POTRET BUDAYA INDONESIA


Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Setiap negara pastinya memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh adalah perbedaan antara budaya timur dan barat. Kebudayaan Barat seperti Amerika merupakan kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara mamahami ilmu pengtahuan dan filsafat.
Mereka melakukan berbagai macam cara diskusi dan debat untuk menemukan atau menentukan makna seperti apa yang sebenarnyamurni /asli dari kesadaran. Mereka banyak belajar dan juga mengajar yang awalnya datang dari proses diskusi dan perdebatan yang mereka lakukan. Melalui proses belajar dan mengajar, para ahli kebudayaan barat dituntut untuk pandai dalam berceramah dan berdiskusi. Hal itu dilakukan karena pada akhirnya akan banyak yang mengikuti ajarannya.
Kebudayaan Timur seperti Indonesia adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara melakukan berbagai macam pelatihan fisik dan mental. Pelatihan fisik dapat dicontohkan dengan cara menjaga pola makan dan minum ataupun makanan apa saja yang boleh dimakan dan minuman apa saja yang boleh di minum, karena hal tersebut dapat berpengaruh pada pertumbuhan maupun terhadap fisik. Sedangkan untuk pelatihan mental yaitu dapat berupa kegiatan yang umumnya/mayoritas dilakukan sendiri.  Selain itu ada beberapa perbedaan mendasar antara budaya amerika dan Indonesia jika dilihat dari budaya dan pola hidup sehari-hari.

Budaya membaca telah menjamur
Masyarakat Amerika memang memiliki pola pikir yang lebih maju dari orang Indonesia. Memang tidak semua, tapi rata-rata seperti itu. Di dalam sebuah buku yang ditulis oleh penulis Amerika, menyatakan bahwa masyarakat Amerika sudah memilki kebiasaan membaca buku yang mengakar jauh sebelum pesawat televisi ditemukan, ketika itu waktu lebih banyak dihabiskan untuk membaca buku. Maka tidak heran jika saat ini masyarakat Amerika umumnya memiliki pengetahuan yang lebih maju dibanding masyarakat Asia seperti di Indonesia. Sebaliknya masyarakat Indonesia justru menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak begitu penting dan melupakan hal-hal yang penting. Hanya sebagian persen orang Indonesia yang memiliki minat baca yang tinggi. Saat ini orang Indonesia lebig senang menghabiskan waktunya untuk menonton TV yang notabene dampak negatifnya lebih banyak. Selain Amerika, negara lain yang memiliki minat baca yang tinggi adalah negara Jepang. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan para remaja saat di kereta atau saat sedang menununggu bus di halte, mereka selalu menyempatkan untuk membaca buku.

Konsumerisme
Orang Indonesia cenderung ikut-ikutan. Entah itu trend handphone, memakai kawat gigi, bermobil, dan sejenisnya. Hal itu menyebabkan tingkat konsumsi Indonesia akan barang luar sangat besar. Apalagi penyebabnya kalau bukan iklan-iklan tidak bermutu di media massa dan tekanan teman-teman (peer group). Remaja-remaja membuang-buang uang untuk membeli BlackBerry, berbondong-bondong ke ahli gigi untuk memasang kawat gigi yang membuat penampilan mereka semakin hancur saja, dan merengek kepada orang tua agar dibelikan mobil. Bahkan para orang tua pun memiliki konsumsi yang cukup besar, apalagi yang tinggal di daerah metropolitan seperti Jakarta.
Sebenarnya orang Amerika tidak terlalu berbeda dengan orang Indonesia, tetapi mereka mempunyai konsep yang jelas tentang keuangan mereka. Dengan bantuan financial advisor, perencanaan keuangan menjadi mudah. Ditambah dengan asuransi, maka mereka tidak perlu khawatir apabila mobil mereka tiba-tiba hancur. Tapi yang terlihat jelas berbeda adalah kemampuan remaja Amerika dalam mencari uang sedari remaja. Tidaklah aneh melihat mahasiswa bekerja di sebagai kasir convinience store atau busboy di McDonalds untuk mencari tambahan uang jajan. Intinya, mereka lebih tahu cara menggunakan uang.

