A Learner's Journal
  • HOME
  • GENERAL
  • REFLEKSI
  • CERITA SAYA
  • CATATAN
  • BICARA LINGKUNGAN
  • ABOUT ME

Sebagai permulaan, saya ingin bertanya "Kapan terakhir kali kita mengalami hal buruk, kekecewaan, kegagalan, kesedihan atau bahasa kasarnya "kesialan" dalam hidup kita?". Yap, silahkan dijawab dalam hatinya masing-masing. Tentang jawaban waktu, saya yakin pasti beragam, bisa jadi 5 tahun, 2 tahun, 2 bulan, 1 minggu, 1 hari, 2 jam atau beberapa detik yang lalu. Yap, berbeda-beda memang.

Lantas, pertanyaan berikut yang muncul yaitu  "Hal apa yang terjadi?", mungkin ada berkas kita yang hilang, kegiatan yang sudah kita susun serapi-rapinya tiba-tiba berantakan, orang yang kita ekspektasikan akan sangat wah ternyata gak bisa diandalkan sama sekali, orang yang sudah sudah merapal janji manis tapi dengan tanpa rasa bersalah dia mengingkari janjinya, orang yang datang terlambat kebangetan setelah berjanji akan tepat waktu, mungkin ada yang komplen karena ada hasil kerja kita yang gak sesuai,  atau pun berbagai hal yang blunder lainnya.

Apa yang kita rasakan ketika menemui hal yang seperti itu? Sebel pasti, marah pun iya. Saya yakin. Berikutnya, reaksi apa yang muncul ? Saya pastikan bahwa hal itupun beragam. Mungkin ada yang berusaha berlapang dada dan mencoba menghadapi problem tersebut dengan santai, terlebih bagi seorang penanggung jawab, sang Leader, sang atasan ketika mendapati apa yang dilakukan oleh bawahannya gak sesuai ekspektasinya, sembari mengkomunikasikannya dengan cara yang baik pun menuntun untuk saling introspeksi diri, sebelum akhirnya berkomentar macam-macam. Pun kemungkinan lain juga yaitu kita langsung mengambil simpulan sepihak dan langsung menyalahkan orang lain dengan berdalih macam-macam, untung-untungan jika kita mengomentari orang lain dengan kata-kata yang masih wajar tapi kalau sebaliknya, itu mah kebangetan.

Jika kita ada di posisi seperti itu, maka kebebasan adalah hak kita. Silahkan memilih ! Pilihan kita mau jadi yang mana, semuanya terserah kita. Termasuk jika kita harus memilih untuk selalu membidik "kambing hitam" terlebih dulu ketika mendapati problem.

Besar harapan agar janganlah sampai kita lebih terlatih menjadi orang yang ahli dalam menyalahkan orang lain. Ketika ada masalah, kita berharap kita ada di posisi teraman. Di pikiran kita, kitalah yang selalu benar. Kita terlalu suka membesarkan kesalahan orang lain, sementara ketika kita ada di posisinya maka kita seolah mengemis iba agar semua masalah clear.. Hei, sadarkah kita ?

Dari sebuah buku (Merawat kebahagiaan yg ditulis oleh seorang Psikolog), saya membaca sebuah kutipan, yang pun juga dikutip dari sebuah seminar motivasi, yang mana kutipan tersebut diterapkan oleh seorang perempuan hingga akhirnya semua jadi korban, dalam hal ini menjadi orang yang selalu disalahkan ketika problem terjadi, seperti menyalahkan anaknya ketika nilainya turun. Dia mengatakan bahwa itu karena salah anaknya yang lebih banyak bermain. Padahal, itu bukan sepenuhnya anak yang salah, tapi karena pola asuh orang tua yang masih butuh pembenahan agar anak lebih disiplin.

Yap, kurang lebih kata-kata speaker dalam seminar motivasi tersebut (kalo gak salah saya juga pernah mendengar kata-kata tersebut sewaktu di kampus) seperti berikut :

"Jika kamu ingin mengendalikan hidup sesuai keinginanmu maka kuasailah orang-orang disekitarmu supaya mau mengikutimu. Kamu yang memegang kendali, kamu yang benar, selain kamu salah".

Hhmm.. Nggak ada yang salah sih dengan ini hanya saja yakin kita mau ngikutin hal ini? Silahkan dipikir-pikir lagi. Kita diperintahkan untuk memposisikan  diri pada posisi benar sekalipun kita salah, pastinya dengan memaksimalkan jurus pamungkas dalam berdalih.

