Yap, masih terekam jelas hingga saat ini, bertahun-tahun yang lalu, ketika sengaja saya bertanya ke Bapak tentang kendaraan apa yang akan saya tumpangi saat harus kembali ke perantauan. Saya sengaja menanyakan ini, karena saya sangat ingin mendengar jawaban dari Bapak. Tepatnya sih, saya menyebut ini sebagai sebuah eksperimen 😁.
"Yaa,
terserah kamu saja. Kalau kamu mau maik rental.. okee.. naik damri..
okee..mau naik motor juga oke.. atau naik pesawat juga okee.. Bapak
nurut aja tapi kalau pesawat kamu tahukan itu mahal.."
Itu jawaban Bapak, dan itulah jawaban yang selalu konsisten Bapak lemparkan ketika saya menanyakan hal yang nadanya sama, bahkan hampir di setiap mudik, di waktu libur. Dalam hati, sebenarnya ingin ada improvisasi jawaban dari Bapak, seperti mungkin Bapak menyarankan saya untuk untuk mikir-mikir lagi kah atau mungkin melarang saya kah atau gimanaa gitu, pokoknya ada ungkapan yang menggambarkan kekhawatiran gituu 😅😅.
Lagi, ingatan saya kembali ke masa kuliah dulu. Aktivitas membolang saya yang cukup banyak dan ga butuh mikir banyak saat harus bepergian jauh, asalkan ada waktu yang pas dan kondisi memungkinkan, maka okebaik kita berangkat. Saya memang tak bisa langsung berkabar dulu ke mereka karena mengingat bahwa memang di rumah saya ga ada signal, tapi sekalinya nelpon, saya pasti bercerita banyak tentang berbagai aktivitas saya, mulai dari yang remeh temeh hingga yang paling beresiko.. dan yaa tetap saja, responnya biasa aja.. Malah paling seringnya hanya diberi komentar komentar seperti ini,
"Astagaa... Jadi kapan lagi kayak gitu? Mau kemana lagi? Mau ke tempat ekstrim mana
lagi?", 😐😐.
Yaa.. bener jadinya.. Yaa kapan saya mau ikut kegiatan, maka semua tergantung saya. Saat kawan-kawan sekitar saya selalu mendapat larangan atau berbagai pertimbangan dari orang tua mereka atas asas kekhawatiran, sementara saya, "semua terserah padamu". Hal ini, kadang membuat saya suka iri. Aahhh.. Hingga akhirnya, sempat terpikir, waktu itu, tidak sayangkah mereka pada saya, pada anak perempuan mereka satu-satunya ini? 😆.
Rasanya masih belum puas. Hingga suatu ketika, ketika saya sedang di kampung (setelah 2 tahun ga pulang) dan akan balik ke perantauan lagi.. Dengan sengaja saya kembali bertanya.
"Ma Pa.. Saya pulangnya gimana? Pake motor, ataukah mungkin saya naik mobil aja..?"
Ternyata, waktu yang cukup panjang, bertahun-tahun, tak lantas membuat jawabannya bergeming. Masih sama. Lagi-lagi bapak hannya menjawab "terserah kamu". Padahal, melarang dan memberikan pertimbangan keamanan saya adalah jawaban yang sangat saya harapkan. Tapi, rupanya saya ga mendengar itu secara langsung dari Bapak...
Lalu, saya melanjutkan.
"Jalanan kurang aman Pa, banyak longsor, musim hujan, jalanan licin, takut juga..".
"Yaa, kalau kamu rasa kamu ga kuat langsung naik mobil aja!".
"Tapi pak, kalau sy naik mobil motornya gimana? Ntar mahal juga kalo dimuat di mobil.."
"Yaa.. kan bapak bilang terserah kamu. Bapak nurut aja"..
Masih sama rupanya.. Yaa Allah..
Dan bukan hanya itu, bahkan ketika saya akan mengikuti berbagai kegiatan di luar pulau semasa masih mahasiswa, tak ada larangan sedikitpun.. Hanya Ibu saja yang paling akan menanyakan beberapa hal, pesan dan nasihat untuk berhati-hati.
"Sama siapa berangkatnya? Berapa lama?.. Hati-hati aja di jalan dan di kampung orang"
Yaa itu saja, dan selesai.
