A Learner's Journal
  • HOME
  • GENERAL
  • REFLEKSI
  • CERITA SAYA
  • CATATAN
  • BICARA LINGKUNGAN
  • ABOUT ME

Kejadian apes memang sangat tidak diharapkan, tetapi saya yakin setiap pengalaman buruk yang kita alami dalam sebuah perjalanan misalnya, akan menambah nilai seni dari perjalanan itu sendiri, menjadi lebih berkesan dan melekat kuat dalam ingatan, bahkan memiliki daya tarik kuat untuk diceritakan. Juga, jika kita mampu berbaik sangka atas suatu kejadian, maka kita bisa melihat bahwa ada  banyak kejutan manis tersembunyi di dalamnya. Iya, Serius. Pasti akan sangat berkesan, meskipun jika diberi peluang untuk mengulang "kesalahan" yang sama di suatu hari nanti, jawabannya tentu saja TIDAK. Sama dengan peristiwa yang saya alami beberapa waktu lalu.

Ini sedikit cerita saya dalam perjalanan menuju Amsterdam dari Jakarta, pada Kamis 21-01-2021 (tanggal cantik btw 😂). Yaa, kalau saya pikir-pikir lagi mungkin inilah salah satu sisi kurangnya jika berjalan sendirian. Saat tubuh mulai kelelahan menenteng barang sana sini, bisa jadi mengambil pilihan meninggalkan barang begitu saja di tempat umum, seperti di ruang tunggu bandara, tanpa ada yang menjaga sama sekali  dan  pada akhirnya resiko kehilangan lah yang mengintai. Disitulah, kadang saya mikir, enak kali yaa jalan bareng pasangan. Maksud saya bareng teman wkwkwk..

Jadi, pada waktu itu, saya tiba lebih awal di bandara Soekarno Hatta (masih di Indonesia sih..). Lalu, menunggu sekitar 2 jam hingga check-in dibuka. Setelah check in, saya berjalan masuk dan antrian di imigrasi cukup panjang karena banyak TKI yang akan berangkat ke luar negeri pada waktu itu. Ini cukup membuat tangan saya pegal-pegal membawa barangn. Tidak banyak sebenarnya barang bawaan saya, hanya satu tas belanja tapi agak besar. Lama-lama jadinya cukup menguras tenaga pokoknya.

Beberapa menit kemudian proses check-in dan pemeriksaan di imigrasi selesai. Saya kembali memperhatikan boarding pas milik saya. Disana tertulis bahwa keberangkatan untuk tujuan Amsterdam adalah di Gate 5 (Terminal 3 - Bandara Internasional Soekarno Hatta). Tanpa pikir panjang saya menuju kesana, lalu duduk di kursi deretan paling depan di ruang tunggu Gate 5 tersebut. Karena saya menyadari kalau saya belum sholat maghrib dan isya, akhirnya saya putuskan untuk meninggalkan barang bawaan saya di kursi tempat saya duduk tadi, sementara saya ke toilet kemudian sholat di mushollah yang jaraknya cukup jauh. Entah karena sdh terlalu lelah, saya rasa itu akan aman-aman saja  karena cukup banyak orang disana. Tidak terbesit lagi niatan untuk menitipkan ke orang disekitar.. Akhirnya, alih-alih aman sentosa, barangnya sudah tidak ada. Pun penumpang yang tadinya ramai telah pergi, tak satupun yang tinggal karena keberangkatan dipindahkan ke terminal 1B. Oke, keep calm !

Saya mencoba berbaik sangka, mungkin ada yang membawa barangnya. Akhirnya, bersama dengan seorang Mba-mba yang lagi PhD di Rotterdam dan anaknya, yang juga gak tahu keberangkatan dipindahkan, kami berjalan bersama menuju terminal 1B yang jaraknya cukup wahhh. Saya melakukan scanning di sekitar dan menanyakan penumpang disana apakah ada yang berbaik hati membawakan barang bawaan saya, dan sayangnya tidak ada. 

Dalam hati saya berkata, bolehkan saya panik sekarang?"" wkwkwk..