Sudah seharusnya kita tempatkan prioritas dalam selektifitas untuk menelaah informasi yang kita dapatkan sebelum akhirnya kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih jika kita adalah seorang pemimpin dalam tim. Jika seperti itu terus menerus apakah kita yakin bahwa tim akan betah bersama kita? Bisa saja iya pun bisa juga tidak. Bisa jadi okefain saja. Tapi, cobalah kita memikirkan untuk jangka panjangnya.

Sebaiknya, sebelum beburu menyalahkan orang lain, cobalah cek lagi ke dalam diri kita dan bertanyalah. Jika kita sebagai atasan maka tanyakanlah "Apakah selama ini saya sudah menjadi atasan yang baik untuk bawahan kita ? Sudahkah kita mengarahkan mereka dengan baik? Sudahkah kita merangkul mereka?".  Jika kita sebagai seorang sahabat bertanyalah "Apakah kita sudah menjadi sahabat yang baik bagi sahabat kita?". Dan silahkan tanyakan pertanyaan-pertanyaan lain sebagai bentuk inrospeksi diri kita.

Setelah mengembalikan semua ke diri kita sendiri dan jawaban telah kita temukan. Maka, salahkanlah orang lain jika mereka memang salah. Tapi, satu hal yang sejatinya butuh kita perhatikan adalah sebisa mungkin untuk tidak menyalahkan dengan makian kasar karena itu bisa membunuh kepercayaan diri mereka, mematikan kreatifitas, dan berbagai dampak negatif lainnya, pun yang merasakah efeknya tidak lain adalah kita juga.

Saya teringat sebuah kisah nyata di India yang diangkat menjadi sebuah film yang berjudul Taare Zameen Par, yang mengisahkan tentang seorang anak penderita Dyslexia (Penyakit yang menyebabkan kesulitan mengenal dan mengingat bentuk abjad dan angka) yang selalu mendapatkan perlakuan kurang baik dan makian kasar dari ayah, guru dan beberapa teman sekolahnya, yang akhirnya membuatnya berhenti menggambar (aktivitas yang paling disukainya), padahal dia sangat berbakat, bukan hanya itu akhirnya dia pun terpukul, stres dan akhirnya memilih banyak diam, tidak ingin berbicara dengan siapapun. Sungguh, dia hanya butuh dirangkul dengan baik dan sepenuh hati. Ini terbukti karena akhirnya Ishaan, sang anak, dipertemukan dengan sang guru yang berhasil yang membuatnya menemukan kembali jati dirinya dan siap berkarya untuk perubahan.

Kisah tentang tradisi di pulau Solomon, di daerah Pasifik Selatan, pun bisa kita lirik. Dimana para penduduknya memiliki kebiasaan unik ketika ingin menebang pohon besar. Mereka akan datang beramai-ramai dan meneriaki pohon tersebut dengan kata-kata kasar. Maka, biasanya pohon tersebut akan mati setelah 40 hari, dan setelahnya, kayunya bisa diambil.

Nah, dari kisah tersebut kita bisa belajar tentunya. Jangan sampai kita menjadi terlatih menyalahkan orang lain, menjadi hakim, tanpa melihat kedalam diri terlebih dahulu. Jangan sampai kita malah berujung pada perbuatan menzalimi orang lain. Ingat kita ini manusia yang pastinya gak pernah luput dari kesalahan.

Pun jika kita berdalih hal ini sebagai bagian dari training penguatan mental, maka okebaik. Pun juga kita harus ingat bahwa gak semua orang bisa cocok dengan metode seperti itu. Yap memang itu bisa jadi adalah hal terbaik versi dia, tapi jika ada cara yang lebih baik mengapa harus lewat cara main ngomong seenaknya, menyalahkan seenaknya. Ayolah, kita ini manusia yang punya hati guys !. Marilah kita bicarakan baik-baik. Semoga kita terus bertumbuh dalam tempaan segala proses yang baik-baik.

Semoga kita bisa mememtik makna. Terima kasih ☺


Our prophet, The Messenger of Allah, who is called Rasulullah Muhammad SAW, will be the representative of God for determining which is good and which is filth in this life. So, the muslims have to stay on point and understand that the standard will be the prophet himself.

