A Learner's Journal
  • HOME
  • GENERAL
  • REFLEKSI
  • CERITA SAYA
  • CATATAN
  • BICARA LINGKUNGAN
  • ABOUT ME
Hai akak  Bintang Laut..
Anyway, thank you sudah mampir.. 

Di tulisan kali ini saya ingin mengulas secara singkat tentang sebuah komunitas sosial, Rumah Bahari Gemilang, yang saat ini memusatkan program-programnya di daerah Sulawesi Tengah khususnya di kota Palu dan Kabupaten-kabupaten sekitarnya.  

Keinginan untuk mengikuti PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) yang di dilaksanakan oleh RISTEK DIKTI pada tahun 2013 menjadi awal dari munculnya ide mendirikan komunitas yang saat ini sudah familiar bagi masyarakat di kota Palu. Pada waktu itu, ide ini dituangkan dalam sebuah proposal hibah dalam bidang PKM-M (Pengabdian Masyarakat) oleh Moh. Tofan Saputra, seorang mahasiswa budidaya perairan di Universitas Tadulako, dan berhasil mencuri perhatian reviewer dan mendapatkan sejumlah dana hibah dalam merealisasikan program-programnya.

Sedikit ingin memberikan gambaran juga tentang latar belakang pemilihan ide nih. Yaps, Indonesia merupakan Negara kepulauan sehingga dikenal juga dengan nama Nusantara. Indonesia terdiri atas 70% lautan dan 30% daratan. Terkhusus di kawasan timur Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya dari wilayah maritim diantaranya kaya akan  sumber  energi di laut, sumber daya alam di laut, pertambangan, serta kawasan wisata di daerah pesisir dan bawah laut. Itu adalah aset kekayaan. Kondisi pesisir begitu kaya namun mayoritas  masyarakat hidup dalam kemiskinan dan ketertinggalan pun generasi mudanya banyak yang tidak bernasib baik untuk menikmati pendidikan. Disisi lain kita paham atas pentingnya pendidikan. Untuk mencapai taraf kesejateraan yang baik, maka kualitas SDM harus ditingkatkan dan tentunya melalui pendidikan. Atas dasar keresahan-keresahan inilah muncul gagasan untuk membangun Rumah Bahari Gemilang alias Rubalang. 

Rubalang resmi didirikan pada tanggal 12 April 2014 tepatnya di desa Lero Kec. Sindue, Kab. Donggala (sekitar 20 menit dari kota Palu menggunakan sepeda motor), awalnya merupakan Community Development yang dirancang khusus hanya untuk fokus dalam pendidikan di daerah pesisir  khususnya pendidikan anak usia Sekolah Dasar (7-12 Tahun). Hal ini cukup beralasan karena tingginya angka putus sekolah di Indonesia terjadi pada anak-anak usia tersebut.

Nah, sekarang mari melihat  uraian makna dari penamaan Rubalang ini. Keputusan dalam pemilihan kata “RUMAH” pada yaitu berdasarkan pada kenyataan bahwa 70% anak-anak usia 7-12 tahun  menghabiskan dan 30 % di sekolah artinya  sebagian besar waktu anak-anak adalah di rumah. Oleh karena itu, metode yang paling efektif adalah pendekatan  dari  rumah  ke  rumah, juga didukung dengan fakta bahwa pemeran tertinggi dalam  mendidik anak adalah keluarga. Pemahaman  pentingnya pendidikan  harus dimulai dari keluarga sehingga nantinya  keluarga mampu  menjadi pendorong utama dalam  mengurangi angka putus sekolah dan itu terjadi di RUMAH. Kata kedua, “BAHARI”,  menggambarkan  bahwa proyek ini dikhususkan di daerah pesisir. Selanjutnya, “GEMILANG” merupakan  gambaran dari tujuan yang ingin dicapai dikemudian hari yaitu berkurangnya angka putus sekolah di daerah pesisir dan terbentuknya sumber Daya Manusia yang berkompeten sehingga terwujud generasi INDONESIA CERDAS INDONESIA GEMILANG. 

