Kejadian apes memang sangat tidak diharapkan, tetapi saya yakin setiap pengalaman buruk yang kita alami dalam sebuah perjalanan misalnya, akan menambah nilai seni dari perjalanan itu sendiri, menjadi lebih berkesan dan melekat kuat dalam ingatan, bahkan memiliki daya tarik kuat untuk diceritakan. Juga, jika kita mampu berbaik sangka atas suatu kejadian, maka kita bisa melihat bahwa ada banyak kejutan manis tersembunyi di dalamnya. Iya, Serius. Pasti akan sangat berkesan, meskipun jika diberi peluang untuk mengulang "kesalahan" yang sama di suatu hari nanti, jawabannya tentu saja TIDAK. Sama dengan peristiwa yang saya alami beberapa waktu lalu.
Ini sedikit cerita saya dalam perjalanan menuju Amsterdam dari Jakarta, pada Kamis 21-01-2021 (tanggal cantik btw 😂). Yaa, kalau saya pikir-pikir lagi mungkin inilah salah satu sisi kurangnya jika berjalan sendirian. Saat tubuh mulai kelelahan menenteng barang sana sini, bisa jadi mengambil pilihan meninggalkan barang begitu saja di tempat umum, seperti di ruang tunggu bandara, tanpa ada yang menjaga sama sekali dan pada akhirnya resiko kehilangan lah yang mengintai. Disitulah, kadang saya mikir, enak kali yaa jalan bareng pasangan. Maksud saya bareng teman wkwkwk..
Jadi, pada waktu itu, saya tiba lebih awal di bandara Soekarno Hatta (masih di Indonesia sih..). Lalu, menunggu sekitar 2 jam hingga check-in dibuka. Setelah check in, saya berjalan masuk dan antrian di imigrasi cukup panjang karena banyak TKI yang akan berangkat ke luar negeri pada waktu itu. Ini cukup membuat tangan saya pegal-pegal membawa barangn. Tidak banyak sebenarnya barang bawaan saya, hanya satu tas belanja tapi agak besar. Lama-lama jadinya cukup menguras tenaga pokoknya.
Beberapa menit kemudian proses check-in dan pemeriksaan di imigrasi selesai. Saya kembali memperhatikan boarding pas milik saya. Disana tertulis bahwa keberangkatan untuk tujuan Amsterdam adalah di Gate 5 (Terminal 3 - Bandara Internasional Soekarno Hatta). Tanpa pikir panjang saya menuju kesana, lalu duduk di kursi deretan paling depan di ruang tunggu Gate 5 tersebut. Karena saya menyadari kalau saya belum sholat maghrib dan isya, akhirnya saya putuskan untuk meninggalkan barang bawaan saya di kursi tempat saya duduk tadi, sementara saya ke toilet kemudian sholat di mushollah yang jaraknya cukup jauh. Entah karena sdh terlalu lelah, saya rasa itu akan aman-aman saja karena cukup banyak orang disana. Tidak terbesit lagi niatan untuk menitipkan ke orang disekitar.. Akhirnya, alih-alih aman sentosa, barangnya sudah tidak ada. Pun penumpang yang tadinya ramai telah pergi, tak satupun yang tinggal karena keberangkatan dipindahkan ke terminal 1B. Oke, keep calm !
Saya mencoba berbaik sangka, mungkin ada yang membawa barangnya. Akhirnya, bersama dengan seorang Mba-mba yang lagi PhD di Rotterdam dan anaknya, yang juga gak tahu keberangkatan dipindahkan, kami berjalan bersama menuju terminal 1B yang jaraknya cukup wahhh. Saya melakukan scanning di sekitar dan menanyakan penumpang disana apakah ada yang berbaik hati membawakan barang bawaan saya, dan sayangnya tidak ada.
Dalam hati saya berkata, bolehkan saya panik sekarang?"" wkwkwk..
Si mbak tadi (ga sempat nanya namanya), akhirnya menyarankan untuk saya menghubungi petugas keamanan Bandara, namun kabar buruknya adalah posnya ada di gate 7 (kalau ga salah, intinya jauhh, nyampe sekilo kali yaa), sementara 15 menit lagi pesawat akan boarding. Sempat galau lah saya, antara mau nanya dulu atau langsung melepasnya dengan ikhlas.
Saya berkoordinasi dengan petugas di check in counter Gate 1B menyampaikan masalah saya, akhirnya mereka memberikan waktu hingga pukul 23.00 atau dispensasi tambahan 15 menit untuk mencari barang saya itu.
Oke baik. Ini upaya terakhir, kalau memang masih rejeki pasti Allah mudahkan prosesnya. Saya berjalan setengah berlari mencari pos tersebut, tapi hampir 10 menit berjalan rasa-rasanya masih sangat jauh termbok yang bertuliskan gate 7..
Oh Allahkuu.. Sesaat saya teringat percakapan saya dengan teman di telpon sesaat sebelum insiden itu terjadi. Saya sedang duduk di Reading Corner waktu itu, singgah nge-cas hape yang hampir lobet sembari telponan dengan dia, namanya Lela. Sempat keluar perkataan, "Ëh, sya tinggal barang bawaan saya di kursi, entahlahh masih disnaa atau bagaimana.. nanti kalau hilang yaa terserahlah,, saya cape babawa..".. Rupanya, Allah mengabulkan kata-kata saya tadi.. Astagfirullah.. Kualat kan ! Pengen ketawa guling-guling ke diri sendiri sebenarnya, tapi panik dan malu pula.. Serba salah kan..
