Yang namanya belajar, pastilah didalamnya adalah sebuah proses pencarian apa yang belum kita ketahui, menjadi bisa atas apa yang belum kita bisa dan proses-prosesnya pun tak sesimpel bayangan kita. Bahkan prosesnya bisa menjelma menjadi bom waktu yang akhirnya akan menghentikan kita ditengah jalan sebelum akhirnya sampai dalam tujuan.
Dalam meng-upgrade kapasitas diri pastilah kita membutuhkan beragam tips pendukung. Tips-tips ini akhirnya menjadi sesuatu yang sangat penting, seolah menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi, dan, bak gayung bersambut, menjadi semakin mudah untuk dijelajahi seiring perkembangan teknologi yang semakin modern ini.
Hampir seluruh masyarakat di dunia kini bisa mengakses beragam informasi hanya dalam satu ketukan di layar hape. Kita hanya butuh menyediakan paketan data internet untuk bisa berselancar menjelajahi beragam informasi tips dan trik yang disediakan di internet lewat mesin pencari seperti youtube dan google yang menjadi mesin pencari paling diminati saat ini. Semuanya juga bisa dilakukan dengan cara yang flexibel. Meski begitu, banyak pula orang-orang yang rela mendatangi berbagai pelatihan, seminar, konferensi dan lainnya hanya untuk mengetahui apa sih tips sukses dari sang pemateri, sang keynote speaker. Kita rela bayar mahal hanya untuk hal sekedar tips yang terkadang ujung-ujungnya sama aja dengan apa yang kita baca di internet.
Dulu, saya termasuk salah seorang yang tingkat ke-kepo-annya tinggi pun memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan diri. Maka, gak heran kalo saya hampir gak pernah absen menghadiri seminar-seminar dan training motivasi yang diadakan di kampus maupun di luar (tapi banyakan dalam kampus sih). Juga, gak nanggung-nanggung untuk menjatah sejumlah dana dari beasiswa untuk membeli beberapa buku yang bahasan utamanya adalah kumpulan tips, ataupun sekedar motivasi untuk merawat mimpi-mimpi dan semangat. Hal lainnya adalah saya terlalu banyak menghabiskan waktu ngapelin laptop hanya untuk ngebaca tips dari internet hingga laptopnya panas minta ampun. Efeknya, adalah saya semakin suka untuk membaca buku-buku motivasi dan ketika sedang down maka buku-buku tersebut mampu menjadi mood booster.
Yaps, seminar dan buku motivasi adalah santapan saya selama kuliah, 4 tahunan, mengalahkan buku-buku kimia yang faktanya lebih penting. Mekanisme reaksi bak rantai, yang bejibun jumlahnya, yang harus dipahami sepaham-pahamnya. Hingga di suatu masa, setelah wisuda kelulusan, saya menyadari bahwa ada satu hal yang terlupakan oleh saya, selama itu saya terlalu memprioritaskan diri untuk mempelajari tips-tips tanpa diimbangi realisasi yang berbanding lurus, less action. Akibatnya, banyak hal yang tidak berjalan optimal hanya karena saya selalu menunda untuk berbuat padahal saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan.
Sebagai contoh, di tahun kedua perkuliahan saya sudah memiliki keinginan besar untuk lanjut S2 ke luar negeri dan paham bahwa kelemahan saya adalah dalam bahasa Inggris. Pada saat itu, saya pun paham bahwa seharusnya sudah mulai belajar bahasa Inggris. lagi-lagi, terlalu banyak alasan yang saya lontarkan bahkan ke diri saya sendiri. Nanti saja ah, kan waktunya masih panjang, masih 2 tahunan lagi, nanti saya belajarnya setelah wisuda ngambil program khusus 2 bulan pasti langsung jago (ini mah omong kosong besar kecuali bagi orang-orang yang sudah punya dasar yang bagus), fokus saja dulu pada tips-tipsnya. Faktanya, saya baru bisa mulai belajar bahasa setelah 10 bulan setelah kelulusan, dan 2 bulan bukanlah waktu yang ideal untuk mempelajari bahasa, waktu harus diperpanjang. Akhirnya, semua bermuara pada keterlambatan dan penyesalan.
Belakangan, saya semakin memahami bahwa sekali lagi semua memiliki fasenya sendiri. Ada masa dimana memang waktunya kita memberi prioritas memperkaya diri dengan tips-tips dan ada masa dimana kita tidak lagi bergelut dengannya, waktunya untuk merealisasikan, melakukan berbagai action, atau setidaknya kita bisa menyeimbangkan antara seberapa banyak tips dan action yang sudah kita lakukan. Jumlah tips bukanlah faktor utama. Yang paling ter ter adalah seberapa sering kita mempraktekkan tips-tips tersebut. Ingatkan slogan yang bunyinya "Practice makes perfect, repetation makes correct" ?