Pada masa awal berdirinya, Rubalang focus pada beberapa program seperti pembentukan Rumah Baca, pengadaan Gerakan 1000 buku untuk menyuplai buku ke rumah baca, kelas Gemilang dan Rubalang Camp.  Singkatnya, semua program hanya difokuskan pada anak-anak.
Seiring berkembangnya waktu, komunitas ini semakin berkembang pun sempat dipresentasikan di beberapa ajang konferensi baik lokal maupun internasional, pun beberapa kali sempat bermitra dengan lembaga-lembaga kemanusiaan yang berpengalaman seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT), Maxima Indonesia, Komunitas Sedekah Oksigen dan lain-lainnya. Banyak pengetahuan baru yang bisa direkam dan dijadikan bahan evaluasi oleh komunitas ini. Kami menyadari masih banyak hal yang masih kurang olehnya butuh untuk terus berbenah. Inilah yang kemudian menjadi pendorong transformasi dalam visi maupun misinya. 

Kini, Rubalang lebih dikenal dengan komunitas peduli pesisir berbasis edukasi, dengan sasaran utama adalah pemuda dalam hal ini adalah mahasiswa. Fokus utama adalah pengembangan kepedulian anak muda dalam hal ini Mahasiswa agar mampu terlibat sebagai mediator, jembatan penghubung, antara kalangan intelektual muda dengan masyarakat pesisir. 

Komunitas ini memiliki 3 program rutinan utama yaitu Gemilang Youth Forum (GYF), Rubalang The Explorer (RTE), dan Jelajah Asa (JA). 

Gemilang Youth Forum (GYF) adalah forum kepemudaan berbasis pelatihan dan pengembangan diri yang berfokus pada penanaman nilai “kepemimpinan” dan “kepedulian” sekaligus sebagai event perekrutan anggota komunitas. Setiap tahunnya, GYF digelar menjelang akhir tahun, sekitar awal September (yang pengen gabung, pantengin ya!), dengan tema yang bervariasi.  Pelatihan  berisi tentang kepemimpinan (leadership), wawasan kemaritiman, serta pembuatan kegiatan sosial (social project). Gemilang Youth Forum pun memiliki tiga agenda, yaitu Inspiring Leadership Talk (ILT), Leadership Forum (LF), dan Home Stay.

Rubalang The Explorer (RTE) adalah salah satu kegiatan wajib komunitas Rubalang yang bertujuan untuk melahir tumbuhkan optimisme pendidikan pesisir. Para relawan atau pemuda akan menyambangi daerah-daerah yang layak didatangi seperti pulau-pulau terdepan dan terluar Indonesia.  Rangkaian agendanya diantaranya adalah Kelas Gemilang, Kelas Mimpi, Kegiatan Seni, dan Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), Festival Anak Pesisir, Jelajah Bahari, dan Sosialisasi pentingnya pendidikan kepada masyarakat. Pada kegiatan ini pesertanya lebih umum dan biasanya digelar di bulan januari. 
 Jelajah Asa adalah Pogram Pertukaran Pelajar Anak Pesisir,  yang akan mempertemukan anak-anak pesisir dan pulau yang berprestasi ditingkat SMP dari berbagai kabupaten yang ada di Sulawesi Tengah, dengan sosok-sosok inspiratif di Kota Palu. Sekaligus praktik kehidupan  untuk melejitkan potensi mereka. Sehingga setelah mereka pulang kembali ke tempat tinggalnya,  mereka bisa menjadi para Dream Hunter, Duta kebaikan, dan duta perubahan bagi lingkungannya kelak. Tema awal dari kegiatan ini mengangkat  tema 'Bermimpi, Mandiri, dan berkarya'  yang didasari pada beberapa fenomena yang terjadi pada anak-anak di daerah pulau dan pesisir  yakni mengenai Accessibility, Netwotking, And Oppourtunity (Akses, Relasi dan Kesempatan) yang jarang mereka dapatkan.  

Saat ini, Rubalang juga sedang menjalankan sebuah program baru yang bernama Rumah Harapan Pesisir (RHP) di beberapa daerah terdampak Gempa dan Tsunami Palu yang terjadi 28 September 2018.


Sekarang , lanjut ke nilai-nilai..
Rubalang juga punya 5 nilai utama yang menjadi pegangan yaitu Peduli, Integritas, Kerjasama, Disiplin dan  Tanggung jawab yang dilambangkan dengan salam bintang laut atau salam 5 jari. Satu hal lagi, semua relawan yang terlibat dalam Rubalang, kami menyebutnya “Bintang Laut”.

