kalau punya barang mewah? Kenapa orang malu kalau tak punya? Hanya
karena orang ingin merasa diri lebih baik daripada orang lain. Padahal kita
pasti tidak akan lebih baik meskipun kita memiliki kekayaan yang berlimpah.
Mengapa
terkadang memilih membeli jas-jas buatan desainer dunia yang namanya kondang
setinggi langit Bukan karena ukurannya yang mungil, bukan juga karena
potongannya yang lebih ramping. Label yang dijahitkan di jas itu membuat kita
turut melambung bersama, dan secara tak langsung diasosiasikan dengan sesuatu
yang mahal. Mengapa kita serang meminta menulis nama dan gelarnya selengkap
mungkin. Prof Dr XXX, Eng, MM, Msi. Orang yang memilih gengsi sebenarnya tak
punya apa-apa yang patut dibanggakan. Maksudnya, perbuatan besar. Karena itu,
untuk memperoleh rasa hormat secara mudah dan instan kita melakukan semua
kegiatan "besar" itu.
Apa
yang menyebabkan gengsi ini? Pertama sudah pasti karena budaya dan norma kita.
Paling tidak ada ketiga budaya dan norma yang membuat gengsi ini menjadi
kebutuhan yang cepat terjadi. Pertama, konsumen Indonesia menyukai untuk
sosialisasi. Ini kemudian mendorong seseorang untuk pamer atau tergoda untuk
saling pamer. Kedua, kita masih menganut budaya feodal. Inilah yang menciptakan
kelas-kelas sosial. Akhirnya, terjadi pemberontakan untuk cepat pindah kelas.
Walau belum sesungguhnya pindah kelas, tetapi bisa dimulai dengan pamer
terlebih dahulu. Ketiga, masyarakat kita mengukur kesuksesan adalah dengan
materi dan jabatan. Akhirnya, banyak di antara kita ingin menunjukkan
kesuksesan dengan cara memperlihatkan banyaknya materi yang dimiliki. Di
Indonesia gengsi itu terlalu tinggi. Sedangkan di Amerika sangat jarang
orang-orang yang memilki sifat gengsi.
Ke Luar Negeri akan
lebih baik
Indonesia
sebenarnya lebih baik dari Amerika. Namun, kenapa kita masih kalah? Pertama,
hal tersebut dimulai dari zaman nenek moyang. Mereka bertualang dan mengadopsi
kebudayaan dan hal lain dari dunia luar. Dan hal tersebut membuat kita
berpikir, “di luar ada yang lebih bagus, kenapa kita tidak keluar saja? Kita
sebenarnya memiliki kualitas yang lebih bagus, tapi sayangnya semua sudah pergi
ke luar negeri. Dan coba lihat apa yang ditinggalkan di negerinya! Yang
tertinggal di negeri kita hanyalah orang-orang yang kurang berkualitas,
sehingga jika dibuat grafik dalam negeri justru kebanyakan adalah sumber
daya manusia yang berkualitas masih dibawah rata-rata dibanding orang Amerika.
Sementara jika dibuat grafik dunia, maka kita tidak berbeda jauh dengan
negara lain. Tapi semua sudah terlanjur. Yang bisa kita lakukan hanyalah “Cintailah Indonesia”, ”Majukanlah Indonesia
Dari Dalam”,”Cobalah Untuk Mengenalkan Keunggulan Kita Kepada Dunia”.
Waktu
“Waktu
itu gratis tapi sangat berharga ”, begitulah ungkapan dari Harvey Mackay,
(saint paul, Minnesota). Sejuput kalimat tersebut mengandung arti bahwa. Tuhan
memang telah memberikan manusia waktu dengan gratis dan tidak ada harga yang
harus dibayar untuk waktu yang diberikan, walau demikian kita mungkin tidak
menyadarinya selama ini. Waktu atau kesempatan yang gratis itu akan menjadi
sangat berharga, jika kita bisa memanfaatkan setiap detiknya untuk membangun
kualitas diri menjadi yang lebih baik dan dapat memberikan manfaat bagi sesama.