A lot of times nowadays, society always decides that what is normal and what is not, what is acceptable what is unacceptable, by common and uncommon thing. They believe acceptability is a common thing and what is uncommon is unacceptable.

Therefore, we must understand that no matter how many people are doing it, we  are better watching out for Allah and using our thought and sticking to the good and purity of Islam if we are the people having good faith.

❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Nabi kita, Rasulullah, akan menjadi perantara Allah dalam menentukan mana yang baik dan mana yang buruk dalam kehidupan. Olehnya, para kaum muslim harus tetap pada rujukannya dan memahami bahwa  hal yang menjadi standar adalah Rasulullah sendiri.

Sering kali, masyarakat selalu menarik kesimpulan bahwa apa yang normal dan apa yang tidak, apa yang bisa diterima apa yang tidak dapat diterima, dengan berdasarkan pada hal umum dan tidak umum atau yang mana yang paling banyak dilakukan. Mereka percaya bahwa penerimaan adalah hal yang umum dan apa yang tidak biasa adalah tidak dapat diterima.

Oleh karena itu, sejatinya kita harus memahami bahwa itu bukan bergantung pada seberapa banyak orang yang melakukan hal tersebut. Kita lebih baik memperhatikan dan menaati perintah Allah dan menggunakan pikiran kita dan berpegang  pada kebenaran dan kemurnian ajaran islam jika kita  adalah orang-orang yang memiliki keyakinan yang baik.

Yap, masih terekam jelas hingga saat ini, bertahun-tahun yang lalu, ketika sengaja saya bertanya ke Bapak tentang kendaraan apa yang akan saya tumpangi saat harus kembali ke perantauan. Saya sengaja menanyakan ini, karena saya sangat ingin mendengar jawaban dari Bapak. Tepatnya sih, saya menyebut ini sebagai sebuah eksperimen 😁.


"Yaa, terserah kamu saja. Kalau kamu mau maik rental.. okee.. naik damri.. okee..mau naik motor juga oke.. atau naik pesawat juga okee.. Bapak nurut aja tapi kalau pesawat kamu tahukan itu mahal.."

Itu jawaban Bapak, dan itulah jawaban yang selalu konsisten Bapak lemparkan ketika saya menanyakan hal yang nadanya sama, bahkan hampir di setiap mudik, di waktu libur. Dalam hati, sebenarnya ingin ada improvisasi jawaban dari Bapak, seperti mungkin Bapak menyarankan saya untuk untuk mikir-mikir lagi kah atau mungkin melarang saya kah atau gimanaa gitu, pokoknya ada ungkapan yang menggambarkan kekhawatiran gituu 😅😅.

Lagi, ingatan saya kembali ke masa kuliah dulu. Aktivitas membolang saya yang cukup banyak dan ga butuh mikir banyak saat harus bepergian jauh, asalkan ada waktu yang pas dan kondisi memungkinkan, maka okebaik kita berangkat. Saya memang tak bisa langsung berkabar dulu ke mereka karena mengingat bahwa memang di rumah saya ga ada signal, tapi sekalinya nelpon, saya pasti bercerita banyak tentang berbagai aktivitas saya, mulai dari yang remeh temeh hingga yang paling beresiko.. dan yaa tetap saja, responnya biasa aja.. Malah paling seringnya hanya diberi komentar komentar seperti ini,

 "Astagaa... Jadi kapan lagi kayak gitu? Mau kemana lagi? Mau ke tempat ekstrim mana lagi?", 😐😐. 

Yaa.. bener jadinya.. Yaa kapan saya mau ikut kegiatan, maka semua tergantung saya. Saat kawan-kawan sekitar saya selalu mendapat larangan atau berbagai pertimbangan dari orang tua mereka atas asas kekhawatiran, sementara saya, "semua terserah padamu". Hal ini, kadang membuat saya suka iri. Aahhh.. Hingga akhirnya, sempat terpikir, waktu itu, tidak sayangkah mereka pada saya, pada anak perempuan mereka satu-satunya ini? 😆.

Rasanya masih belum puas. Hingga suatu ketika, ketika saya sedang di kampung (setelah 2 tahun ga pulang) dan akan balik ke perantauan lagi.. Dengan sengaja saya kembali bertanya.

"Ma Pa.. Saya pulangnya gimana? Pake motor, ataukah mungkin saya naik mobil aja..?"