Si mbak tadi (ga sempat nanya namanya), akhirnya menyarankan untuk saya menghubungi petugas keamanan Bandara, namun kabar buruknya adalah posnya ada di gate 7 (kalau ga salah, intinya jauhh,  nyampe sekilo kali yaa), sementara 15 menit lagi pesawat akan boarding. Sempat galau lah saya, antara mau nanya dulu atau langsung melepasnya dengan ikhlas.

Saya berkoordinasi dengan petugas di check in counter Gate 1B menyampaikan masalah saya, akhirnya mereka memberikan waktu hingga pukul 23.00 atau dispensasi tambahan 15 menit untuk mencari barang saya itu.

Oke baik. Ini upaya terakhir, kalau memang masih rejeki pasti Allah mudahkan prosesnya. Saya berjalan setengah berlari mencari pos tersebut, tapi hampir 10 menit berjalan rasa-rasanya masih sangat jauh termbok yang bertuliskan gate 7.. 

Oh Allahkuu.. Sesaat saya teringat percakapan saya dengan teman di telpon sesaat sebelum insiden itu terjadi. Saya sedang duduk di Reading Corner waktu itu, singgah nge-cas hape yang hampir lobet  sembari telponan dengan dia, namanya Lela. Sempat keluar perkataan, "Ëh, sya tinggal barang bawaan saya di kursi, entahlahh masih disnaa atau bagaimana.. nanti kalau hilang yaa terserahlah,, saya cape babawa..".. Rupanya, Allah mengabulkan kata-kata saya tadi.. Astagfirullah.. Kualat kan ! Pengen ketawa guling-guling ke diri sendiri sebenarnya, tapi panik dan malu pula.. Serba salah kan..

Akhirnya saya memutuskan untuk bertanya ke petugas yang pertama saya dapati, yaitu diantara gate 6 dan 7. Untung saja, abangnya fast response hingga akhirnya dalam waktu beberapa menit setelah "reka adegan' di Gate 5 dilanjutkan dengan pengecekan CCTV, ketemulah siapa pelakunya.

Awalnya si abang tadi menduga barangnya terbawa oleh penumpang Turkish Airline yang berangkat dari Gate 5. Rupanya dugaannya salah, karena barang tersebut dibawa oleh petugas PT. Jas berdasarkan analisa dari gambar CCTV. Sempat gambar tersebut diperlihatkan ke saya, dan saya sangat kecewa pada saat itu. Kok petugas yang harusnya mengamankan malah membongkar bawaan saya dan parahnya beberapa barang didalamnya sudah dibagikan ke beberapa orang disekitarnya.

Ternyata saya sempat potoin abang-abang di bandara yang bantuin saya kemarin.. wkwkwk

Sepatu sport super hangat yang saya sudah saya rencanakan untuk dipakai sesampainya di Amsterdam karena lagi winter, kini telah terpasang rapi di kaki orang lain (Berdasarkan gambar yang diperlihatkan oleh abang tadi) 😅, ricecooker yang rencananya akan dipake masak sesampainya disana sudah terpisah dari boxnya, dan router wifi yang sangat urgen waktu itu dan beberapa barang lainnya juga saya tidak tahu nasibnya seperti apa 😕.  Hanya beberapa gambar yang diperlihatkan ke saya tapiii saya tidak diizinkan untuk mengambil gambar tersebut. 

Sudah diujung waktu. Tidak banyak lagi yang bisa saya lakukan. Kini sudah sampai di last call terakhir bagi penumpang Garuda Indonesia GA-088. Meskipun si abang juga sudah koordinasi lagi dengan petugas check-in untuk menunggu beberapa saat. Yaa, tetap saja saya khawatir, jangan sampai gegara barang tersebut, nasib berakhir tragis alias ditinggal pesawat. 

Saya hanya diminta untuk melapor dengan subjek Lost Items via email angkasa pura sesampainya di tujuan saya, sembari menceritakan kronologis kejadiannya secara lengkap.

---- 

Selama penerbangan yang isinya malam semua itu. Saya berusaha untuk menerima meskipun kadang muncul rasa gusar dan sesal.. Saya cukup beruntung karena 2 kursi disamping kiri saya kosong sehingga saya bisa rebahan bebas sesuka hati kayak lagi kamar. Alhamdulillah, tidur saya cukup nyenyak dan membuat perasaan saya lebih lega sesampainya di tujuan.