Nah, itulah sedikit gambaran tentang komunitas yang hampir berusia 5 tahun ini. Lagi, Rubalang hadir bukan semata-mata langsung menyelesaikan masalah, tapi menggerakkan orang lain untuk sama terlibat. Kami percaya bahwa bersama akan saling menguatkan, mempercepat dalam mencapai Indonesia lebih baik, menyalakan harapan pesisir.

Semoga Rubalang dan semua komunitas pelaku kebaikan terus diberi kemudahan dalam merealisasikan semua project kebaikannya. 

Yuk kak... Mari bergabung menjadi penggerak perubahan kapanpun dan dimanapun kita berada..


Inspirasi dari sebuah pengalaman kecil dalam sebuah komunitas bahari di salah satu daerah pesisir bagian Timur Indonesia yang menamakan diri sebagai komunitas Rumah Bahari Gemilang atau lebih dikenal RUBALANG. Sebuah komunitas yang masih belia yang resmi berdiri pada 12 April 2014 dengan visi Indonesia Cerdas Indonesia Gemilang. Dari sini saya memperoleh sebuah pelajaran besar dari sebuah guru kehidupan yang sederhana namun mampu memberi efek luar biasa dalam kehidupan saya.   

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan kimia murni di Universitas Tadulako Palu. Mayoritas mahasiswa kimia di tempat saya kuliah memiliki rutinitas yaitu Praktikum-Laporan sehingga hampir tak punya waktu dan tak mau  untuk melirik dan menengok  persoalan yang ada disekelilingnya walau hanya sejenak. Tak jauh berbeda dengan saya. Saya juga masih memiliki pemikiran seperti itu. Namun, saya masih membuka diri untuk hal-hal seperti itu meskipun sedikit terengah-engah karena belum mendapat penguatan yang lebih kuat (baca: masih labil).
Berawal dari sebuah ajakan salah seorang kakak untuk bergabung dalam komunitas RUBALANG tanpa pikir panjang saya langsung menerima tawan tersebut. Awalnya niat saya  hanya sekedar ikut-ikutan saja ditambah lagi ketika itu saya belum paham dimana, kenapa, mengapa, bagaimana, kapan dan apa sebenarnya yang dimaksud dengan RUBALANG itu. Tapi itu bukan menjadi alasan yang berarti bagi saya untuk tak mau bergabung. Walau niat awal sekedar ikut-ikutan tetapi saya terus berproses mengikuti semua agenda  yang diadakan.
Gerakan 1000 Buku Pesisir  menjadi program pertama RUBALANG yang tujuannya untuk mengumpulkan donasi berupa buku dan perlengkapan sekolah untuk menunjang kelancaran pendidikan di Lokasi Project. Kegiatan ini berlangsung selam 2 bulan dan berhasil mencapai target. Pasca kegiatan ini perlahan saya mulai mengerti dan paham akan Rubalang karena saya cukup dilibatkan dalam program ini. Saya jadi teringat akan sebuah pepatah yang menyatakan “kamu tidak akan pernah tahu jika kamu tidak pernah terjun di dalamnya” seperti itulah yang saya rasakan. Sudah suatu ketentuan, ketika ada yang pertama pasti ada yang kedua dan seterusnya. Setelah Gerakan 1000 buku, program selanjutnya yaitu Rubalang Camp. Program yang ini menjadi program yang paling berkesan bagi saya sekaligus mampu membuat saya bisa memaknai arti dari sebuah komunitas RUBALANG. Momen  ini akan menjadi bagian sejarah yang akan selalu terekam dalam memori ingatan saya. Inti dari kegiatan RUBALANG CAMP ini yaitu untuk membentuk ikatan emosional dengan masyarakat setempat dan bisa turut merasakan kehidupan mereka sehingga kita lebih mampu memaknai dan mensyukuri nikmat yang kita enyam selama ini atau lebih dikenal Home Stay. Home stay dilakukan selam 3 hari yaitu hari Jum’at-Sabtu tepatnya 11-13 April 2014. 
 Senang, takut, gugup, khawatir dan malu demikianlah perasaan campur aduk yang saya rasakan menjelang Opening Ceremony. Saya tak hentinya membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul. Bagaimana jadinya nanti jika berada di rumah orang tua angkat saya?,  saya harus berbuat apa ditambah lagi saya anaknya sedikit pemalu terlebih jika bertemu dengan bertemu dengan orang-orang baru yang belum pernah  saya kenal sebelumnya. Bagaimana orang tua yang akan  saya temui nanti? Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?.. Terlalu banyak prasangka  yang menari-nari dalam pikiran saya ada prasangka poitif dan ada juga prasangka negatif. Pembukaan acara dimulai sekitar pukul 19.00 WITA. Kekhawatiran saya bertambah ketika acara Opening Ceremony, saya melihat seorang ibu yang berperawakan pendek, tubuhnya berisi dengan potongan rambut  pendek layaknya Polwan yang di pirang dengan warna keemasan. Dalam kerisauan hati saya bergumam “Mungkinkah itu orang yang akan menjadi Ibu angkat saya  nanti?. Saya Sempat menceritakan kecemasan dan kekhawatiran akan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam pikiran saya kepada salah seorang teman dekat saya yang juga tergabung dalam Team Rubalang. Ia hanya tersenyum dan berkata “Jangan melihat sesuatu dari luarnya saja. Bisa jadi Ia lebih baik dari kita”. Dan ternyata memang benar apa yang dikatakan oleh teman saya tersebut. Setelah pembagian orang tua angkat kami sempat berbincang-bincang dengan Ibu tersebut. Alhasil Ibu tersebut sangat baik dan ramah. Aku malu pada diriku sendiri atas pikiranku yang sedangkal itu.
  Satu per satu anggota dari Team Rubalang sudah bertemu dengan masing-masing orang tua angkat mereka. Saya semakin tegang saja, siapakah gerangan yang akan menjadi orang tua angkat saya nantinya. Pada akhirnya saya sedikit kecewa karena ketika disebutkan bahwa orang yang akan menjadi orang tua angkat saya tidak berada di lokasi pembukaan kala itu. Akan tetapi kekecewaan itu tidak berlangsung lama karena setelah pembukaan tersebut selesai Ibu Hasnah yang merupakan ketua PKH di desa Lero dan Beliaulah yang senantiasa membantu dan mendampingi kami dalam persiapan agenda RUBALANG ini. Beliau bersedia mengantarkan saya ke rumah orang tua angkat saya.
 