Akhirnya saya memutuskan untuk bertanya ke petugas yang pertama saya dapati, yaitu diantara gate 6 dan 7. Untung saja, abangnya fast response hingga akhirnya dalam waktu beberapa menit setelah "reka adegan' di Gate 5 dilanjutkan dengan pengecekan CCTV, ketemulah siapa pelakunya.
Awalnya si abang tadi menduga barangnya terbawa oleh penumpang Turkish Airline yang berangkat dari Gate 5. Rupanya dugaannya salah, karena barang tersebut dibawa oleh petugas PT. Jas berdasarkan analisa dari gambar CCTV. Sempat gambar tersebut diperlihatkan ke saya, dan saya sangat kecewa pada saat itu. Kok petugas yang harusnya mengamankan malah membongkar bawaan saya dan parahnya beberapa barang didalamnya sudah dibagikan ke beberapa orang disekitarnya.
Ternyata saya sempat potoin abang-abang di bandara yang bantuin saya kemarin.. wkwkwk |
Sepatu sport super hangat yang saya sudah saya rencanakan untuk dipakai sesampainya di Amsterdam karena lagi winter, kini telah terpasang rapi di kaki orang lain (Berdasarkan gambar yang diperlihatkan oleh abang tadi) 😅, ricecooker yang rencananya akan dipake masak sesampainya disana sudah terpisah dari boxnya, dan router wifi yang sangat urgen waktu itu dan beberapa barang lainnya juga saya tidak tahu nasibnya seperti apa 😕. Hanya beberapa gambar yang diperlihatkan ke saya tapiii saya tidak diizinkan untuk mengambil gambar tersebut.
Sudah diujung waktu. Tidak banyak lagi yang bisa saya lakukan. Kini sudah sampai di last call terakhir bagi penumpang Garuda Indonesia GA-088. Meskipun si abang juga sudah koordinasi lagi dengan petugas check-in untuk menunggu beberapa saat. Yaa, tetap saja saya khawatir, jangan sampai gegara barang tersebut, nasib berakhir tragis alias ditinggal pesawat.
Saya hanya diminta untuk melapor dengan subjek Lost Items via email angkasa pura sesampainya di tujuan saya, sembari menceritakan kronologis kejadiannya secara lengkap.
----
Selama penerbangan yang isinya malam semua itu. Saya berusaha untuk menerima meskipun kadang muncul rasa gusar dan sesal.. Saya cukup beruntung karena 2 kursi disamping kiri saya kosong sehingga saya bisa rebahan bebas sesuka hati kayak lagi kamar. Alhamdulillah, tidur saya cukup nyenyak dan membuat perasaan saya lebih lega sesampainya di tujuan.
Nah, begitu ceritanya..
Semoga ada pelajaran yang bisa dipetik dari sini. Besok-besok kalau mau ninggalin barang sebaiknya titipkan ke orang di dekatmu (yaa walaupun kamu ga kenal, setidaknya lihat-lihatlah dulu luarnya seperti apa ckckck) atau titipkan langsung ke petugas di lokasi kamu berada. Tapi kalau kamu pengen lebih aman lagii, yaa silahkan bawa barang bawaan kamu kemanapun kaki melangkah, kecuali kamu ikhlas lahir batin barang-barang kamu hilang tanpa keterangan.
Oiya, hal lain yang juga penting adlah jika kamu kehilangan barang seperti saya, silahkan melapor ke Lost and Found Bandara atau kepada petugas keamanan yang kamu temui, jika waktu memungkinkan. Tapi kalau lagi buru-buru bisa juga untuk membuat laporan kehilangan ke e-mail contact.center@angkasapura2.co.id , Telp 138 atau mampir ke website www.angkasapura2.co.id. InshaAllah mereka cukup cepat dalam merespons. FYI, setelah semingguan setelah membuat laporan, barang saya sudah ketemu, tapi harus dijemput langsung di Kantor Security on Duty Terminal 3 Internasional Jakarta (karena lokasi kejaian kasus saya di terminal 3 maka mereka arahkan kesitu). Saat ini, saya sedang mengupayakan agar barang tersebut bisa dikirim ke alamat saya karena tidak bisa mengambilnya langsung.
Benar saja. Setelah semua yang terjadi. Banyak hikmah yang bisa dipetik. Tidak harus ragu lagii bahwa Allah itu tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesusahan, asal kita meminta pada-Nya. Buktinya, Allah hadirkan Mbak Dian buat saya waktu itu, akhirnya saya gak khawatir harus masak pake apa, karena mbak Dian punya alat masak yang bisa kami pakai bersama, bersama router wifi yang membuat kami bisa online meskipun belum memiliki SIM Card Belanda waktu itu. Kemudian, dengan mudahnya Allah pertemukan kami dengan orang-orang baik lainnya. Beberapa hari kemudian, ada yang memberikan ricecookernya jam lucu, timbangan badan dengan cuma-cuma dan router wifi dengan harga yang sangat terjangkau dibanding beli yang baru. Pokoknya Allah itu baiiikkkk sekali..
Alhamdulillah álaa kulli haal..
Sudah yaa, sampai sini dulu ceritanya..