Taman baca
impian…
Sejak masih duduk di bangku kuliah, cita-cita untuk bisa memiliki sebuah taman baca impian
atau sederhananya perpustakaan mini di kampung,
paling minimal di rumah. Besar harapa
agar buku-buku yang tersedia disana bisa bermanfaat untuk penduduk
disana, mampu menjadi tempat nongkrong
bernutrisi untuk orang-orang dikampung.
Beli buku pake
uang beasiswa…
Atas dasar niat itulah
akhirnya saya selalu menganggarkan sejumkah uang dari beasiswa untuk membeli
buku-buku baik sesuai minat ataupun buku
yang lainnya, minimal 1-2 buku per bulan. Walau faktanya koleksi buku saya kebanyakan buku tentang motivasi
dan self-improvement. Maka jelaslah, PR saya kedepannya masih banyak.
Melengkapi koleksi dengan tema yang lebih beragam.
Beberapa tahun berlalu, mimpi
kecil ini masih terbelenggu akibat
kesibukan wara wiri. Memang, semua buku-buku selama kuliah sudah
terkumpul dirumah, tapi belum tertata rapi. Masih bingung
juga harus saya tempatkan dimana sebelum saya putuskan untuk meletakkannya tepat di ruang tengah, di pojokan, berhadapan dengan TV.
Nyimpan buku di ruang
tengah..
Awalnya agak sangsi untuk
menempatkan buku-buku ini d ruang tengah, karena ini adalah ruang yang cukup terbuka
di rumah, siapapun yang dating pasti langsung melihat, banyak yang lalu-lalang terutama
krucils. Khawatirlah pasti, jangan sampai mereka merusak buku-buku kesayangan
saya ini wkwkwk apalagi selalu saya tinggal dalam jangka waktu yang tidak
singkat..
Ada buku yang
dibaca..
Beberapa waktu akhirnya saya
pulang setelah 7 bulan tidak di rumah. Seperti biasa saya akan mendengar banyak
cerita dari Ibu tentang apa yang terjadi di rumah selama itu.
“Oiya, selama kamu disana, itu ada tante-tantemu yang datang dan lihat-lihat bukumu. Awalnya mereka hanya
lihat-lihat tapi lama kelamaan dia mulai baca. Kadang ambil satu buku dibawa
pulang ke rumahnya. Terus pas sudah selesai dibaca, dikembalikan, baru ambil lagi yang baru. Begitu seterusnya..”
“Oh gitu ya ma. Terus-terus…”
“Iya. Kadang Papa Devi juga datang pinjam terutama yang
buku-buku agama”
Dari
sini saya mulai sadar kalau sebenarnya
buku-buku yang saya tata ditempat yang mudah terlihat ini ada gunanya juga dibanding
hanya tersimpan di kamar atau kardus.
Bahagia
sesederhana ini…
Saya semakin sadar, untuk
mewujudkan impian saya itu bisa dimulai dari hal sederhana ini. Tujuan utamanya
agar dibaca oleh banyak orang, dan perlahan keluarga mulai “tertarik” dengan
pajangan buku di rumah, walaupun banyak juga masih sekedar lihat-lihat sambil
bilang ke anaknya :
“Nanti
kalo besar rajin-rajin baca buku ee”
Rasanya? Bahagialah melihat
pemandangan itu. Sesimpel itu ternyata sudah buat Bahagia.
Lantas,
langkah selanjutnya?
Kalau lagi di rumah, kebetulah saya selalu dibuntuti oleh 2 krucils, Diva (Kelas 2 SD) dan Nazia (Kelas 1 SD), dan kadang-kadang Reza (Kelas 4 SD) dan Rizal (Masih PAUD) (kalo ini sih banyak ngerusuhnya wkwkwk). Dikesempatan ini, sayamulai memperkenalkan dan mendekatkan mereka pada buku, mulai melibatkan mereka dalam menata buku-buku di rak misalnya atau sekedar membuka lembaran-lembaran buku. Untungnya juga, ada beberapa buku yang friendly untuk anak-anak seusia mereka shingga mereka mudah diarahkan.
Oiya saya mengajak mereka belajar di rumah saat tak punya kelas belajar dengan guru mereka di rumah selama pandemic Covid-19 ini.
Yang paling pokok adalah ketika mereka datang langsung saya arahkan pada buku, bagaimanapun caranya.
Kadang mereka merasa takjub dengan buku-buku tersebut.
Diva dan Nazya (Itu sampe putih kayak adonan karna mereka sendiri yang iseng pake bedak sampe setebal itu, wkwkwk) |
“Wih, bukunya banyak.. Punya kakak semua ini? (pasang
ekspresi kaget)”
“Memangnya sdh abis dibaca semua ini?”
(Belomlah dek, saya
saja masih berjuang :D)
Disini, saya pengen tekankan
bahwa yang terpenting adalah
membiarkan mereka terpapar buku-buku dulu. Lama kelamaan, pasti mereka akhirnya penasaran sendiri,
mulai membaca, jatuh hati dan pada puncaknya akan menjadi habit yang
akan terus melekat..
Gak khawatir bukunya di rusak anak-anak?
Khawatir
sih iya. Tapi saya yakin kalo dikontrol dengan baik pasti aman kok. Kalo di
pengalaman saya pribadi, kebetulan anak-anaknya sudah bisa diarahkan. Kalo emang
masih terlalu dini, yaa penataannya harus lebih kreatif agar tidak mudah
dijangkaku anak-anak dan bukunya cacat.
Gimana kalo bukunya gak dikembaliin?
Nah,
ini masalah nih. Maka, sebaiknya buat pencatatan yang baik agar kalo si reader lupa mengembalikan kita bisa memintanya kembali
dengan cara baik-baik. Kalo emang bukunya sudah ga ada, yaa harus ikhlaskan.
Semoga ada yang menemukan dan membacanya.
Nah,
emang untuk mewujudkan impian kita tidak selalu mudah, namun bisa kita mulai dengan
melibatkan orang-orang terdekat kita.
Bismillahirrahmaanirrahiim…