Orang yang perhatian
terhadap waktu terlihat dari intensitasnya melihat jam. Ia sangat sering
melihat jam. Ia begitu perhitungan, sehingga kerjanya efektif dan cenderung
berprestasi. Maka, semakin kita perhatian dengan waktu, semakin berarti dan
efektif hidup ini. kita pun akan lebih berpeluang meraih kesuksesan. Orang
sukses itu tidak sekadar punya kecepatan, namun ia punya percepatan. Kecepatan
itu bersifat konstan atau tetap, sedangkan percepatan itu menunjukkan perubahan
persatuan waktu. Artinya, orang sukses itu senantiasa melakukan perbaikan. Hari
ini harus lebih baik dari hari kemarin. Lain halnya dengan orang konstan; hari
ini sama dengan kemarin.
Orang-orang
Amerika sangat menghargai waktu, mereka tidak pernah mengabaikan waktu dan
mereka mengatakan waktu adalah uang. Waktu sangat penting bagi mereka dan
mereka sangat tepat waktu. Sementara tidak banyak masyarakat Indonesia yang
menyadari betapa berharganya waktu. Contohnya saja istilah jam karet yang sudah
mendarah daging dikalangan masyarakat Indonesia. Dalam setiap pertemuan padahal
sudah ditentukan jam mulainya, tetapi masih bisa diundur karena masih banyak
terdapatnya oknum-oknum yang melakukan jam karet. Entah dari mana dan siapa
yang memulai budaya jam karet tersebut, tetapi budaya jam karet bukanlah budaya
yang harus dikembangkan ataupun dipelihara, bukankah orang yang melakukan
budaya jam karet adalah orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak menghargai
waktu. Indonesia adalah sangat tidak menghargai waktu. Indonesia sering
melakukan sesuatu yang tidak, mereka jarang tepat waktu dan selalu mengulur
waktu, itulah budaya Indonesia. Indonesia memang terkenal akan jam karet nya
dan kurang menghargai waktu. Sedangkan Amerika, mereka cenderung on time.
Jika
boleh sedikit melirik ke negeri sakura sebentar, disana kita banyak menjumpai
masyarakatnya yang sangat menghargai waktu. Mereka sangat menghargai budaya on
time. Dalam sebuah seminar dan pembicaranya adalah Prof. Ujitani dari Kyoto
daigaku university beliau berkata bahwa beliau merasa kaget ketika mengetahui
hotel yang beliau singgahi tidak ada satupun jam yang terpasang dan
menyayangkannya, karena bisa saja hal sepele tersebut menyebabkan schedule yang
telah beliau susun tidak dapat terlaksana dengan tepat waktu dan hal itu bisa
berdampak pada kegiatannya selanjutnya. Maka dapat disimpulkan bahwa orang
jepang banyak yang sukses karena mereka pandai dalam memanagement waktu dengan
baik dengan cara menggunakan waktu seefisien mungkin.
Undangan
Jika
dilihat dari adanya undangan, Amerika dan rakyat Indonesia sangat berbeda. di
Amerika undangan pertama tidak menghasilkan pengangkatan dan tidak lebih dari
orang-orang “sopan” dari expression. Di Amerika Serikat dalam mengundang
seseorang yang mereka harus defermine, kapan, di mana, dan kapan waktunya.
Sementara orang Indonesia sangat berbeda jika undangan untuk tiba di rumahnya
meskipun hanya sebuah ekspresi tapi janji bagi mereka. Jadi, mereka tidak
mengatakan kapan, di mana, apa, kapan, mereka akan segera datang. Mereka tidak
peduli tentang pertanyaan seperti itu, bahwa mereka penting: datang keundangan.
(pentingnya menghadiri undangan).
Pendapat
Orang
Indonesia cenderung berbelit-belit dalam berargumen dimana maksudnya tidak
serumit argumennya. Amerika lebih to-the-point dalam berargumen.
