Tidak terasa, sudah 6 bulan keberadaan saya di negara kincir angin ini, negara yang identik dengan "penjajah" bagi orang-orang Indonesia, makanya tak heran jika banyak yang suka bilang "salam ya sama penjajah" meskipun pasti itu hanyalah canda semata. Sudah 6 bulan memang, tapi saya selalu merasa masih menjadi anak baru disini padahal telah menjadi anak 'sudah', sudah 6 bulan dan sudah 3 periode perkuliahan terlewati dengan segala suka dukanya..
Masa 6 bulan menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Wageningen University and Research (WUR) sudah cukup memberi saya gambaran dan jawaban atas pendapat orang-orang tentang kuliah di WUR, misal "kuliah di WUR itu susah". Apa benar susah? Sebelum nge-jawab ini, saya cuma pengen bilang tentu saja bahwa tiap orang memiliki pendapat masing-masing yang bisa saja berbeda. Kembali lagi ke pertanyaan, jadi saya pribadi setuju dengan statement tersebut.
Pada periode awal perkuliahan saya sangat terseok-seok untuk bisa mengikuti materi perkuliahan. Model pembelajaran yang mengharuskan setiap course harus ada group work-nya pernah menjadi hal yang terus menghantui malam-malam dimana ada meeting di esok harinya, digerayangi dengan berbagai macam how if misalnya "gimana jika saya ga ngerti apa yang diomongin.. gimana jika saya ga bisa jawab pertanyaan mereka... gimana kalo jawaban saya salah, pasti mereka bakal nge-bully saya.. masa gitu aja ga bisa... gimana jika bahasa Inggris saya ga dimengerti... dsb.. Hal ini, akhirnya membuat saya menjadi sering overthinking dan overwhelmed, tidur terganggu dan selera makan berkurang. Lah, ada apa dengan group work? Tidak ada apa-apa sebenarnya :D, hanya saja Language Barrier menjadi a big issue, terutama buat kita (saya) yang bahasa kesehariannya pake Bahasa Indonesia tiba-tiba harus pake Bahasa Inggris di sepanjang pertemuan, kan ga mungkin diam sepanjang meeting.. Tentulah saya sangat tertekan dengan semua itu, bahkan kadang sudah berpikiran kapan meeting tertentu akan selesai padahal meetingnya pun belum mulai.
Materi kuliah gimana? Jujur, diawal perkuliahan mungkin karena masih merasa "shocked", saya sangat kesulitan catch-up dengan materi perkuliahan yang diajarkan di kelas, sehingga saya mengantongi 2 mata mata kuliah yang failed dari 5 mata kuliahd 3 periode ini. Lagi-lagi, problem utamanya adalah gegara language barrier, dan jurusan yang saya ambil agak berbeda dan lebih spesifik dari background S1 dulu.
Failed? Iya. Saya gagal di 2 mata kuliah awal. Tapi, untungnya WUR (dan kampus lain di Belanda) memberikan kesempatan Resit Exam alis remedial sebanyak 2 kali tiap tahunnya. Kita bisa melakukan re-take exam tanpa mengikuti proses perkuliahan lagi.. Rasanya gimana? Yang pasti ga se-santai kayak di pantai. Mendapat kabar bahwa gagal di dua mata kuliah awal yang sebenarnya materi yang masih tergolong mudah (kata Study Advisor saya dan teman-teman lain) membawa saya pada masa "Gawat Darurat", masa dimana saya merasa bahwa saya tidak layak berada disini, belum lagi e-mail imbauan dari IND yang membuat saya semakin burnout. Gimana enggak? Yaa disitu menerangkan bahwa dalam periode tertentu kita harus memenuhi standar minimal ECTS atau SKS, dan jika tidak terpenuhi maka kita dianggap tidak mampu mengikuti sistem pembelajaran di Belanda sehingga bisa jadi izin tinggal kita akan dicabut dan dipulangkan ke Indonesia.. Kan horor!!
Sempat juga ada pikiran bahwa "mata kuliah dasar saja saya sudah gagal, gimana 3 mata kuliah setelahnya yang udah spesifik ke specialization?." Alhamdulillah.. Allah beri kemudahan di 3 mata kuliah tersebut, dan study advisor saya bilang ".. I'm happy you passed this course because many student always failed in this course"..
Ini adalah masa yang benar-benar membuat saya merenungkan banyak hal dan menyaksikan satu lagi bukti bahwa pertolongan Allah itu nyata. Allah pengen lihat kita mengambil hikmah dari kegagalan sebelumnya untuk dijadikan pelajaran kedepannya.. Allah hanya pengen kita berusaha lebih keras lagi.. Kali ini, Allah hadiahkan kelulusan saat harapan hampir ada di penghujung.. Kelulusan yang akhirnya membuat saya merasa lega karena finally I made it! ECTS-nya nyampe! Seenggaknya ga terganggu lagi sama e-mail dari IND itu..
Saya masih harus resit di agustus ini, dan saat ini saya tengah menghabiskan waktu untuk belajar lagi di saat yang lain tengah menikmati summer break.. Gak pengen liburan juga? Pengenlah.. Tapi nanti abis resit.. Kasian banget! Yaa gapapalah, udah paham sama resiko :)
Ingatt, saat kita harus belajar lagi bukan berarti kita "bodoh", harusnya kita bersyukur kita masih diberi waktu untuk lebih memahami secara mendalam apa yang tengah kita pelajari.. Nikmati prosesnya! Kamu ga sendirian kok...
Oiya, kesimpulannya adalah kuliah di WUR itu emang susah bagi saya pribadi dimana language barrier jadi driver utamanya. Susah memang, tapi bukan berarti kita ga bisa. Kita punya Allah yang punya power dan pengetahuan diatas segela yang ada di muka bumi ini, maka maksimalkan jalur langit dibarengi ikhtiar sepenuh hati..
Oiya, kesimpulannya adalah kuliah di WUR itu emang susah bagi saya pribadi dimana language barrier jadi driver utamanya. Susah memang, tapi bukan berarti kita ga bisa. Kita punya Allah yang punya power dan pengetahuan diatas segela yang ada di muka bumi ini, maka maksimalkan jalur langit dibarengi ikhtiar sepenuh hati..
Random banget yaa?! Kapan-kapan lanjut lagi ..
Mohon doanya :)
_ditulis di Dijkgraaf 4 - Wageningen - Jumat, 30 July 2021 - Pukul 00.06 Dini hari, sebagai salah satu aktivitas stress releasing_