Jangan sampai, ibaratnya, kita kebanyakan teori tapi gak pernah praktek. Kita ngebahas gimana cara bisa jago bersepeda, ngebahas kesembangan dan segala tetek bengeknya, tapi kita gak pernah praktekin langsung ya jatuhlah. Untuk bisa mengayuh dengan benar kita butuh latihan yang berulang-ulang, bukan sekali dua kali langsung jago.
Perlu untuk kita ketahui juga bahwa setiap tips yang kita dapat dari berbagai sumber belum tentu sama. Itu wajar karena bisa jadi itu disampaikan oleh orang-orang dengan tipe pengalaman dan kepribadian yang berbeda-beda. Ingat, setiap tips yang kita baca belum tentu cocok dengan diri kita, maka sebelum itu, kenalilah diri sendiri, kita itu orangnya seperti apa dan sukanya yang gimana. Jangan sampai memberikan perlakuan yang tidak sesuai hingga malah impact negatif yang didapatkan. Misalnya, saya. Saya pernah membaca sebuah tips yang menyarankan agar bisa berkonsentrasi dalam belajar maka sebaiknya mendengarkan musik. Saya pun mencoba dan hasilnya bukan konsentrasi tapi malah saya jadi lebih ingin nyayi dan gak fokus terhadap apa yang saya pelajari.
Sering juga saya mendengar pernyataan dari banyak orang yang seolah menyalahkan tips yang mereka coba aplikasikan, misalnya "ih jangan ikuti tips itu, itu mah ngarang, saya udah nyoba tapi tetap aja gak berhasil". Yap, memang ada beberapa tips yang gak berhasil tapi bukan berarti itu ngarang. Beberapa hal yang menjadikan kita belum berhasil diantaranya adalah karena kita gak cocok dengan tips tersebut, bahasa gaulnya itu mah bukan gue banget. Kemudian, bisa jadi upaya yang kita lakukan belum pada tahap maksimal. Baru nyoba sekali dua kali langsung give up. Intinya, kita harus banyak-banyak introspeksi diri juga.
Eits, hampir terlupa satu hal. Juga, kita harus ingat bahwa tips itu bukan jaminan tapi bantuan untuk percepatan.
Nah, semoga kita bisa menjadi pelajar yang bijak. Jangan kebanyakan baca tips aja.
Please, DO MORE ACTION !
Dalam meng-upgrade kapasitas diri pastilah kita membutuhkan beragam tips pendukung. Tips-tips ini akhirnya menjadi sesuatu yang sangat penting, seolah menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi, dan, bak gayung bersambut, menjadi semakin mudah untuk dijelajahi seiring perkembangan teknologi yang semakin modern ini.
Hampir seluruh masyarakat di dunia kini bisa mengakses beragam informasi hanya dalam satu ketukan di layar hape. Kita hanya butuh menyediakan paketan data internet untuk bisa berselancar menjelajahi beragam informasi tips dan trik yang disediakan di internet lewat mesin pencari seperti youtube dan google yang menjadi mesin pencari paling diminati saat ini. Semuanya juga bisa dilakukan dengan cara yang flexibel. Meski begitu, banyak pula orang-orang yang rela mendatangi berbagai pelatihan, seminar, konferensi dan lainnya hanya untuk mengetahui apa sih tips sukses dari sang pemateri, sang keynote speaker. Kita rela bayar mahal hanya untuk hal sekedar tips yang terkadang ujung-ujungnya sama aja dengan apa yang kita baca di internet.
Dulu, saya termasuk salah seorang yang tingkat ke-kepo-annya tinggi pun memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan diri. Maka, gak heran kalo saya hampir gak pernah absen menghadiri seminar-seminar dan training motivasi yang diadakan di kampus maupun di luar (tapi banyakan dalam kampus sih). Juga, gak nanggung-nanggung untuk menjatah sejumlah dana dari beasiswa untuk membeli beberapa buku yang bahasan utamanya adalah kumpulan tips, ataupun sekedar motivasi untuk merawat mimpi-mimpi dan semangat. Hal lainnya adalah saya terlalu banyak menghabiskan waktu ngapelin laptop hanya untuk ngebaca tips dari internet hingga laptopnya panas minta ampun. Efeknya, adalah saya semakin suka untuk membaca buku-buku motivasi dan ketika sedang down maka buku-buku tersebut mampu menjadi mood booster.