💗💗💗💗💗
Lantas,
apa yang saya rasakan atas hal tersebut ? Sempat terpikir bahwa Bapak
dan Ibu tak sayang pada anaknya yang satu ini. Masak ga ada
khawatir-khawatirnya gitu. Hingga perlahan saya paham, akhirnya. Apa
yang mereka lakukan dan terapkan ke saya adalah sebentuk pola pengasuhan
yang tidak lain untuk bertumbuhnya saya menjadi pribadi yang lebih
tangguh, mandiri dan siap bertanggung jawab atas setiap resiko dari
keputusan yang sudah, sedang dan akan saya ambil.Saya sadar bahwa akhirnya sudah banyak hal "yang melampaui batas" yang sudah saya lakukan hingga saat ini, yang tak lain ini adalah buah manis dari setiap kepercayaan yang telah diberikan oleh Bapak dan Ibu, selama ini. Sudah sangat banyak kepercayaan pastinya, termasuk memberikan kebebasan untuk menentukan saya pengen pulang naik apa, motor atau yang lainnya, yang awalnya saya mikir bahwa mereka ga peduli dengan keamanan dan keselamatan anak mereka ini 😆😆.
Sebentuk kesyukuran hari ini pun tak lupa terpanjatkan karena kepercayaan itu berhasil mengukir senyuman mereka. Alhamdulillah.. Disaat banyak orang yang mengkhawatirkan keputusan orang tua saya untuk memberi kebebasan anaknya ini untuk melakukan apa saja asalkan masih berlajur di koridor yang tepat, dengan tidak melupakan pesan pataba-nya, pesan-pesan yang tidak pernah absent untuk disampaikan ke saya..
"Mama dan Bapak ga melarang kamu kemanapun kamu mau.. Asalkan kamu harus tetap berhati-hati dan ingatlah bahwa kamu tidak luput dari pengawasan Allah meski kamu mungkin luput dari pengawasan kami.. Jaga diri, jaga nama baik keluarga dan terpenting jadilah muslimah yang taat ! Jadilah orang baik..."
Namun, saya berhasil membuktikan, membuat Ayah dan Ibu tersenyum, karena banyak orang se-kampung yang akhirnya menjadikan saya sebagai teladan bagi anak-anaknya. Bukan bermaksud bangga atau sok benar.. Bukan.. Hanya sebentuk insight yang harapannya bisa membuka pandangan banyak orang, kita, secara lebih luas bahwa mendidik gak dengan harus mengikat dan mengekang dengan "kekhawatiran" yang kita ciptakan sendiri.
Pun, tak terlupa pesan-pesan Ibu yang selalu diutarakan lewat telepon ketika menghubungiku.
"Mama
dan Bapak hanya berpesan 3 hal.. satu, sesibuk apapun kamu jangan
sampai ninggalin sholat,, kedua.. pun hati-hati sama makhluk yang
namanya laki-laki.. Mama gak larang kamu pacaran tapi ingat harus jaga
batasan.. dan belajarlah untuk bertanggung jawab dengan setiap keputusan
yang sudah kamu ambil"..
Itu pesannya yg selalu terngiang hingga saat ini, dan seperti biasa saya selalu mengomentari poin kedua dengan perkataan berikut ini,
"Iya Maa.. Anakmu ini sebisa mungkin akan menghindari hal itu.. Lagipula islam melarang kita atas hal tersebut"..
Aahh.. Kalian orang tua terbaik sepanjang masa. Maafkan anakmu yang sempat bernegatif thinking ini. Ternyata, memberi kepercayaan atas setiap keputusan adalah bentuk rasa sayang teromantis versi kalian.. I LOVE YOU SO MUCH MORE.. Terima kasih atas kepercayaannya hingga hari ini, masih memberikan dukungan penuh untuk memperjuangkan segala mimpi dan harapan 😢😊.
💗💗💗💗💗💗
Itu
sedikit celoteh hari ini, semoga kita bisa mengambil hikmah. Pun saya
ingin berpesan, untuk kawan-kawan yang memegang penuh kepercayaan dari
orang tua ataupun orang lainnya, silahkan manfaatkan hal itu
sebaik-baiknya, jangan "disalahgunakan".. Dann, bagi yang belum memiliki
kepercayaan penuh maka berkaryalah, ciptakan "bukti" bahwa kalian sudah
siap menanggung amanah "kepercayaan" dari orang tua kalian. Tapi, jangan sampai nyalahin orang tua juga yaa.. Karena, setiap hal yang mereka lakukan tidak lain adalah untuk kebaikan setiap anaknya 😊.Selamat menjadi lebih baik 😊!
_______________
Rukmana Suharta
0 comments
It's nice to see you !