Ternyata, waktu yang cukup panjang, bertahun-tahun, tak lantas membuat jawabannya bergeming. Masih sama. Lagi-lagi bapak hannya menjawab "terserah  kamu". Padahal, melarang dan memberikan pertimbangan keamanan saya adalah jawaban yang sangat saya harapkan. Tapi, rupanya saya ga mendengar itu secara langsung dari Bapak...

Lalu, saya melanjutkan.

"Jalanan kurang aman Pa, banyak longsor, musim hujan, jalanan licin, takut juga..".

"Yaa, kalau kamu rasa kamu ga kuat langsung naik mobil aja!".

"Tapi pak, kalau sy naik mobil motornya gimana? Ntar mahal juga kalo dimuat di mobil.."

"Yaa.. kan bapak bilang terserah kamu. Bapak nurut aja"..

Masih sama rupanya.. Yaa Allah..

Dan bukan hanya itu, bahkan ketika saya akan mengikuti berbagai kegiatan di luar pulau  semasa masih mahasiswa, tak ada larangan sedikitpun.. Hanya Ibu saja yang paling akan menanyakan beberapa hal, pesan dan nasihat untuk berhati-hati.


"Sama siapa berangkatnya? Berapa lama?..  Hati-hati aja di jalan dan di kampung orang"

Yaa itu saja, dan selesai.
💗💗💗💗💗
Lantas, apa yang saya rasakan atas hal tersebut ? Sempat terpikir bahwa Bapak dan Ibu tak sayang pada anaknya yang satu ini. Masak ga ada khawatir-khawatirnya gitu. Hingga perlahan saya paham, akhirnya. Apa yang mereka lakukan dan terapkan ke saya adalah sebentuk pola pengasuhan yang tidak lain untuk bertumbuhnya saya menjadi pribadi yang lebih tangguh, mandiri dan siap bertanggung jawab atas setiap resiko dari keputusan yang sudah, sedang dan akan saya ambil.

Saya sadar bahwa akhirnya sudah banyak hal "yang melampaui batas" yang sudah saya lakukan hingga saat ini, yang tak lain ini adalah buah manis dari setiap kepercayaan yang telah diberikan oleh Bapak dan Ibu, selama ini. Sudah sangat banyak kepercayaan pastinya, termasuk memberikan kebebasan untuk menentukan saya pengen pulang naik apa, motor atau yang lainnya, yang awalnya saya mikir bahwa mereka ga peduli dengan keamanan dan keselamatan anak mereka ini 😆😆.


Sebentuk kesyukuran hari ini pun tak lupa terpanjatkan karena kepercayaan itu berhasil mengukir senyuman mereka. Alhamdulillah.. Disaat banyak orang yang mengkhawatirkan keputusan orang tua saya untuk memberi kebebasan anaknya ini untuk melakukan apa saja asalkan masih berlajur di koridor yang tepat, dengan tidak melupakan pesan pataba-nya, pesan-pesan yang tidak pernah absent untuk disampaikan ke saya..

"Mama dan Bapak ga melarang kamu kemanapun kamu mau.. Asalkan kamu harus tetap berhati-hati dan ingatlah bahwa kamu tidak luput dari pengawasan Allah meski kamu mungkin luput dari pengawasan kami.. Jaga diri, jaga nama baik keluarga dan terpenting jadilah muslimah yang taat ! Jadilah orang baik..."

Namun, saya berhasil membuktikan, membuat Ayah dan Ibu tersenyum, karena banyak orang se-kampung yang akhirnya menjadikan saya sebagai teladan bagi anak-anaknya. Bukan bermaksud bangga atau sok benar.. Bukan.. Hanya sebentuk insight yang harapannya bisa membuka pandangan banyak orang, kita, secara lebih luas bahwa mendidik gak dengan harus mengikat dan mengekang dengan "kekhawatiran" yang kita ciptakan sendiri.

Pun, tak terlupa pesan-pesan Ibu yang selalu diutarakan lewat telepon ketika menghubungiku.


"Mama dan Bapak hanya berpesan 3 hal.. satu, sesibuk apapun kamu jangan sampai ninggalin sholat,, kedua.. pun hati-hati sama makhluk yang namanya laki-laki.. Mama gak larang kamu pacaran tapi ingat harus jaga batasan.. dan belajarlah untuk bertanggung jawab dengan setiap keputusan yang sudah kamu ambil"..