Tingkat penghargaan
Seperti yang sering kita dengar, Indonesia berlangganan juara Olimpiade. Jangan salah, setiap Olimpiade Sains Internasional, Indonesia pasti menghasilkan juara yang banyak. Setelah menang Olimpiade Sains, apa yang terjadi dengan pemenangnya? Ia akan ditawari masuk universitas negeri ternama di Indonesia dengan janji beasiswa, dimana ia bisa melanjutkan kariernya atau penelitiannya.
Sekarang kita lihat negara Paman Sam. Saya jarang sekali mendengar berita bahwa ada siswa SMA Amerika mendapat juara Olimpiade Sains Internasional. Yang lebih sering saya dengar adalah atlet football SMA mendapat beasiswa penuh masuk Stanford atau Yale. Sekedar informasi, sangat susah mendapatkan beasiswa penuh di Amerika, kecuali anda memang sangat, sangat berprestasi dan memiliki nilai SAT yang tinggi. Dan nanti, atlet berbakat ini akan bermain Major League Football dalam tim negara bagiannya, mewakili negara bagiannya, bak seorang pahlawan.
Keduanya merupakan prospek yang bagus. Tapi, sekarang kita lihat kelemahannya. Kebanyakan pemenang Olimpiade Sains hampir tidak dikenal oleh masyarakat luas. Lalu, kasus seorang atlet. Jika anda berkunjung ke negara bagian tempat ia dibesarkan, tanyalah pada seorang warga, kemungkinan besar dia akan tahu nama pemain football dalam timnya. Di Amerika, atlet mendapat penghargaan dari masyarakat biasa karena mereka merasa ia bak seorang hero yang berjuang demi negara bagiannya. Jeleknya, saat ia kalah tragis, ia akan jadi bahan cemoohan rakyatnya dan mungkin bisa dikeluarkan dari tim. Jadi, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Tapi, perbedaan yang paling jelas adalah tingkat penghargaan yang diberikan. Dimana di Indonesia tingkat penghargaannya sangat rendah.

Membutuhkan keberanian
Mungkin sudah menjadi kebiasaan turun-temurun bahwa orang Indonesia adalah orang yang agak malu-malu, kecuali pejabat kita yang tebal muka. Biasanya, orang Indonesia suka mencari aman. Seperti bekerja sebagai PNS. Alasannya, karena hidupnya ditanggung negara, bisa dapet fasilitas lumayan, dan  masa pensiun terjamin. Mungkin hal ini yang menyebabkan tes CPNS semakin ramai saja.  
Coba kita cek ke Amerika. Paham kapitalis membuat segalanya menjadi mungkin. Kalau anda lihat, lebih banyak orang Amerika bekerja dalam sektor swasta, bukan negeri. Coba anda lihat Microsoft, IBM, dan masih banyak lainnya. Microsoft didirikan oleh Bill Gates yang putus sekolah, tetapi lihat OS yang anda pakai sekarang (yang tidak memakai Windows, jangan dihiraukan). Orang Amerika lebih berani menghadapi resiko dibandingkan orang Indonesia. Kebanyakan orang Amerika lebih memilih menjadi entrepreneur daripada bekerja di bawah pemerintah. Malah, terkadang, PNS bisa hidup lebih menderita daripada pegawai swasta. Kalau di Indonesia, pekerjaan PNS lebih banyak dicari, dan sektor swasta kita serahkan pada investor asing yang memang lebih berani daripada kita (dan mempunyai sumber daya lebih). Contoh lainnya yang lebih ringan adalah keberanian orang Amerika mencoba hal-hal yang dianggap gila oleh kita, tetapi mereka bisa melakukannya meski gagal. Mungkin istilah kerennya “jackass