Nah, begitu ceritanya..

Semoga ada pelajaran yang bisa dipetik dari sini. Besok-besok kalau mau ninggalin barang sebaiknya titipkan ke orang di dekatmu (yaa walaupun kamu ga kenal, setidaknya lihat-lihatlah dulu luarnya seperti apa ckckck) atau titipkan langsung ke petugas di lokasi kamu berada. Tapi kalau kamu pengen lebih aman lagii, yaa silahkan bawa barang bawaan kamu kemanapun kaki melangkah, kecuali kamu ikhlas lahir batin barang-barang kamu hilang tanpa keterangan. 

Oiya, hal lain yang juga penting  adlah jika kamu kehilangan barang seperti saya, silahkan melapor ke Lost and Found Bandara atau kepada petugas keamanan yang kamu temui, jika waktu memungkinkan. Tapi kalau lagi buru-buru bisa juga untuk membuat laporan kehilangan ke e-mail contact.center@angkasapura2.co.id , Telp 138 atau mampir ke website  www.angkasapura2.co.id. InshaAllah mereka cukup cepat dalam merespons. FYI, setelah semingguan setelah membuat laporan, barang saya sudah ketemu, tapi harus dijemput langsung di Kantor Security on Duty Terminal 3 Internasional Jakarta (karena lokasi kejaian kasus saya di terminal 3 maka mereka arahkan kesitu). Saat ini, saya sedang mengupayakan agar barang tersebut bisa dikirim ke alamat saya  karena tidak bisa mengambilnya langsung.

Benar saja. Setelah  semua yang terjadi. Banyak hikmah yang bisa dipetik. Tidak harus ragu lagii bahwa Allah itu tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesusahan, asal kita meminta pada-Nya. Buktinya, Allah hadirkan Mbak Dian buat saya waktu itu, akhirnya saya gak khawatir harus masak pake apa, karena mbak Dian punya alat masak yang bisa kami pakai bersama, bersama router wifi yang membuat kami bisa online meskipun belum memiliki SIM Card Belanda waktu itu. Kemudian, dengan mudahnya Allah pertemukan kami dengan orang-orang baik lainnya. Beberapa hari kemudian, ada yang memberikan ricecookernya  jam lucu, timbangan badan dengan cuma-cuma dan router wifi dengan harga yang sangat terjangkau dibanding beli yang baru. Pokoknya Allah itu baiiikkkk sekali..

Alhamdulillah álaa kulli haal..

Sudah yaa, sampai sini dulu ceritanya..



Merencanakan banyak hal di masa yang hampir segalanya tak terprediksi bukanlah hal mudah. Niat akan teruji karena ketidakpastian yang membentang di hadapan. Sempat berada pada masa  lelah ditanyai "Kapan berangkat?". Iya, pertanyaan singkat menyesakkan, bahkan tidak jarang membuat saya  merasa sangat intimidated wkwkwk.. Harusnya itu bukan masalah, tidak perlu dipermasalahkan sebenarnya karena memang kita hidup di masa yang unpredictable. Memang iya sih. Namun, tidak semua orang akan memahami hal itu..

Bahkan hingga tiket keberangkatan sudah ditangan  pun, saya masih enggan memberi tahu tanggal keberangkatan saya saking khawatirnya gagal lagi dan dibilang penebar hoax. Saya hanya bisa mengatur rencana serapi mungkin dan mengabarkannya ke orang-orang terdekat. Tidak banyak permintaan selain berharap doa-doa terbaik dari mereka agar dilancarkan perjalanan pergi dan balik lagi ke rumah dengan membawa ilmu yang bermanfaat yang siap diabdikan demi kemaslahatan agama, bangsa dan negara.. Aamiinn..

Disinilah perjalanan itu bermula...