Itu pesannya yg selalu terngiang hingga saat ini, dan seperti biasa saya selalu mengomentari poin kedua dengan perkataan berikut ini,

"Iya Maa.. Anakmu ini sebisa mungkin akan menghindari hal itu.. Lagipula islam melarang kita atas hal tersebut"..

Aahh.. Kalian orang tua terbaik sepanjang masa. Maafkan anakmu yang sempat bernegatif thinking ini. Ternyata, memberi kepercayaan atas setiap keputusan adalah bentuk rasa sayang teromantis versi kalian.. I LOVE YOU SO MUCH MORE.. Terima kasih atas kepercayaannya hingga hari ini, masih memberikan dukungan penuh untuk memperjuangkan segala mimpi dan harapan 😢😊.

 💗💗💗💗💗💗
Itu sedikit celoteh hari ini, semoga kita bisa mengambil hikmah. Pun saya ingin berpesan, untuk kawan-kawan yang memegang penuh kepercayaan dari orang tua ataupun orang lainnya, silahkan manfaatkan hal itu sebaik-baiknya, jangan "disalahgunakan".. Dann, bagi yang belum memiliki kepercayaan penuh maka berkaryalah, ciptakan "bukti" bahwa kalian sudah siap menanggung amanah "kepercayaan" dari orang tua kalian. Tapi, jangan sampai nyalahin orang tua juga yaa.. Karena, setiap hal yang mereka lakukan tidak lain adalah untuk kebaikan setiap anaknya 😊.
  
Selamat menjadi lebih baik 😊!

_______________
Rukmana Suharta
Berikut adalah percakapan saya dengan seorang anak kecil yang merupakan salah satu dari sekian anak  super aktif yang pernah saya temui, namanya Al-Fatih, 4 tahun. Anak yang saya temui ketika ngajar privat calistung kakaknya, yang beda 1,5 tahun dengan sang kakak yang waktu itu masih kelas 1 SD. Ia adalah anak dari seorang dokter yang super sibuk, hingganya tak jarang kami belajar di ruang UGD Rumah Sakit Undata.


Setiap kali saya ngajarin kakaknya, pasti, dia pun ikut belajar. Tentu saja, dia akan mendapat perlakuan berbeda dari saya. Yep, biasanya saya akan menggambarkan beberapa gambar sesuai permintaannya untuk kemudian Ia warnai. Ahh.. untung saja, saya punya sedikit kemampuan untuk gambar menggambar. Lumayanlahh 😁Hihih..


Hingga suatu ketika, terjadilah percakapan singkat diantara kami.

Al-Fatih  : 
Ustadzah.. ustadzah.. buatkan gambar pohon pisang sama pohon manggis yaa (pintanya).

Saya :
Iya. Sini bukunya sayang..  

Al-Fatih : 
Gambarkan bunga juga, tapi yang ada potnya ustadzah yaa (pintanya lagi).

Saya :
Iya.

Al-Fatih : 
Gambarkan awan juga. 

 Saya :
(Saya hanya memjawab dengan anggukan, Sembari terus menggambar)
3 menit kemudian, gambarnya sudah selesai dan saya berikan gambarnya untuk di warnai.

Al-Fatih :
Ih ustadzah kenapa tidak ada rumahnya? Nanti siapa yg jaga pisang dgn manggisnya? Dimakan sapi nanti..

 Saya : 
Oh iya lupa, sini bukunya Ustadzah buatin rumah di gambarnya 😄.

(Dia diam memperhatikan hingga saya selesai menggambar)
Inilah hasil gambarnya

Saya :
Ini sdah selesai ! (Sambil memberikan gambar).

Al-Fatih :
Yah yah kenapa rumahnya di langit? Kenapa dekat dengan awan ? Kenapa begitu? (Protes Al-Fatih)

Saya :
(Saya mikir, iyasih bener juga.. Tapi..) Ga apa-apalah kan cuma gambar. Silahkan di warnai !.

Al-Fatih :
Ih tidak mau. Sy tidak mau rumahnya di langit, maunya d dekat pohon manggis dan pohon pisang.

Saya :
(Aduh nak 😂) Yaa sudah sini ustadzah buatin rumah lagi di bawah ( seperti gambar 2)..

Al-Fatih :
Terus kalau buat lagi, rumah yang di langit itu untuk siapa? Kan panas, dekat dgn matahari pun! 😐.
 
Saya :
Kita robohkan saja rumahnya 😎.

Al-Fatih :
Jangan Ustadzah, rumahnya untuk burung-burung saja karna burung kan suka terbang ke langit. 😎.