Inilah awal pertemuan kami. Pertemuan seorang anak rantau dengan keluarga  baru. Ibu yang kuanggap layaknya Ibu kandung sendiri, seorang Ayah yang kini kuanggap seperti Ayah kandung sendiri dan dua orang Adik  yang manis yang menganggap saya layaknya kakak kandung baginya. Semua menerima kehadiran saya  dengan suka cita disebuah pondok yang sederhana dengan pola kehidupan yang penuh kesederhanaan dan kerendahan hati pula. Sekejab segala pemikiran negatif dalam pikiranku langsung lenyap. Ibu Nurhayati dan Pak Suyitno dan adik bernama Fadhillah dan Farhan itulah keluarga baruku yang kutemui melalui perantara RUBALANG CAMP. 
Hari pertama aku menginjakkan kaki di Istana baruku yang aku akan berada di dalamnya kurang lebih dua hari, dari kejauhan aku telah melihat kedua orang tua angkatku tengah menanti kedatanganku di depan pintu rumah dengan wajah yang berseri-seri dan bersahabat serta penuh ketulusan. Setibanya dihadapan mereka aku langsung mencium kedua tangan mereka seperti yang kulakukan pada kedua orang tua kandungku. “Selamat datang di rumah barumu nak! Semoga betah yah tinggal disini. Kami mohon maaf kalau keadannya seperti ini, dan semoga kamu betah berada disini, jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan, anggap saja kami ini adalah orang tua kandungmu” itulah kata-kata pertama Ibu Nurhayati pertama kali menyambut kedatangan saya. Pak Suyitno juga mengatakan bahwa “nanti jangan malu-malu dirumah ini, anggap saja rumah sendiri” kata pak suyitno sambil tersenyum Ramah. Setelah itu aku langsung diajak masuk kedalam rumah dan aku langsung disuguhkan dengan makan malam dengan menu “rono bakar dan tahu goreng” meskipun menunya sederhana tapi rasanya uwenakk, sampai-sampai aku makannya sangat lahap tak seperti biasanya. “Ibu” begitu aku memanggil ibu angkatku, hanya tersenyum kecil melihat kelakuanku yang seperti itu. Kala itu aku merasa berada di rumahku yang berada di desa Pinjan.
Setelah saya disuguhi makan malam dengan menu yang sederhan tapi lezat. Sebelum tidur saya dan Ibu berbincang-bincang terlebih dahulu. Saya sempat menanyakan seputar keluarga baru saya. Akan tetapi Ayah tidak ikut berbincang-bincang bersama kami. Ayah telah beristirahat terlebih dahulu karena kelelahan setelah seharian melaut. Begitupun dengan Farhan yang turut membantu Ayah melaut. Berbeda dengan Fadillah, Ia tengah asyik menonton acara TV “Indonesian Idol”. Ia nampak sangat antusias mengikuti acara tersebut. Sesekali Ia bertanya-tanya kepadaku akan Indonesian Idol.Saya manggut-manggut saja seolah-olah aku paham. Padahal sesungguhnya aku tak tahu seputar Indonesian Idol tersebut. Saya  hanya berusaha seolah-olah paham untuk membuatnya senang dan tertawa bahagia.
Ayah bekerja sebagai seorang nelayan yang setiap harinya harus turun kelaut untuk menangkap ikan. Hasil tangkapan yang diperoleh akan di jual ke pengepul yang biasa selalu menunggu di tepian pantai atau biasa juga dijual ke warga-warga di sekitar desa Lero. Hasil dari penjualan inilah yang digunakan untuk memenuhi  kebutuhan sehari-hari. Sedangkan Ibu hanya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga biasa yang senantiasa mengurus kebutuhan keluarganya. Apabila tengah musim “rono” biasanya Ibu membuat “rono dange” dan dijual ke pelosok desa. Rono merupakan salah satu jenis ikan yang ukurannya sangat kecil yang banyak hidup di perairan di daerah pesisir desa Lero, dan ada tergantung musim biasanya sebulan tiga kali. Jika tidak sedang musim “rono” maka Ibu dirumah saja. Ibu dan Ayah memiliki enam orang anak. Akan tetapi anak yang kini tinggal bersama di rumah ada dua, dua anak yang lain kini berada di perantauan tepatnya di daerah kalimantan untuk bekerja. Dalam setahun biasanya mudik saat puasa atau lebaran tiba. Kedua anak tersebut telah putus sekolah sejak lulus dari SD dikarenakan kurangnya biaya untuk melanjutkan sekolah apalagi saat ini biaya untuk masuk ke sekolah-sekolah sangat mahal dan susah di jangkau. Sedangkan dua anaknya lagi kini masih duduk di bangku SD, Fadillah duduk di kelas 6 SD dan Farhan masih duduk di kelas 3 SD. Ketika aku datang Farhan sudah tertidur lelap diatas pembaringan. Kata Ibu Ia terlalu lelah karena seharian ikut Ayah melaut. Farhan memiliki semangat yang tinggi untuk tetap lanjut sekolah meski usianya masih sangat dini, untuk itu Ia tak pernah bosan dan lelah  untuk membantu Ayah menangkap ikan di laut dan memasarkan hasil tangkapan ikan. Fadillah biasa dipanggil Dila, juga memiliki semangat yang tinggi untuk tetap bisa bersekolah. Setiap harinya sepulang dari sekolah Ia langsung bergegas ke rumah saudara Ibu untuk membantu memasak. Dari situ Dilah memperoleh upah yang sebagiannya selalu Ia sisihkan untuk ditabung. Dan hal itu selalu Ia lakukan dengan senang hati tanpa mengenal lelah untuk mencapai cita-cita yang Ia impikan. Dilah memiliki cita-cita menjadi seorang pegawai Bank sedangkan Farhan bercita-cita menjadi Pilot. Sungguh hal yang luar biasa. Saya malu dan kagum atas semangat mereka untuk tetap dapt melanjutkan sekolah. 
Bahagia dan sedih itulah  yang saya  rasakan diawal pertemuan kami. Bahagia karena saya mendapatkan keluarga baru yang begitu baik dan menganggap saya seperti anak sendiri yang tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiranku selama ini. Disisi lain ada perasaan sedih, sedih akan adanya perpisahan di antara kami. Karena kedatangan kami disini hanya berlangsung selama 3 hari. Kami hanya diberi waktu selama 3 hari untuk merasakan hidup bersama mereka. Saya tinggal di rumah Ibu tak cukup tiga hari karena saya harus pulang untuk melaksanakan kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Meskipun hanya dua hari aku berada di rumah Ibu aku belajar banyak hal. Terutama akan pentingnya bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, dan senantiasa menjaga kobaran semangat agar tak pernah padam untuk mencapai apa yang kita cita-citakan serta senantiasa bekerja keras untuk mendapat apa yang kita inginkan. Terima Kasih Ibu, terima kasih Ayah, terima kasih adik-adikku yang luar biasa semangatnya.
  