Tingkatan Gengsi
Banyak orang Indonesia yang sekolah tinggi-tinggi demi menjadi pegawai negeri, tak sedikit pula yang rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk bisa menjadi pegawai negeri sipil. Kita lihat orang Amerika, orang-orang mau bekerja jadi apa saja mulai dari kasir sampe tukang antar pizza hanya untuk mendapatkan .
Kenapa banyak yang membeli HP yang jauh lebih mahal dari keperluan kita? Kenapa harus beli mobil yang mahal yang jauh daripada kebutuhan kita? Kenapa kita sering tak mau mengalah dan terlibat dalam perdebatan dengan orang lain? Kenapa banyak orang berkelahi bahkan sampai membunuh hanya karena tersinggung oleh masalah kecil? Kenapa Orang banyak berhutang untuk Gaya Hidup yang Maksimal, dengan Pendapatan minimal? Jawabnya Demi gengsi...satu kata yang cukup membuat harga diri terusik. Kita gengsi kalau tak punya baju bagus, mobil mewah, rumah bagus, HP terbaru, Atau Gadget Mutakhir, bahkan kita gengsi untuk meminta maaf meskipun kita mengetahui kita berada pada posisi yang salah. Manusia ingin dihargai, ini bagus. Sayangnya kita sering kebablasan, kita haus akan kebanggaan diri yang tidak ada habis-habisnya. Diri kita ingin selalu menang dari orang lain, ingin selalu dihormati, ingin dilayani. Kita mati-matian melindungi diri kita agar tidak disinggung orang, agar tidak direndahkan atau dihina. Maka seumur hidup kita sibuk melindungi harga diri kita. Kenapa orang bangga kalau punya barang mewah? Kenapa orang malu kalau tak punya? Hanya karena orang ingin merasa diri lebih baik daripada orang lain. Padahal kita pasti tidak akan lebih baik meskipun kita memiliki kekayaan yang berlimpah.
Mengapa terkadang memilih membeli jas-jas buatan desainer dunia yang namanya kondang setinggi langit Bukan karena ukurannya yang mungil, bukan juga karena potongannya yang lebih ramping. Label yang dijahitkan di jas itu membuat kita turut melambung bersama, dan secara tak langsung diasosiasikan dengan sesuatu yang mahal. Mengapa kita serang meminta menulis nama dan gelarnya selengkap mungkin. Prof Dr XXX, Eng, MM, Msi. Orang yang memilih gengsi sebenarnya tak punya apa-apa yang patut dibanggakan. Maksudnya, perbuatan besar. Karena itu, untuk memperoleh rasa hormat secara mudah dan instan kita melakukan semua kegiatan "besar" itu.
Apa yang menyebabkan gengsi ini? Pertama sudah pasti karena budaya dan norma kita. Paling tidak ada ketiga budaya dan norma yang membuat gengsi ini menjadi kebutuhan yang cepat terjadi. Pertama, konsumen Indonesia menyukai untuk sosialisasi. Ini kemudian mendorong seseorang untuk pamer atau tergoda untuk saling pamer. Kedua, kita masih menganut budaya feodal. Inilah yang menciptakan kelas-kelas sosial. Akhirnya, terjadi pemberontakan untuk cepat pindah kelas. Walau belum sesungguhnya pindah kelas, tetapi bisa dimulai dengan pamer terlebih dahulu. Ketiga, masyarakat kita mengukur kesuksesan adalah dengan materi dan jabatan. Akhirnya, banyak di antara kita ingin menunjukkan kesuksesan dengan cara memperlihatkan banyaknya materi yang dimiliki. Di Indonesia gengsi itu terlalu tinggi. Sedangkan di Amerika sangat jarang orang-orang yang memilki sifat gengsi.

Ke Luar Negeri akan lebih baik
Indonesia sebenarnya lebih baik dari Amerika. Namun, kenapa kita masih kalah? Pertama, hal tersebut dimulai dari zaman nenek moyang. Mereka bertualang dan mengadopsi kebudayaan dan hal lain dari dunia luar. Dan hal tersebut membuat kita berpikir, “di luar ada yang lebih bagus, kenapa kita tidak keluar saja? Kita sebenarnya memiliki kualitas yang lebih bagus, tapi sayangnya semua sudah pergi ke luar negeri. Dan coba lihat apa yang ditinggalkan di negerinya! Yang tertinggal di negeri kita hanyalah orang-orang yang kurang berkualitas, sehingga jika dibuat grafik dalam negeri justru kebanyakan adalah sumber daya manusia yang berkualitas masih dibawah rata-rata dibanding orang Amerika. Sementara jika dibuat grafik dunia, maka kita tidak berbeda jauh dengan negara lain. Tapi semua sudah terlanjur. Yang bisa kita lakukan hanyalah “Cintailah Indonesia”, ”Majukanlah Indonesia Dari Dalam”,”Cobalah Untuk Mengenalkan Keunggulan Kita Kepada Dunia”.