Saya :
Baiklah 😄.

Inilah hasil dari aktifitas menggambar kami, Rumah yang di dekat awan itulah Rumah Burung 😂
Gambarnya selesai, pun percakapan selesai dan dia kembali fokus mewarnai.

 *****
Itulah akhir dari perbicangan saya bersama Al-Fatih tentang Rumah Burung. Setidaknya, saya akhirnya menemukan satu bukti penguat lagi bahwa dibutuhkah pengetahuan yang lebih untuk menghadapi anak-anak. Hal ini terlihat dari si kecil Al-Fatih yang suka protes. Sebuah pelajaran juga dari sini bahwa ketika kita menggambar harusnya berhati-hati dan siagakan jawaban paling tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka yang mungkin muncul, terlebih mereka yang cukup kritis, imajinatif dan apa-apa harus logis. Pun kita juga harus paham bahwa hal ini membutuhkan kesabaran yang mumpuni karna seringkali anak-anak banyak maunya loh yaa.


Hohohooo.. selamat melatih diri ! 😊
Newer Posts Older Posts Home

WELCOME ABOARD!

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Makalrambot Lipu (Teringat Kampung Halaman)
    Lagu-lagu daerah Tolitoli cukup banyak yang menceritakan kerinduan seorang perantau terhadap kampung halamannya, termasuk lagu Makalrambot L...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Lutungan (Patriot Baolan)
    Nah, lagu ini adalah salah satu lagu fenomenal kota Tolitoli karena sering dinyanyikan dalam acara-acara kedaerahan, pun sering juga diperke...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Tinga Kinaaku (Suara hatiku)
    Naah, ini adalah salah satu lagu yang sangat terkenal juga di Tolitoli. Judulnya adalah " Tinga Kinaaku" , atau bisa diartikan seb...
  • SHARING AWARDEE : Persiapan Seleksi Wawancara LPDP bersama Kak RH. Andriansyah #1
    Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh.. Hey, you all, scholarship hunters, LPDP fighters.. Untuk apply sebuah beasiswa adalah se...
  • CERITA LPDP : Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat, Bebas Narkoba dan Bebas TBC di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare Kediri (64212)
    Salah satu dari beberapa hal penting yang harus disiapkan dalam proses pendaftaran beasiswa LPDP, khususnya untuk tahap awal atau tahap SE...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Mogita Ilimu (Menuntut Ilmu)
    Lagu "Mogita Ilimu" (tapi sering nemu yang tulisannya "Magita", tapi menurutku benarnya adalah Mogita biar lebih make s...
  • Tak ingin ditunggu (lagi)
    Pertemuanmu dengannya di jalan waktu itu, bukanlah kesalahan. Waktu pertemuannya saja yang kurang tepat. Karena dalam perjalanan;  Di tengah...
  • Kata Kerja Transitif dan Intransitif, Apa Bedanya ?
    Materi Grammar atau aturan penulisan adalah salah satu materi utama dalam belajar bahasa Inggris. Materi verb atau kata kerja pada bagian...
  • KAOS KAKI IDENTITAS
            H 28 Ramadhan 1436 H, tempat aku dan teman magang sudah memasuki waktu libur. Pagi itu kami pergi ke sebuah pasar tradisional y...
  • QUOTES MOTIVASI - MELAKUKAN KEBAIKAN
      "To do kindness does not wait for success because the real success is successful in doing kindness"  "Melakukan ...

Categories

Beasiswa 6 Catatan 39 Cerita Saya 38 English Article 2 Kampung Inggris Pare 16 Pojok Umum 33 Refleksi 22 Tentang Toli-toli 8

Blog Archive

  • ►  2025 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (3)
    • ►  May (3)
  • ►  2023 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (7)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ▼  2018 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ▼  August (4)
      • Terlatih Menyalahkan Orang Lain
      • Menentukan Kebenaran
      • Bentuk Kasih Sayang Paling Romantis ala Ibu dan Bapak
      • Al-Fatih dan Rumah Burung
    • ►  July (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (32)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2015 (24)
    • ►  December (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  August (1)

Total Pageviews

Contact Form

Name

Email *

Message *

Featured Post

Memaafkan atau dimaafkan bukanlah perihal mana yang lebih baik. Keduanya adalah dua hal yang sama-sama membutuhkan keikhlasan. Kita dilatih ...

rukmana.rs

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates