Mimpi akan membawa kita terbang melintasi benua. Meninggalkan segala kenyamanan diri dan memilih tinggal nan jauh dari rumah. Aku sempat berpikir bahwa ini adalah perihal ilmu yang sifatnya dunia. Ternyata, semua melebihi apa yang kubayangkan. Banyak hal yang benar-benar mengantarkanku pada perenungan panjang akan arti ujian yang sebenarnya. Hal yang mengantarkanku pada pemaknaan syukur yang sebenarnya. Rasa ke-hamba-an yang semakin menguat.
Saat selama ini kita terus mengeluh karena kepanasan (yang padahal panasnya tidak seberapa) ternyata jika dibandingnkan dengan orang-orang disini, mereka sangat mengaharapkan kehadiran matahari yang selalu kita kecam itu. Tentang dingin yang masih bisa kita atasi hanya dengan menyematkan selimut yang tebalnya tidak seberapa. Lantas kita masih mengutuk. Sementara di belahan bumi lainnya ada yang harus menggunakan jaket tebal berlapis-lapis dan heater sepanjang hari demi mendapatkan kehangatan.
Saat kita mengeluh karena waktu buka puasa yang seharusnya jam 6 sore menjadi jam 6.15, sementara dibelahan bumi yang lainnya ada yang bahkan berpuasa hingga 20 jam, sedangkan kita hanya sekitar 15 jam masih mengeluh?
Harusnya kita bersyukur atas nikmat hutan yang kita miliki, yang mampu bertahan sepanjang tahun, tumbuh subur, dan memberi manfaat bagi kita. Sementara di belahan bumi yang lain, orang berpikir keras bagaimana cara agar tanaman tetap bertahan bahkan di musim dingin yang mematikan berbagai macam tanaman-tanaman. Hanya beberapa yang mampu bertahan dengan suhu bumi yang ekstrim.
Kita mungkin belum paham bahwa di beberapa negara jumlah polusi karbondioksida di udara meningkat di sekitar September hingga Januari karena tanaman sekarat, menggugurkan daunnya dan tidak terjadi fotosintesis yang sangat berfungsi dalam menyerap karbon dioksida..
Mungkin, ketika di rumah kita sering mengeluh tentang berbagai macam masakan lezat Ibu karena kita tidak menyukai rasanya. Sementara di waktu yang sama, ada yang belum bisa makan seenak itu karena kemampuan masak yang seadanya , beli makanan enak pun belum tentu bisa karena akses makanan enak yang halal yang sulit..
Mungkin kita ngeluh ketika mungkin saat kita sakit, ibu atau bapak kita terus-terusan nanyain kita mau makan apa? dan tak hentinya menyuruh kita mengkonsumsi obat yang sudah mereka siapkan.. Tapi kita merasa risih dengan semua itu bahkan sampai menolak dengan cara kasar.. Di sini, hal itu adalah hal yang sangat dirindukan...
Iya. Ini bukan sekedar perjalanan.. still long way to go...
Kenapa kita masih kurang bersyukur? Mungkin kita butuh menyeberang benua, agar syukurnya makin bertambah.
---------------------------------------------------------------------
(Tulisan yang mendekam 4 tahun dalam draft) - tulisan versi pertama tanpa editing