Terhadap sesuatu yang
baru
Di
Indonesia, apabila terdapat barang baru, dimisalkan: gadget, dikarenakan orang
Indonesia cenderung konsumtif maka mereka akan membeli barang tersebut untuk
memenuhi rasa ingin tahu. Berbeda dengan orang Amerika jikalau ada sesuatu yang
baru, tidak serta merta ingin tahu dan ingin memiliki atau memakainya , hanya
sekedar tahu saja.
Trendi
Jika
orang Barat lebih senang dengan sesuatu yang berbau traditional dan alami.
Kebalikannya, orang Indonesia belum disebut trendi kalau tidak bergaya ke
barat-baratan, contoh : lebih merasa gengsi kalau makan di tempat fast food,
padahal dinegara asalnya makanan tersebut bisa dibilang makanan biasa saja.
Selain dari makanan juga bisa dilihat dari dunia perfilman perbedaan antara
orang Indonesia dan orang Barat itu terlihat sangat jelas. Orang Indonesia
lebih senang menonton film-film dari luar negeri di banding film produksi anak
dalam negeri dengan alasan tema yang membosankan. Kita ingat betul ketakutan
penikmat film tatkala film-film Hollywood tidak tayang di bioskop-bioskop
Indonesia.
Perlu kita ketahui
Hollywood tidak selalu melahirkan film-film baru dengan ide-ide segar. Mereka
juga seringkali mengalami krisis ide. Bahkan karena kekurangan ide kreatif,
industri film Hollywood sering mendaur ulang (remake) film yang bagus, baik
dari film Hollywood terdahulu ataupun dari film negara lain. Kita bisa lihat re-make
dari Spiderman, Batman, Superman yang diperbaiki dari berbagai segi. Contoh
daur ulang film dari negara lain, seperti The Departed (Infernal Affairs, Hong
Kong), The Ring (Ringu, Jepang), The Magnificent Seven (Seven Samurai/Shichinin
No Samurai, Jepang). Hal ini membuktikan bahwa film Hollywood sendiri
sesungguhnya memiliki kekurangan, namun tetap memiliki dukungan dari
masyarakatnya. Lantas, bagaimana dukungan masyarakat Indonesia terhadap
perfilman nasional?
Sungguh perfilman
Indonesia belum mendapat dukung penuh dari masyarakatnya sehingga tak heran
anak bangsa lebih mengenal film-film barat dan lebih bangga dengan trendi yang
kebarat-baratan.
Transportasi
Dahulu
Amerika, dominan menggunakan mobil. Sekarang, lebih dominan menggunakan sepeda,
karena faktor pentingnya kesehatan. Berbeda dengan orang Timur, kalau dulu
dominan menggunakan sepeda. Sekarang, sudah harus pakai mobil, kalau mampu
menggunakan jasa supir pribadi. Apalagi saat ini dunia tengah gencar
memperbincangkan masalah global warming saat ini.
Tidak suka dikritik
Orang
Indonesia tidak suka dikritik. Apalagi jika yang memberikan kritik adalah junior-nya
(notabene yang lebih muda usianya ataupun yang lebih rendah jabatannya).
Padahal, orang Amerika beranggapan bahwa kritik akan membangun mereka. Walaupun
ada kritik yang bersifat negatif, seperti merendahkan bahkan tersirat bahwa
“anda tidak mampu”, akan dijadikan positif oleh orang Amerika.
Motivasi diri tidak
baik
Orang
Asia menganggap bahwa motivasi diri itu tidak baik. Motivasi diri ini selalu
dikaitkan dengan kesombongan pribadi semata, seperti seseorang yang mengatakan
bahwa “Saya adalah orang yang sukses.” Pernyataan itu dianggap pernyataan yang
menyombongkan diri bagi orang Asia. Sementara itu, orang Amerika menganggap
bahwa motivasi diri bukanlah kesombongan, tetapi sedikit menjadi pacut yang
memacu personal untuk menjadi seperti pernyataan positif yang personal itu
ungkapkan. Boleh menjadi sombong tetapi untuk sesuatu yang real, bukang sesuatu
yang semu. Kesombongan juga punya batas dan aturan.