Waktu
Waktu itu gratis tapi sangat berharga ”, begitulah ungkapan dari Harvey Mackay, (saint paul, Minnesota). Sejuput kalimat tersebut mengandung arti bahwa. Tuhan memang telah memberikan manusia waktu dengan gratis dan tidak ada harga yang harus dibayar untuk waktu yang diberikan, walau demikian kita mungkin tidak menyadarinya selama ini. Waktu atau kesempatan yang gratis itu akan menjadi sangat berharga, jika kita bisa memanfaatkan setiap detiknya untuk membangun kualitas diri menjadi yang lebih baik dan dapat memberikan manfaat bagi sesama.
Orang yang perhatian terhadap waktu terlihat dari intensitasnya melihat jam. Ia sangat sering melihat jam. Ia begitu perhitungan, sehingga kerjanya efektif dan cenderung berprestasi. Maka, semakin kita perhatian dengan waktu, semakin berarti dan efektif hidup ini. kita pun akan lebih berpeluang meraih kesuksesan. Orang sukses itu tidak sekadar punya kecepatan, namun ia punya percepatan. Kecepatan itu bersifat konstan atau tetap, sedangkan percepatan itu menunjukkan perubahan persatuan waktu. Artinya, orang sukses itu senantiasa melakukan perbaikan. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Lain halnya dengan orang konstan; hari ini sama dengan kemarin.
Orang-orang Amerika sangat menghargai waktu, mereka tidak pernah mengabaikan waktu dan mereka mengatakan waktu adalah uang. Waktu sangat penting bagi mereka dan mereka sangat tepat waktu. Sementara tidak banyak masyarakat Indonesia yang menyadari betapa berharganya waktu. Contohnya saja istilah jam karet yang sudah mendarah daging dikalangan masyarakat Indonesia. Dalam setiap pertemuan padahal sudah ditentukan jam mulainya, tetapi masih bisa diundur karena masih banyak terdapatnya oknum-oknum yang melakukan jam karet. Entah dari mana dan siapa yang memulai budaya jam karet tersebut, tetapi budaya jam karet bukanlah budaya yang harus dikembangkan ataupun dipelihara, bukankah orang yang melakukan budaya jam karet adalah orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak menghargai waktu. Indonesia adalah sangat tidak menghargai waktu. Indonesia sering melakukan sesuatu yang tidak, mereka jarang tepat waktu dan selalu mengulur waktu, itulah budaya Indonesia. Indonesia memang terkenal akan jam karet nya dan kurang menghargai waktu. Sedangkan Amerika, mereka cenderung on time.
Jika boleh sedikit melirik ke negeri sakura sebentar, disana kita banyak menjumpai masyarakatnya yang sangat menghargai waktu. Mereka sangat menghargai budaya on time. Dalam sebuah seminar dan pembicaranya adalah Prof. Ujitani dari Kyoto daigaku university beliau berkata bahwa beliau merasa kaget ketika mengetahui hotel yang beliau singgahi tidak ada satupun jam yang terpasang dan menyayangkannya, karena bisa saja hal sepele tersebut menyebabkan schedule yang telah beliau susun tidak dapat terlaksana dengan tepat waktu dan hal itu bisa berdampak pada kegiatannya selanjutnya. Maka dapat disimpulkan bahwa orang jepang banyak yang sukses karena mereka pandai dalam memanagement waktu dengan baik dengan cara menggunakan waktu seefisien mungkin.

Undangan
Jika dilihat dari adanya undangan, Amerika dan rakyat Indonesia sangat berbeda. di Amerika undangan pertama tidak menghasilkan pengangkatan dan tidak lebih dari orang-orang “sopan” dari expression. Di Amerika Serikat dalam mengundang seseorang yang mereka harus defermine, kapan, di mana, dan kapan waktunya. Sementara orang Indonesia sangat berbeda jika undangan untuk tiba di rumahnya meskipun hanya sebuah ekspresi tapi janji bagi mereka. Jadi, mereka tidak mengatakan kapan, di mana, apa, kapan, mereka akan segera datang. Mereka tidak peduli tentang pertanyaan seperti itu, bahwa mereka penting: datang keundangan. (pentingnya menghadiri undangan).

Pendapat
Orang Indonesia cenderung berbelit-belit dalam berargumen dimana maksudnya tidak serumit argumennya. Amerika lebih to-the-point dalam berargumen.

Terhadap sesuatu yang baru
Di Indonesia, apabila terdapat barang baru, dimisalkan: gadget, dikarenakan orang Indonesia cenderung konsumtif maka mereka akan membeli barang tersebut untuk memenuhi rasa ingin tahu. Berbeda dengan orang Amerika jikalau ada sesuatu yang baru, tidak serta merta ingin tahu dan ingin memiliki atau memakainya , hanya sekedar tahu saja.

Trendi
Jika orang Barat lebih senang dengan sesuatu yang berbau traditional dan alami. Kebalikannya, orang Indonesia belum disebut trendi kalau tidak bergaya ke barat-baratan, contoh : lebih merasa gengsi kalau makan di tempat fast food, padahal dinegara asalnya makanan tersebut bisa dibilang makanan biasa saja. Selain dari makanan juga bisa dilihat dari dunia perfilman perbedaan antara orang Indonesia dan orang Barat itu terlihat sangat jelas. Orang Indonesia lebih senang menonton film-film dari luar negeri di banding film produksi anak dalam negeri dengan alasan tema yang membosankan. Kita ingat betul ketakutan penikmat film tatkala film-film Hollywood tidak tayang di bioskop-bioskop Indonesia.
Perlu kita ketahui Hollywood tidak selalu melahirkan film-film baru dengan ide-ide segar. Mereka juga seringkali mengalami krisis ide. Bahkan karena kekurangan ide kreatif, industri film Hollywood sering mendaur ulang (remake) film yang bagus, baik dari film Hollywood terdahulu ataupun dari film negara lain. Kita bisa lihat re-make dari Spiderman, Batman, Superman yang diperbaiki dari berbagai segi. Contoh daur ulang film dari negara lain, seperti The Departed (Infernal Affairs, Hong Kong), The Ring (Ringu, Jepang), The Magnificent Seven (Seven Samurai/Shichinin No Samurai, Jepang). Hal ini membuktikan bahwa film Hollywood sendiri sesungguhnya memiliki kekurangan, namun tetap memiliki dukungan dari masyarakatnya. Lantas, bagaimana dukungan masyarakat Indonesia terhadap perfilman nasional?
Sungguh perfilman Indonesia belum mendapat dukung penuh dari masyarakatnya sehingga tak heran anak bangsa lebih mengenal film-film barat dan lebih bangga dengan trendi yang kebarat-baratan.

Transportasi
Dahulu Amerika, dominan menggunakan mobil. Sekarang, lebih dominan menggunakan sepeda, karena faktor pentingnya kesehatan. Berbeda dengan orang Timur, kalau dulu dominan menggunakan sepeda. Sekarang, sudah harus pakai mobil, kalau mampu menggunakan jasa supir pribadi. Apalagi saat ini dunia tengah gencar memperbincangkan masalah global warming saat ini.

Tidak suka dikritik
Orang Indonesia tidak suka dikritik. Apalagi jika yang memberikan kritik adalah junior-nya (notabene yang lebih muda usianya ataupun yang lebih rendah jabatannya). Padahal, orang Amerika beranggapan bahwa kritik akan membangun mereka. Walaupun ada kritik yang bersifat negatif, seperti merendahkan bahkan tersirat bahwa “anda tidak mampu”, akan dijadikan positif oleh orang Amerika.

Motivasi diri tidak baik
Orang Asia menganggap bahwa motivasi diri itu tidak baik. Motivasi diri ini selalu dikaitkan dengan kesombongan pribadi semata, seperti seseorang yang mengatakan bahwa “Saya adalah orang yang sukses.” Pernyataan itu dianggap pernyataan yang menyombongkan diri bagi orang Asia. Sementara itu, orang Amerika menganggap bahwa motivasi diri bukanlah kesombongan, tetapi sedikit menjadi pacut yang memacu personal untuk menjadi seperti pernyataan positif yang personal itu ungkapkan. Boleh menjadi sombong tetapi untuk sesuatu yang real, bukang sesuatu yang semu. Kesombongan juga punya batas dan aturan.