Saya terbangun dari tidur panjang selama ini. Saya selalu terfokuspada kehidupan saya sendiri, bagaimana caranya saya bisa sukses dan sejuta keinginan lainnya. Saya  hanyalah mahasiswa yang memiliki sedikit pengalaman dalam kehidupan. Sesungguhnya saya tergolong orang yang egois. Namun, sebuah pengalaman baru sontak mampu membangunkan saya dan mampu membuat saya lebih bersyukur atas apa yang telah saya miliki saat ini. Saya masih termasuk orang  yang beruntung dibanding mereka. Mereka belum bernasib baik saperti saya. Saya menjadi lebih bahagia menjalani kehidupan meskipun tak pernah sesempurna yang saya saya banyangkan. Terima Kasih untuk pelajaran berharga ini. Kalian adalah Guru Hidupku.



Newer Posts Older Posts Home

WELCOME ABOARD!

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Makalrambot Lipu (Teringat Kampung Halaman)
    Lagu-lagu daerah Tolitoli cukup banyak yang menceritakan kerinduan seorang perantau terhadap kampung halamannya, termasuk lagu Makalrambot L...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Tinga Kinaaku (Suara hatiku)
    Naah, ini adalah salah satu lagu yang sangat terkenal juga di Tolitoli. Judulnya adalah " Tinga Kinaaku" , atau bisa diartikan seb...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Lutungan (Patriot Baolan)
    Nah, lagu ini adalah salah satu lagu fenomenal kota Tolitoli karena sering dinyanyikan dalam acara-acara kedaerahan, pun sering juga diperke...
  • 8 Alasan Kenapa Kamu Harus Ikut Event
    Rukmana (Delegasi Sulawesi Tengah) di  Indonesian Culture and Nationalism 2015 - Galeri Nasional Indonesia - Jakarta Pemuda dan mah...
  • Kata Kerja Transitif dan Intransitif, Apa Bedanya ?
    Materi Grammar atau aturan penulisan adalah salah satu materi utama dalam belajar bahasa Inggris. Materi verb atau kata kerja pada bagian...
  • CERITA LPDP : Jadi, sebenarnya begini...
    Pada hari itu, Selasa, 14 Agustus 2019, hanya ada perasaan sangat puas ketika keluar dari ruang wawancara 1 yang kata kebanyakan orang...
  • FORUM KAJIAN MUSLIMAH DI KAMPUNG INGGRIS
    Kesulitan Menemukan Forum-Forum Kajian Muslimah adalah salah satu hal yang sering dirasakan oleh sebagian besar orang ketika berada di kamp...
  • CERITA LPDP : Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat, Bebas Narkoba dan Bebas TBC di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare Kediri (64212)
    Salah satu dari beberapa hal penting yang harus disiapkan dalam proses pendaftaran beasiswa LPDP, khususnya untuk tahap awal atau tahap SE...
  • Teman Seperjalanan
    Keberanian bukanlah tentang menghilangkan rasa takut. Tapi keberanian adalah ketika kita tetap melangkah, meski hati penuh keraguan, meski s...
  • SHARING AWARDEE : Persiapan Seleksi Wawancara LPDP bersama Kak RH. Andriansyah #1
    Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh.. Hey, you all, scholarship hunters, LPDP fighters.. Untuk apply sebuah beasiswa adalah se...

Categories

Beasiswa 6 Catatan 39 Cerita Saya 38 English Article 2 Kampung Inggris Pare 16 Pojok Umum 33 Refleksi 22 Tentang Toli-toli 8

Blog Archive

  • ►  2025 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (3)
    • ►  May (3)
  • ►  2022 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (7)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2018 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (32)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ▼  2015 (24)
    • ►  December (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ▼  April (3)
      • RUBALANG (Rumah Bahari Gemilang)
      • SEBAIT CERITA UNTUK RUBALANG
      • BUTIR-BUTIR PENGHARAPAN
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  August (1)

Total Pageviews

Contact Form

Name

Email *

Message *

Featured Post

Memaafkan atau dimaafkan bukanlah perihal mana yang lebih baik. Keduanya adalah dua hal yang sama-sama membutuhkan keikhlasan. Kita dilatih ...

rukmana.rs

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates