Pada hari itu, Selasa,
14 Agustus 2019, hanya ada perasaan sangat puas ketika keluar dari ruang
wawancara 1 yang kata kebanyakan orang sangat menegangkan itu. Bahkan, tanpa
sadar saya jadi spontan senyam-senyum sendiri pasca prosesi wawancara saat itu.
Parahnya saya baru menyadari sikap “konyol” itu setelah ditegur oleh
teman disamping tempat duduk saya ketika menunggu wawancara selanjutnya, “Hei..
Kenapa senyum-senyum sendiri? Dari tadi setelah keluar dr ruang wawancara saya
perhatikan kamu senyum-senyum sendiri”. “Saya ndak kenapa-napa kok, cuma
lagi kambuh sedikit ckckck”, jawab saya sembari masih terus tersenyum (mungkin).
Benar, beragam ekspresi
orang-orang yang keluar dari ruang wawancara terlihat jelas. Ada yang wajahnya kusut
karena merasa tadinya ga bisa jawab semua pertanyaan dengan baik, ada yang pasang wajah datar dan langsung pulang, ada
yang masih baper dan diselimuti air mata, ada yang pasang wajah khawatir dan tetiba
tertawa terbahak-bahak, ada yang keluar dengan ekspresi puas dan sangat percaya
diri, ada yang berusaha menunjukkan wajah “optimis” sembari memotivasi
teman-teman lain yang sedang menunggu giliran dengan tegang, dan ada juga yang
senyam-senyum terus, seperti saya. Hihihii..
Terus, kenapa? Karena
merasa yakin bahwa jawaban saya sudah perfect? No, jelas bukan. Karena
sempat ada satu momen dimana saya berdebat panjang dengan pewawancara tentang
hal penting dalam seleksi ini, kuliah “Master by Course” dan “Master by
Research”, dan rupanya ketika saya nge-cek jawaban saya ketika di ruangan ternyata ada hal yang saya masih
keliru. Nah, kebayangkan, betapa takabburnya kita ketika merasa sudah sempurna sementara kesalahan yang kita perbuat terpampang nyata? 😞. Atau, Adakah tanda-tanda bahwa saya akan
lolos? Apalagi ini, ga pernah mikir kesana, saya sempat galau tapi coba utk tawakal kepada Allah, bahkan ini
terus berlanjut, saya sempat galau selama berminggu-minggu 😜 karna pengumuman yang
cukup lama sementara ada tawaran pekerjaan yang cukup menggiurkan tapi punya
kontrak waktu minimum. Hampir saja sy ngambil job tersebut saking ga yakinnya
bakal lolos. Untungnya, ada Ibu yang selalu bilang “Ibu yakin, kamu pasti lolos.. Ndak usah dulu ambil job itu”. Hingga
akhirnya, kata-kata Ibu mewujud. Tepat tanggal 16 September 2019, di akun
pendaftaran LPDP di kolom status tertera keterangan “LOLOS SELEKSI SUBSTANSI”.
Lantas kenapa? Jadi, sebenarnya begini... Gimana? Apresiasi. Ya, pada saat wawancara, pewawancara ke-3 memberikan apresiasi yang saaangaattt berarti bagi saya. Beliau mengatakan “We are surprised about your English. Your English is really good and much much much...... better than others before you even those having higher score”, setelah proses wawancara berlangsung selama sekitar 40 menit (saya ndak sengaja lihat timer-nya interviewer) dalam full English. Ya, Cuma itu. Tidak ada hal lain yang lebih istimewa.Receh kan kan? 😄.
Dalam hati, hanya
ungkapan syukur yang ada, tidak ada hal lain yang terlintas. Pun, jikalau saya
tidak lolos maka InshaAllah saya tetap puas dan sudah siap dengan plan berikutnya, pun
tidak alpa untuk terus membangun pikiran positif bahwa pasti ada hikmah dibalik
semuanya. Kali ini, setidaknya saya mendapatkan apresiasi atas usaha saya
selama ini. Dan lagi, Alhamdulillah saya puas. Dalam hati saya berkata, “Alhamdulillah.. Congratulation Na, You got
it ! 💘”.
Disclaimer :
Ini bukan sombong,
karena saya tahu sangat banyak orang lain yang lebih hebat dari saya. Saya mah
hanyalah remah-remah rengginang. Ini, lebih tepatnya adalah sebuah pembuktian
bahwa kesungguhan usaha yang dibarengi dengan doa dan tawakal pada-Nya akan berbuah
manis.
"Ketika kita mengupayakan sesuatu atas nama Allah, maka yakinlah bahwa sungguh sangat mudah bagi-Nya untuk membuat segalanya menjadi sebuah realita"Tabarokallahh...