Hal jazaa-ul ihsaani illal ihsaan. Tidak
ada balasan untuk kebaikan, selain kebaikan (pula). Q.S Ar-Rahman : 60.
Allah menyuruh kita untuk memiliki mental
pejuang, yang tidak pernah berhenti dari medan amal kebaikan sampai kematian
yang menghentikannya.
Setiap pejuang selalu gagal menghentikan
keinginannya yang tak pernah pudar untuk selalu berjuang. Ada etos yang menyala
dalam hidup, untuk selalu berbuat kebajikan, dari setiap waktu yang dimiliki.
Tak ada kamus berhenti dalam dunia perjuangan, sebab setiap usia memiliki
perannya masing-masing.
Satu sisi, kita yakin bahwa balasan dari
setiap kebaikan adalah kebaikan pula, sebagaimana informasi dari surat Ar
Rahman di atas. Tidak pernah ada kebaikan yang sia-sia.
Semua perbuatan kebaikan yang kita lakukan
akan selalu memberikan benefit berupa kebaikan, baik di waktu sekarang maupun
di waktu yang akan datang, bahkan mungkin balasan di akhirat. Balasan itu,
Allah yang mengatur dan memberikan kepada kita. Bukan oleh manusia.
Di sisi lain, kita harus terus menerus
memastikan bahwa kebaikan ini berlanjut dan berkesinambungan. Untuk itulah kita
harus menjaga sejak dalam rumah tangga, agar terlahir generasi berikutnya yang
meneruskan amal kebaikan generasi terdahulu.
Coba kita perhatikan kembali dengan seksama
untaian doa yang diajarkan Al Qur’an:
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (Al Furqan: 74).
Ayat di atas menyiratkan dua hal. Pertama,
peran kaderisasi, agar generasi berikut bisa menjadi mata rantai penerus
perjuangan generasi sebelummnya, sambung menyambung antargenerasi. Setiap
pejuang menghendaki generasi penerusnya berada dalam garis perjuangan yang
telah dirintis generasi sebelumnya.
Kedua, setelah muncul generasi yang
meneruskan perjuangan, peran berikutnya adalah menjadi pemimpin, teladan,
contoh panutan bagi masyarakat. Inilah peran berkelanjutan dalam perjuangan,
tidak pernah ada yang pensiun, semuanya mengambil peran sesuai proporsi
usianya.
Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi para
pelaku kebaikan, kecuali hadirnya generasi baru yang konsisten meneruskan
peran-peran perjuangan generasi pendahulu. Terciptalah kesinambungan
antaragenerasi, tanpa ada keterputusan dan kekosongan peran sejarah, untuk
menciptakan kebaikan demi kebaikan dalam kehidupan.
Namun, generasi pendahulunya senantiasa
berada dalam barisan kepemimpinan, tidak dalam konteks yang selalu formal,
namun lebih mengarah kepada kepemimpinan spiritual, kepemimpinan moral dan
amal.
Kita tidak dibiasakan untuk menyerahkan
tongkat kebaikan kepada generasi baru begitu saja, sementara generasi
sebelumnya merasa telah purna tugas sehingga mereka berhenti melakukan
kebaikan, berhenti melakukan peran keteladanan, berhenti dari medan perjuangan,
karena telah ada yang meneruskan. Jangan, jangan anda berharap akan bisa
pensiun dari peran-peran kebaikan.
Memang, secara formal anda harus bisa
menyerahkan peran perjuangan kepada generasi baru, seperti yang seharusnya
terjadi dalam kepemimpinan organisasi massa atau partai politik, akan tetapi
anda bukanlah pihak yang bisa serta merta menyatakan telah berada pada posisi
menikmati hasil perjuangan.
Anda tidak diperbolehkan pensiun dari medan
kebaikan, karena hal itu akan menyebabkan terputusnya mata rantai sejarah. Yang
anda harus lakukan adalah memberikan keteladanan bagi generasi baru, bahwa anda
senantiasa memberikan contoh perjuangan dalam segenap titik usia anda, hingga
kematian menjemput.
Inilah yang dikehendaki dalam usaha
merealisasikan kebaikan dalam kehidupan. Tidak ada kamus pensiun. Yang ada
adalah pergantian bentuk peran, dari masing-masing generasi, setiap mereka memiliki posisi tersendiri untuk merealisasikan kebaikan. Dengan
cara ini, kebaikan akan abadi, berkesinambungan dan berkelanjutan. Menyambung
dari satu masa ke masa berikutnya, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Jangan pernah berhenti dari kebaikan.
Setelah usai mengerjakan sebuah kebaikan, segera laksanakan kebaikan yang lain.
Jangan pernah berhenti dan menepi. [Ustadz Cahyadi Takariawan]
0 comments
It's nice to see you !