Perasaan saya mulai dag dig dug karena ternyata benar, waktu yang tertera di surat tersebut tidak sesuai ekspektasi saya... Oh nooo! Apakah ini pertanda 😒....
Oke Na tenang, ga boleh panik! 👻
Saya menarik napas lalu memikirkan langkah apa yang harus saya lakukan. Sebagai upaya pertama, saya mencoba menghubungi call center Laboratorium tempat saya melakukan tes tersebut. Dengan harapan bisa mendapatkan respons dan kepastian yang cepat, saya memilih menghubungi via telepon. Ada 3 nomor tertera di website mereka. Yess, teleponnya berdering dan langsung di angkat..
Suara telpon : Merhaba! bla bla bla....... (Cukup panjang kalimatnya dan ga ngerti ngomong apa, cuma ngerti Merhaba doang wkwkwk..)
Saya : Good evening! Can you speak English?
dannn, teleponnya langsung dimatikan unexpectedly.
Tidak menyerah. Saya mencoba menghubungi nomor lainnya. Yaa kali aja memang nomor itu buat panggilan lokal saja. Ternyata, hasilnya tetap nihil alias ga diangkat hihihi...
Saya menarik napas panjang, mencoba memikirkan alternatif lainnya..
Di waktu bersamaan, Hp saya berdering, ada SMS masuk yang berisi pesan dalam bahasa Turki yang artinya adalah silahkan menghubungi via chat SMS atau WA.
Yes! Masih ada harapan. Seketika saya sampaikan case saya dalam bahasa Inggris, rupanya mereka ga paham dan meminta menggunakan bahasa Turki (dalam hati kenapa mereka ga pake google translate aja sih ckckck).. Okay. Bermodalkan google translate, saya translate-lah ke dalam bahasa Turki dan langsung mengirimnya tanpa ada sedikitpun proses editing. Wkwkwk.. Saya ga yakin apakah maksud saya akan mereka pahami atau malah dimaknai berbeda oleh mereka, dannn rupanya dugaan saya benar wkwkwk. Akhirnya, mereka bilang "oke, kalau mau bicara panjang lebar silahkan datang ke lab besok pagi".
Semalaman saya ga bisa tidur tenang, tak sabar menunggu pagi. Apa iya saya harus tes PCR lagi? .. Yang masalah bukan pada harus tes lagi, tapiii harus bayar lagi.. Sekali tes saja sudah 25 eur (app. Rp450K). Kann sayang bangett yaa..
Besoknya masih pagi sekali sya sudah siap-siap dengan begitu banyak harapan. Semoga saja disana petugasnya bisa bahasa Inggris biar enak ngejelasinnya.
Masih sekitar jam 7.30 pagi saya sudah siap, berjalan sekitar 300 meter menuju stasiun metro Beyazit yang letaknya sangat dekat dengan Grand Bazaar, lalu menunggu metro tujuan Kabatas. Sekitar pukul 8 saya turun di stasiun Tophane. Lalu melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju laboratorium Cihangir. Jalan dari stasiun Tophane yang menanjak ini membuat perjalanan yang cuma beberapa ratus meter ini cukup membuat keringat bercucuran..
Yup. kini, saya sudah sampai. Bertemu dengan petugas yang kemaren. Lalu mencoba menjelaskan kembali.
Baru juga mengatakan beberapa kalimat si embak-nya terus menebak saya maunya apa.. "You took PCR yesterday, so do you want the paper result?", "No!" Saya lanjut ngejelasin..., "Yes, the result has been available since yesterday!", "No! It doesn't what I meant..". What happened next adalah si embaknya diam aja, dan ngomong pake bahasa Turki ke teman disampingnya..
Okay. I have no other choice. Harapanku pupus saat itu, dan langsung bilang "Okay, I will take the PCR test again then!"..
Ga lama kemudian, tes selesai, dan saya langsung meninggalkan lab tsb tanpa sepatah katapun karena sebenarnya dalam hati Kumenangissssss....!.. Tapi seriously, saya beneran nangis waktu ituu.. Nangis sambil ketawain diri sendiri 😂😆😪......
____
Wait.. wait.. Sebenarnya, apasih yang terjadi? Ga ngerti nih dari tadi...
