Kamu Seorang Pengecut ?


Demi memprioritaskan utk dapetin beasiswa, memilih untuk pulang setelah resign dari tempat kerja sekaligus belajar, 6 bulan lalu, setelah ragam pertimbangan yang cukup pelik menjadi pilihan saya. Ada banyak resiko pastinya. Tentu saja, hal yang paling nampak adalah resminya saya menjadi Generasi Rebahan alias Pengangguran selama beberapa waktu. Tanpa penghasilan (ada sih tapi tidak seberapa), hanya bergantung pada orang tua (kebetulan waktu itu saya memilih untuk pulang ke rumah untuk membersamai keseharian Ibu Bapak setelah belasan tahun tak bisa sedekat itu ).

Efeknya pun sangat menguji kesabaran. Cerita2 pro maupun kontra langsung menyebar secepat kilat ke seluruh penjuru kampung. Beragam asumsi pun tercipta dan yg sangat memicu emosi adalah isu bahwa saya sempat “berkasus dan diberhentikan scr tdk terhormat” sebelum pulang. Apa yang saya rasakan, emosi pasti iya. Baper? Sampai-sampai ga mau keluar rumah selama seminggu, sebelum akhirnya saya sadar bahwa SIKAP SAYA BUKANLAH SIKAP KECUALI SIKAP SEORANG PENGECUT. Ngapain saya baper? Toh faktanya bukan seperti itu. Aduh.. Kok kamu bisa terjebak dalam jajahan pendapat orang lain? ... Apakah kamu seorang pengecut? Yaa jelas gak mau dong...  Astagfirulllah...

Ini sangat challenging memang. Butuh strategi agar mental tidak terenyuhkan oleh komentar miring warga masyarakat yang akhirnya bisa mematikan idealisme dan optimisme kita sehingga kita bisa tetap menegakkan badan, menata langkah dan menatap tajam untuk meraih goal utama kita. MASA IYA KITA SIBUK NGURUSIN APPROVAL ORANG LAIN?

Yup. Benar. Saya memilih untuk resign dari pekerjaan agar lebih well-prepared ketika mengikuti tahapan seleksi beasiswa karena memang kondisi yang juga dalam bekerja pada saat itu menyulitkan saya untuk proses pendaftaran. Sekali lagi, ini tidak untuk dicontoh sebenarnya, karena banyak juga yang berhasil sembari melakukan keduanya. Tinggal pandai-pandainya kamu saja... Tapi, yang pasti adalah You only have 2 choices, TAKE THE RISK OR LOSE THE CHANCE..

Alhamdulillah, setelah saya take the risk, I get the chance to be an awardee of LPDP Scholarship 2019 (Semoga Allah terus memudahkan proses kedepannya)..

Ingat, menjalani skala prioritas tidak semudah ktika menentukannya. Semua punya enormous risks yang hanya kamu yang tahu solusi terbaiknya. Satu hal penting yang juga harusnya selalu diingat adalah cobalah untuk meluangkan diri utk MENGAMBIL HIKMAH DARI SETIAP KEJADIAN YANG KAMU ALAMI. YAKINLAH, PASTI ADA PELAJARAN DARINYA YANG MAMPU MEMBUATMU MENJADI MANUSIA YANG LEBIH BERSYUKUR DAN SENANTIASA WARAS DALAM MENJALANI KEHIDUPAN..

2 comments

  1. Masyaa Allah, syukron sdh menulis ini kak..sukses itu pilihan...barakallah kak, sdh membuat bangga masyarakat tolitoli dan para guru guru SMANSA Tolis������

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah.. Sy bukan apa². Hanya sedang belajar bagaimana bisa berlapang hati dengan semua yg ada dihadapan.. Barakallah buk Dok ❤️

    ReplyDelete

It's nice to see you !