Self management dan Self concept
Menurut Muhammad Abdul Jawwad, manajemen diri ini sangat penting karena ketika seseorang memanajemeni dirinya berarti dia selalu bersikap waspada, memiliki perencanaan yang jelas, dan selalu mengawasi diri sendiri, walaupun pada pelaksanaannya gagal dalam satu waktu dan berhasil pada kesempatan lain. Sedangkan menurut Awadh bin Muhammad Al Qarni, sarat utama kesuksesan anda dalam kehidupan ini terletak pada keberhasilan Manajemen diri adalah sebuah seni dan usaha untuk menata diri kita dari aspek perencanaan diri (menerapkan manajemen diri, dan bagaimana berinteraksi dengan diri sendiri secara efektif. Kegagalan anda berinteraksi dengan diri sendir akan mengakibatkan kegagalan dalam kehidupan ini. Melakukan Manajemen Diri Memanajemen Diri kita berarti mengatur diri kita, kegiatan-kegiatan kita, waktu yang kita miliki untuk melakukan sebuah aktivitas, ataupun rencana-rencana masa depan yang kita buat. Bagaimana cara melakukan manajemen diri ini. Kesuksesan menurut mereka hanya kesuksesan di dunia saja, dimana mereka mendapatkan segala apa yang diinginkan dari harta, jabatan, ketenaran, dan pria atau wanita yang mereka inginkan. Namun disisi lain mereka kadangkala melupakan bahwa kesuksesan mereka berdiri di atas kesengsaraan orang lain. Menurut John C.Maxwell sukses adalah mengetahui apa tujuan hidup anda; bertumbuh untuk mencapai kemampuan maksimal anda; dan menabur benih untuk memberikan manfaat kepada lainnyaHendry Wadsorth menyebutkan sukses sebagai melakukan apa yang dapat anda kerjakan dengan baik dan melakukan sebaik-baiknya apa yang anda kerjakan. Sementara, Napoleon Hill mengatakan sukses adalah adalah mereka yang selalu memberi, membentuk dan mengontrol egonya sendiri, tidak menyisakan tempat untuk mengharapkan adanya keberuntungan atas tiap pekerjaan atau kesempatan, atau atas segala perubahan nasib.
Self management dan Self concept orang Indonesia sangat kurang. Orang Amerika sangat ahli dalam self management dan self concept. Mereka bisa mengatur diri mereka sendiri dan memahami seperti apa pribadi mereka, apa yang mereka inginkan, apa yang harus dicapai, dan apa yang menjadi ketidaksukaan mereka. Seharusnya orang Asia memupuk dirinya lagi dalam self management dan self concept.

Ukuran Sukses
Ukuran sukses bangsa Asia adalah seberapa banyak materi yang didapatkan oleh personal itu sehingga dapat menaikkan prestise atau gengsi semata. Materi memang merupakan hal yang sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam kehidupan. Tanpa materi bisa jadi keharmonisan hidup akan terganggu. Tapi seharusnya harus kita sadari bahwa materi bukanlah parameter yang dapat dijadikan ukuran kesuksesan seseorang. Akan tetapi seberapa jauh keberhasilan kita menjadi manusia yang lebih baik lagi. Sementara, bangsa Amerika tidak menjadikan materi sepenuhnya yang menjadi tolak ukur suatu kesusksesan seseorang, tetapi apa yang dapat personal itu lakukan untuk mengubah sesuatu menjadi yang lebih baik lagi (banyaknya inovasi dan terobosan yang diciptakan).
Itulah beberapa perbedaan antara Indonesia dan Amerika yang paling menonjol. Jika kita perhatikan maka akan kita ketahui bahwa sesungguhnya Indonesia memiliki berbagai kekurangan dinading Amerika. Meski sesungguhnya di sisi lain Indonesia juga memiliki beberapa keunggulan dibanding Amerika.

0 comments

It's nice to see you !