Self management dan
Self concept
Menurut
Muhammad Abdul Jawwad, manajemen diri ini sangat penting karena ketika
seseorang memanajemeni dirinya berarti dia selalu bersikap waspada, memiliki
perencanaan yang jelas, dan selalu mengawasi diri sendiri, walaupun pada
pelaksanaannya gagal dalam satu waktu dan berhasil pada kesempatan lain.
Sedangkan menurut Awadh bin Muhammad Al Qarni, sarat utama kesuksesan anda
dalam kehidupan ini terletak pada keberhasilan Manajemen diri adalah sebuah
seni dan usaha untuk menata diri kita dari aspek perencanaan diri (menerapkan
manajemen diri, dan bagaimana berinteraksi dengan diri sendiri secara efektif.
Kegagalan anda berinteraksi dengan diri sendir akan mengakibatkan kegagalan
dalam kehidupan ini. Melakukan Manajemen Diri Memanajemen Diri kita berarti
mengatur diri kita, kegiatan-kegiatan kita, waktu yang kita miliki untuk
melakukan sebuah aktivitas, ataupun rencana-rencana masa depan yang kita buat.
Bagaimana cara melakukan manajemen diri ini. Kesuksesan menurut mereka hanya
kesuksesan di dunia saja, dimana mereka mendapatkan segala apa yang diinginkan
dari harta, jabatan, ketenaran, dan pria atau wanita yang mereka inginkan.
Namun disisi lain mereka kadangkala melupakan bahwa kesuksesan mereka berdiri di
atas kesengsaraan orang lain. Menurut John C.Maxwell sukses adalah mengetahui
apa tujuan hidup anda; bertumbuh untuk mencapai kemampuan maksimal anda; dan
menabur benih untuk memberikan manfaat kepada lainnyaHendry Wadsorth
menyebutkan sukses sebagai melakukan apa yang dapat anda kerjakan dengan baik
dan melakukan sebaik-baiknya apa yang anda kerjakan. Sementara, Napoleon Hill
mengatakan sukses adalah adalah mereka yang selalu memberi, membentuk dan
mengontrol egonya sendiri, tidak menyisakan tempat untuk mengharapkan adanya
keberuntungan atas tiap pekerjaan atau kesempatan, atau atas segala perubahan
nasib.
Self management dan
Self concept orang Indonesia sangat kurang. Orang Amerika sangat ahli dalam
self management dan self concept. Mereka bisa mengatur diri mereka sendiri dan
memahami seperti apa pribadi mereka, apa yang mereka inginkan, apa yang
harus dicapai, dan apa yang menjadi ketidaksukaan mereka. Seharusnya orang Asia
memupuk dirinya lagi dalam self management dan self concept.
Ukuran Sukses
Ukuran
sukses bangsa Asia adalah seberapa banyak materi yang didapatkan oleh personal
itu sehingga dapat menaikkan prestise atau gengsi semata. Materi memang
merupakan hal yang sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam kehidupan. Tanpa
materi bisa jadi keharmonisan hidup akan terganggu. Tapi seharusnya harus kita
sadari bahwa materi bukanlah parameter yang dapat dijadikan ukuran kesuksesan
seseorang. Akan tetapi seberapa jauh keberhasilan kita menjadi manusia yang
lebih baik lagi. Sementara, bangsa Amerika tidak menjadikan materi sepenuhnya
yang menjadi tolak ukur suatu kesusksesan seseorang, tetapi apa yang dapat
personal itu lakukan untuk mengubah sesuatu menjadi yang lebih baik lagi
(banyaknya inovasi dan terobosan yang diciptakan).
Itulah beberapa
perbedaan antara Indonesia dan Amerika yang paling menonjol. Jika kita
perhatikan maka akan kita ketahui bahwa sesungguhnya Indonesia memiliki
berbagai kekurangan dinading Amerika. Meski sesungguhnya di sisi lain Indonesia
juga memiliki beberapa keunggulan dibanding Amerika.