Jadiiii... Salah satu persyaratan penerbangan untuk balik ke Belanda dari Turki adalah dokumen covid entah itu sertifikat vaksinasi, pulih dari covid atau PCR/Rapid Test. Sebenarnya, status saya sudah fully vaccinated tapi belum bisa mengakses sertifikat vaksinasi saya gegara DigiD number (Belanda) saya belum ada, sementara utk aktivasi dari luar Belanda itu agak lama. Saya sudah mencoba meminta alternatives ke call center DigiD Belanda sampe ngisi pulsa berkali-kali karna tarif panggilan internasional yang harganya ga kaleng-kaleng (pas akhir-akhir baru tau kalau ada paket panggilan internasional khusus yang lebih murah berlipat-lipat), dan ternyata tetap ga bisa..
Nah, mau ga mau saya harus PCR (PCR berlaku 48 jam sebelum keberangkatan). 2 hari sebelum keberangkatan saya melakukan tes PCR. Saya sudah memperkirakan agar melakukan tes di sekitar jam 10.40 a.m agar memenuhi 48 jam sebelum penerbangan (Jadwal penerbangan saya 10.35 a.m).. Tapii, ketika saya melihat keterangan hasil PCR saya, disana tertera jadwal test itu 10.28.. It means itu sudah lebih dari 48 jam :) , meski cuma lewat 7 menit tetap saja sudah lewat..
Saya sempat googling apakah ini bisa dipake atau tidak, dan akhirnya saya menyimpulkan bahwa ini too risky alias terlalu beresiko, mungkin kita akan bebas dari pemeriksaan yang super ketat kalo lagi beruntung tapi kalo enggak (dan saya termasuk yang mendapat pemeriksaan super ketat itu)? Masa iya gagal balik ke Belanda gegara itu, terus harus PCR dan beli tiket lagi, nyari penginapan plus makan dsb... Kebayang kan betapa beresikonya....
Upaya yang saya lakukan adalah mencoba menghubungi pihak lab dengan harapan mereka bisa memperbaiki waktu tes tersebut karna pada waktu itu saya juga perhatiin waktu.. Tapi, rupanya itu tak semudah bayanganku karena kendala bahasa. Entah saya yang tidak bisa menjelaskan maksud saya dengan baik dalam bahasa Inggris sehingga mereka ga paham maksudku apa, atau mereka juga yang bahasanya terbatas sehingga banyak misinterpretasi. Intinyaa, masalah bahasa itu krusial banget... Oleh karena itu, jadinya saya jadi tes PCR lagi dan bayar lagiiii. Harus bayar 25 eur lagi hanya gegara 7 menit...Nyessekkklahh... Pun, jadi keinget pepatah "time is money", dan inii beneran time is money.. 7 menit sama dengan 25 eur...
_____
Saya tak langsung pulang untuk menghibur hati saya yang lagi sedih itu wkwkwk.. Saya turun di halte dekat Galata bridge lalu berjalan menyusuri jembatan tersebut ala-ala turis hahaha.. Singgah sebentar menjadi pawang burung alias membuat burung-burung beterbangan pake stick GoPro yang saya bawa ketika ada yang mau foto di sebuah lokasi dekat jembatan (lupa nama tempatnya), sampe-sampe ditegur sama bapak-bapak penjaga yang dari tadi ngasih makan burung-burungnya.. Maaf yaa pak!..
Setelah jadi pawang.. |
Perjalanan berlanjut menuju KFC dekat stasiun metro Eminonu, pesan ayam goreng di KFC dan tetap dikasi Cola meski sudah menolak. Lalu melanjutkan perjalanan menuju Hagia Sophia sambil Video Call dengan Miss Iker, yang dilengkapi dengan drama Cola tumpah di jalan gegara embun yang membuat paper bag saya basah dan bocor.. Untungnya, ayam-nya ga kenapa-napa dan Ibu-ibu yang lagi didekatku memberi tissu 😆...
Saya memilih untuk nongkrong dulu di depan Sultan Ahmet Camii dan Hagia Sophia sebelum kembali ke penginapan karena harus ngisi webinar. Saya sendirian karena 2 teman saya sudah balik duluan 2 hari yang lalu..
Aaahhh.. Dibalik segala yang sudah terjadi sejauh ini, rasanya sedih ketika harus segera meninggalkan kota ini. Saya sudah jatuh cinta dengan kota ini. Pengen balik lagi untuk belajar lebih banyak hal lagi, somewhile with someone in my future life #eaa...
0 comments
It's nice to see you !