Tepat tanggal 16 Januari 2021, Sabtu malam, sekitar pukul 23.30 WITA, akhirnya saya, Bapak, Ibu, adik, dan beberapa orang keluarga yang akan turut mengantarku hingga ke Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Palu, sudah siap menunggu kedatangan mobil yang akan ditumpangi di rumahku. Emang saya jadwal berangkat ke Amsterdamnya kapan? tanggal berapa? Sebenarnya, saya berangkat dari Palu-Jakarta tanggal 19 Januari 2021, kemudian melanjutkan perjalanan Jakarta-Amsterdam tanggal 21 Januari. Lah, sekarang kan masih tanggal 16, cepat sekali berangkatnya? Iya sengaja. Karena untuk perjalanan dari rumahku (Desa Pinjan Kec. Tolitoli Utara Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah) ke kota Palu saja sudah mengambil waktu sekitar satu hari, belum lagi di masa pandemi seperti ini. Pasti memakan waktu yang lebih panjang. 

Yayy. Sekitar pukul 00.00 WITA barulah mobil Open Cup yang akan mengantarkan kami hingga ke desa Malala siap berangkat. Saya, Mama, Tante dan adik sepupu saya yang yang masih kelas 2 SD, Difa serta Patri (sepupu saya juga) duduk di bagian belakang. Adik saya, Idil, duduk di depan menemani Om saya yang menyetir mobil. Yaa maklumlah mereka se-frekuensi, biar om saya ada teman ngobrolnya saja. Sementara, bapak saya dan suami dari Patri mengendarai sepeda motor. 

Normalnya, perjalanan menuju desa Malala membutuhkan waktu sekitar 4 jam dari rumah. Bisa lebih cepat atau lambat tergantung kondisi jalanan. Kali ini, saya dan Ibu mabuk parah diperjalanan. Mungkin karena kedinginan, bayangkan saja naik pick up tengah malam, perjalanan cukup jauh (yaa sekitar 200 km), melewati hutan, gunung dan pantai disertai terpaan angin yang berhembus kencang karena cuaca mendung. Belum lagi aroma minyak kayu putih yang membuat saya tidak mampu membendung isi perutku. Lengkaplah sudah.. Perjalanan jadi tak semenyenangkan bayanganku..

Sekitar pukul 4.30  dini hari, 17 Januari 2021, kami sampai di rumah om saya yang akan mengantarkan kami ke Palu menggunakan mobil pribadinya. Beruntung. hujan baru mengucur deras beberapa menit setelah kami sampai. Telat beberapa menit, kami bisa basah kuyub di bagian belakang mobil wkwkwk. Untungnya lagi, teh hangat langsung menghangatkan dinginnya subuh itu. 

Kami istirahat sembari ditemani hujan yang baru reda sekitar jam 7.00 pagi. Mereda, meski masih gerimis kami ke Rumah Sakit Zubaeda Bantilan Malala untuk melakukan tes Covid-19 yaitu Rapid Test Antibodi sebagai syarat masuk kota Palu. Setelah semua rampung. Akhirnya, kami melanjutkan perjalanan Malala-Palu sekitar pukul 09.00 pagi, dengan keadaan dan perasaan yang sudah lebih nyaman dari sebelumnya. Alhamdulillah perjalanan lancar. Kami sampai di kota Palu sekitar pukul 19.00 WITA.

18 Januari 2021. Di kota Palu, saya melakukan perampungan beberapa berkas dan urusan. Di hari yang sama saya juga kembali melakukan tes Covid-19 Swab Tes Antigen sebagai syarat penerbangan Palu-Jakarta. Sembari menunggu hasil tes keluar, saya mengajak Tante dan Difa keliling kota Palu. Mama di rumah saja dengan Patri. Saya sengaja, karena tante cukup lama tidak berkunjung ke Palu, terlebih pasca peristiwa 28 September 2018 lalu. Sudah banyak hal yang berubah. Kami mampir sebentar di lokasi runtuhnya jembatan kuning, masjid apung dan mampir di pantai yang menjadi spot favorit si buaya yang lagi viral itu. Bahkan, kami sempat melihat sang buaya berjemur di dekat bebatuan di area pantai.Sebelum pulang sempat singgah di toko boneka.



Besoknya. Masih pagi sekali, hampir semua orang di rumah sudah bangun. Mulai sibuk memasak dan beberes di rumah. Saya pun mulai merapikan kembali barang bawaanku. Memasukkan kembali pakaian, yang sempat saya pakai dan telah dicuci, ke dalam kopor berwarna hijau saya. Setelahnya, saya sarapan sambil terus mengingat untuk memastikan bahwa tidak ada lagi barang yang tertinggal. Iyaa, ini sudah 19 Januari 2021, dan pukul 15.30 WITA adalah jadwal penerbangan saya ke Jakarta.

