H 28 Ramadhan 1436 H, tempat aku dan teman magang sudah memasuki waktu libur. Pagi itu kami pergi ke sebuah pasar tradisional yang terletak disebuah daerah yang lumayan terpencil di kabupaten Ogan Ilir, Palembang, Sumatera Selatan. Matahari sudah menyembul tinggi di awan ketika kami berangkat ke pasar. Iya, matahari memang sudah menyembul tinggi tapi bukan berarti waktu sudah telat. hehe. Yang aku perhatikan selama kami disini mataku rasanya tak pernah menangkap panorama pegunungan. Mungkin itulah penyebabnya matahari terbit lebih awal disini. Maklum kami datang dari daerah yang wilayahnya dikelilingi pegunungan dan laut, jadi rasanya ada yang kurang katika tak mendapati harmonisasi panorama tersebut. Selain tak ada gunung daerah ini juga sangat jauh dari laut. Sedih juga sih, hehe. Lupakan masalah gunugn dan laut. Di pasar kami akan berbelanja bahan-bahan untuk dimasak saat lebaran nanti. Tak banyak bahan yang akan kami beli, yaah secukupnya saja, maklum kami hanyalah anak magang yang lagi merantau untuk 1 bulan.
Sebuah pasar tradisional, sudah terbayangkan bagaimana bentuknya. Dipadati penjual-penjual yang menjajakan sayur-sayuran, bumbu dapur dan ikan air tawar, sepanjang mata melihat aku tak melihat satupun penjual ikan laut. Awalnya berniat ingin membeli ikan, namun karena tak ada yang menjual maka niatan itu kubatalkan. Aku tak terbiasa makan ikan air tawar. Kami terlampau asyik memilah-milih sayuran yang akan kami beli hingga tak terasa tas yang kami bawa sudah penuh. Tasnya kecil temans (hoho). Setelah itu, temanku masuk ke dalam sebuah toko yang ada di depan kami untuk membeli mie laksa (warga setempat menyebutnya suun). Aku tak ikut masuk, tapi aku menunggu diluar, duduk dibawah pohon jambu yang cukup rindang sembari memperhatikan orang-orang yang lalulalang dihadapanku. Aku menyadari sesekali orang-orang yang lalulalang itu balik memperhatikanku yang duduk sendirian dibawah pohon. Yah, dengan penampilanku seperti biasanya, tampak atas muslimah, tampak bawah menggunakan sendal eiger kesayangan yang talinya melilit dikaki bak pendaki gunung. Ala-ala muslimah backpaker gitu. Nampaknya hanya aku yang berpenampilan seperti itu sehingga sedikit mengundang perhatian. Mungkin bagi mereka terlihat sedikit aneh. Tapi gak penting mikirin itu semua. Tiba-tiba seorang Ibu yang berusia sekitar 50 tahun dengan rambut yang dipenuhi uban berwarna putih, menggunakan baju daster panjang dengan shall di leher, terdengar mengucapkan salam dari arah samping.
"Waalaykumsalam Wr. Wb", jawabku spontan. Dalam hati ku bertanya-tanya siapakah gerangan Ibu ini. Rasanya belum pernah bertemu dan mengenal sebelumnya.
"Mahasiswa yah Ayuk ?", tanya ibu itu.
"Ayu ? Maaf bu namaku bukan Ayu..", Tanyaku keheranan mungkin Ibu itu salah orang.
"Oh iya Ayuk itu panggilan untuk kakak atau anak yang lebih tua, itu bahasa asli disini", Ibu itu menjelaskan sambil tersenyum.
"Oh begitu Bu. Iya aku mahasiswa bu, lagi magang di pabrik gula cinta manis", aku menjelaskan. Yaa, mungkin Ibu itu bisa menebak karena kala itu karena melihat Jaket IKAHIMKI yang tengah ku kenakan, organisasi mahasiswa kimia nasional. Jadi, wajar saja Ibu itu mengenali.
"Dari Unsri yo keluarnya?", Tanya Ibu itu lagi.
"Bukan bu, aku dari Universitas Tadulako di Palu, Sulawesi Tengah", Kataku.
"Wah jauhnyo. Ayuk anak LDK yah?", tanya Ibu itu.
"Alhamdulillah iya bu. Ibu tau darimana?", aku bertanya tanpa mengurangi rasa hormat. Sejujurnya pertanyaan ini membuatku sedikit kaget, karna dari awal Ibu
itu seolah-olah bisa membaca pikiran orang lain. Dan kali ini aku agak
kaget mendengar perkataan ibu itu. Darimana Ia bisa menebak seperti itu?
dari Atributkah ? Tidak juga, aku tak mengenakan atribut apapun kala itu.
"Itu kaos kaki kamu. Aku punya ponakan, dia pernah cerita kalau yg biasa pake kaos kaki kemana-mana tuh anak LDK, lembaga dakwah kampus gitu", Ibu itu menjawab dengan spontan sambil tersenyum dan memandang kearah kaos kakiku. Pertanyaanku terjawab.
"Oh maaf .....", Perkataanku terputus karena Ibu itu langsung bergegas pergi untuk berbelanja.