Yaps, seminar dan buku motivasi adalah santapan saya selama kuliah, 4 tahunan, mengalahkan buku-buku kimia yang faktanya lebih penting. Mekanisme reaksi bak rantai, yang bejibun jumlahnya, yang harus dipahami sepaham-pahamnya. Hingga di suatu masa, setelah wisuda kelulusan, saya menyadari bahwa ada satu hal yang terlupakan oleh saya, selama itu saya terlalu memprioritaskan diri untuk mempelajari tips-tips tanpa diimbangi realisasi yang berbanding lurus, less action. Akibatnya, banyak hal yang tidak berjalan optimal hanya karena saya selalu menunda untuk berbuat padahal saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan.
Sebagai contoh, di tahun kedua perkuliahan saya sudah memiliki keinginan besar untuk lanjut S2 ke luar negeri dan paham bahwa kelemahan saya adalah dalam bahasa Inggris. Pada saat itu, saya pun paham bahwa seharusnya sudah mulai belajar bahasa Inggris. lagi-lagi, terlalu banyak alasan yang saya lontarkan bahkan ke diri saya sendiri. Nanti saja ah, kan waktunya masih panjang, masih 2 tahunan lagi, nanti saya belajarnya setelah wisuda ngambil program khusus 2 bulan pasti langsung jago (ini mah omong kosong besar kecuali bagi orang-orang yang sudah punya dasar yang bagus), fokus saja dulu pada tips-tipsnya. Faktanya, saya baru bisa mulai belajar bahasa setelah 10 bulan setelah kelulusan, dan 2 bulan bukanlah waktu yang ideal untuk mempelajari bahasa, waktu harus diperpanjang. Akhirnya, semua bermuara pada keterlambatan dan penyesalan.
Belakangan, saya semakin memahami bahwa sekali lagi semua memiliki fasenya sendiri. Ada masa dimana memang waktunya kita memberi prioritas memperkaya diri dengan tips-tips dan ada masa dimana kita tidak lagi bergelut dengannya, waktunya untuk merealisasikan, melakukan berbagai action, atau setidaknya kita bisa menyeimbangkan antara seberapa banyak tips dan action yang sudah kita lakukan. Jumlah tips bukanlah faktor utama. Yang paling ter ter adalah seberapa sering kita mempraktekkan tips-tips tersebut. Ingatkan slogan yang bunyinya "Practice makes perfect, repetation makes correct" ?
Jangan sampai, ibaratnya, kita kebanyakan teori tapi gak pernah praktek. Kita ngebahas gimana cara bisa jago bersepeda, ngebahas kesembangan dan segala tetek bengeknya, tapi kita gak pernah praktekin langsung ya jatuhlah. Untuk bisa mengayuh dengan benar kita butuh latihan yang berulang-ulang, bukan sekali dua kali langsung jago.
Perlu untuk kita ketahui juga bahwa setiap tips yang kita dapat dari berbagai sumber belum tentu sama. Itu wajar karena bisa jadi itu disampaikan oleh orang-orang dengan tipe pengalaman dan kepribadian yang berbeda-beda. Ingat, setiap tips yang kita baca belum tentu cocok dengan diri kita, maka sebelum itu, kenalilah diri sendiri, kita itu orangnya seperti apa dan sukanya yang gimana. Jangan sampai memberikan perlakuan yang tidak sesuai hingga malah impact negatif yang didapatkan. Misalnya, saya. Saya pernah membaca sebuah tips yang menyarankan agar bisa berkonsentrasi dalam belajar maka sebaiknya mendengarkan musik. Saya pun mencoba dan hasilnya bukan konsentrasi tapi malah saya jadi lebih ingin nyayi dan gak fokus terhadap apa yang saya pelajari.
Sering juga saya mendengar pernyataan dari banyak orang yang seolah menyalahkan tips yang mereka coba aplikasikan, misalnya "ih jangan ikuti tips itu, itu mah ngarang, saya udah nyoba tapi tetap aja gak berhasil". Yap, memang ada beberapa tips yang gak berhasil tapi bukan berarti itu ngarang. Beberapa hal yang menjadikan kita belum berhasil diantaranya adalah karena kita gak cocok dengan tips tersebut, bahasa gaulnya itu mah bukan gue banget. Kemudian, bisa jadi upaya yang kita lakukan belum pada tahap maksimal. Baru nyoba sekali dua kali langsung give up. Intinya, kita harus banyak-banyak introspeksi diri juga.
Eits, hampir terlupa satu hal. Juga, kita harus ingat bahwa tips itu bukan jaminan tapi bantuan untuk percepatan.
Nah, semoga kita bisa menjadi pelajar yang bijak. Jangan kebanyakan baca tips aja.
Please, DO MORE ACTION !
0 comments
It's nice to see you !