Aku tak kuasa untuk mencegah Ibu itu pergi. Aku hanya bisa berkata iya. Keinginan untuk berbincang lebih banyak dengan Ibu itu harus ku usir jauh-jauh. Sesungguhnya aku ingin mengatakan bahwa tak semua orang-orang yang selalu berkaos kaki kemana-mana itu anak Lembaga Dakwah Kampus, itu adalah salah satu kewajiban untuk menutup aurat. Namun, hari ini kebetulan saja bertemu denganku yang berstatus sebagai anggota LDK. Diantara aurat wanita yang sering dilalaikan untuk ditutup oleh banyak
Muslimah adalah kaki. Bahkan Muslimah yang sudah berjilbab lebar pun
banyak yang masih terbuka kakinya sehingga bisa terlihat lelaki yang
bukan mahramnya. Padahal sejak dahulu masyarakat kita, walhamdulillah, memahami bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan. Hanya saja memang pada umumnya yah sudah seperti itu. Yaah, saya sadar bisa saja Ibu itu lebih tahu banyak, setidaknya saya bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikiran saya. Tapi aku sangat bersyukur masih ada orang yang peduli dengan hal sesederhana kaos kaki.
Oh iya mungkin kita sebaiknya mereview sedikit tentang menutup aurat kaki. Kaki sebagaimana aurat yang lain, ditutup dengan pakaian yang
longgar, tidak tipis, tidak transparan, tidak memperlihatkan bentuk atau
lekukan. Adapun qadam (dari pergelangan kaki ke bawah; punggung telapak
kaki) boleh ditutup dengan kaus kaki atau dengan menjulurkan pakaian
sehingga menutup seluruh kaki. Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Wal Ifta menyatakan,
الواجب عليها ستر القدمين عند جمهور أهل العلم ،وقد جاء في
حديث أم سلمة أنها سئلت : هل المرأة تصلي في درع وخمار ؟ قالت في جوابها :
إذا كان الدرع سابغا يغطي ظهور قدميها تصلي في درع سابغ يستر أقدامها ،
أو تكون في أقدامها شراريب ، هذا هو المشروع عند جمهور أهل العلم ، يجب
عليها ستر القدمين ، إما بكون الثياب ضافية ، أو باتخاذ جوارب في الرجلين ،
هذا هو المشروع لها ، وهو الواجب عند جمهور أهل العلم .
“Wajib untuk wanita menutup kedua qadam, menurut jumhur ulama.
Sebagaimana terdapat dalam hadits Ummu Salamah, bahwa ia bertanya:
‘Apakah seorang wanita boleh shalat dengan mengenakan baju panjang dan
penutup kepala tanpa mengenakan kain?’ Nabi menjawab, ‘Boleh, jika baju
itu luas yang biasa menutupi kedua qadam-nya’. Maka shalatlah dengan
baju panjang yang cukup untuk menutupi kedua qadam, atau memakai kaus
kaki. Inilah yang disyariatkan menurut jumhur ulama. Wajib menutup kedua
qadam-nya, baik dengan kain tambahan (yang menutup qadam) atau dengan
menggunakan kaus kaki. Ini lah yang disyariatkan dan diwajibkan menurut
jumhur ulama” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 7/257).
المشروع سترهما بالجوربين أو بإرخاء الثياب ، أرخت الثياب حصل المطلوب ولو ما كان هناك جوربان
“Disyariatkan menutup kedua qadam dengan kaus kaki atau dengan
menjulurkan pakaian. Jadi pakaian dijulurkan hingga cukup untuk menutup
kedua kaki jika tidak memakai kaus kaki” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 7/259).
Namun, jika Muslimah menutup kaki dengan kaus kaki, sebaiknya hindari
warna kaus kaki yang menyerupai warna kulit. Karena dengan warna kaus
kaki yang mirip kulit membuat seakan-akan seperti kulit yang terlihat,
maka tidak tercapai maksud dari menurup aurat di sini. Ketika ditanyakan
kepada Syaikh Ali Ridha Al Madini hafizhahullah, “Ya Syaikh,
bolehkah bagi wanita memakai kaus kaki yang sewarna dengan warna kulit,
sehingga kalau dia sedang jalan atau terkena angin seakan-akan kulitnya
kelihatan?”, beliau menjawab, “yang demikian tidak diperbolehkan”. Maka gunakanlah kaus kaki yang berwarna gelap dan juga tebal hingga tidak menampakkan kulit sedikit pun.
Yah, ini adalah sedikit pengalaman yang kelihatannya biasa-biasa saja dan jarang mendapatkan perhatian dari kita. Namun, dari pengalaman yang kecil mampu menyadarkan bahwa hal sesederhana kaos kaki membuatmu bisa dikenali. Yah, hanya dari sebuah kaos kaki. Itulah salah satu hal yang menjadi pembeda antara Aktivis Dakwah Kampus dalam sebuah Lembaga Dakwah Kampus dengan yang lain. Meski tak bisa dipungkiri belum semua bisa istiqomah dengan itu semua, karna virus futur masih berhasil menyerang. Yaah, paling tidak kita tetap berproses untuk menuju keistiqomahan itu. Bagaimana dengan kalian ?? Ingin berbagi cerita ??
(Hehe, itulah sedikit cerita saya tentang kaos kaki )
Referensi penulisan : Muslimah.or.id
2 comments
makasih yaa infonya sangat berguna :) Salam dari Sablon Kaos Tangerang
ReplyDeleteSama-sama. Mari menebar sebanyak-banyak manfaat. Sukses buat Sablon Kaos Tangerang ! :)
DeleteIt's nice to see you !