Sekitar pukul 12.30 WITA, saya dan keluarga berangkat ke Bandara. Orang tuaku tidak begitu lama di bandara mengingat mereka harus pulang ke kampung sesegera mungkin karena om saya harus masuk kantor di esok harinya. Beberapa teman-teman juga datang membersamai, termasuk kakak-kakak yang selama ini jadi support system saya mulai dari belajar bahasa Inggris hingga apply beasiswa. Sempat kami berbincang banyak hal sebelum akhirnya saya masuk karena pesawat yang akan saya naiki sudah boarding. Btw, terima kasih sudah datang.. Hehe..







Sekitar pukul 21.30 WIB barulah saya sampai di penginapan yang sudah saya pesan sebelumnya via aplikasi OYO, Garuda Bima Syariah Residence nama tempatnya, setelah drama dorong-dorong 2 koper menuju Parkiran Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta karena dapat GrabCar operasional luar bandara. Perjalanan yang melelahkan sekaligus agak mengecewakan. Iya, melelahkan karna dorong-dorong kopor dan mengecewakan karena penginapan tersebut terletak di gang sempit, hanya motor yang bisa masuk hhhh. Saya merasa tertipu wkwkwk.. Untungnya penjaganya baik mau angkat mengangkat koper saya.

20 Januari 2021, saya masih di Jakarta untuk melakukan tes Covid-19 yaitu tes Swab PCR di Rumah Sakit Mayapada  karena di kota Palu tes PCR paling cepat 3 hari sementara untuk penerbangan ke Amsterdam membutuhkan hasil yang tidak lebih dari 72 jam sesampainya disana. Disini, saya juga menyempatkan diri untuk menukar uang dari Rupiah ke Euro di SmartDeal ITC Fatmawati, Jakarta Selatan.

Malamnya, teman saya, Melia, bela-belain datang jauh-jauh dari Jakarta Pusat ke Tangerang untuk membawakan beberapa barang pesanan online yang saya kirim ke alamat beliau. Kami berbincang beberapa saat dan akhirnya saya memutuskan untuk istirahat.

Saya berangkat ke bandara akhirnya pada pukul 17.30 WIB di esok harinya, 21 Januari 2021, lagi-lagi menggunakan GrabCar. Meskipun penerbangan Jakarta-Amsterdam dijadwalkan pada pukul 23.45 WIB, saya sengaja datang lebih awal ke Bandara untuk berjaga-jaga jika ada kendala yang mungkin terjadi. Beruntung, proses check-in berjalan lancar, bagasi aman alias gak over padahal khawatir sekali dengan ini.

Sebelum dipindahkan ke Gate 1B, penumpang tujuan Amsterdam diminta menunggu di Gate 5. Saya yang sebenarnya agak kelelahan memutuskan untuk meninggalkan satu kantong bawaan saya yang isinya Ricecooker, Router Wifi, Sepatu Winter, Mukena Travelling, Kaos Tangan, dll, di kursi di ruang tunggu untuk ke restroom sekalian lanjut sholat isya. Harapannya, ketika kembali barang tersebut masih dalam keadaan utuh. Tapi faktanya, alih-alih utuh, barangnya hilang tak berjejak hingga terjadilah drama bolak balik Gate 5 - 1 -7 - 1 di terminal 3 (yang pernah berangkat dari terminal 3 pasti paham jaraknya seperti apa), dan paling terakhir naik pesawat padahal udah 3 kali last call gegara berurusan dengan keamanan bandara wkwkwk.. (Kapan-kapan cerita ini lahh...)

Yaah mau diapa lagi, sebenarnya barangnya bisa saja ditemukan pada saat itu tapi gegara beburu  pesawat yang udah last call, yaa say goodbye sajalah. Kalau rejeki pasti bakal balik lagi.

Perjalanan dari Jakarta ke Amsterdam memakan waktu sekitar 15 jam direct flight atau tanpa transit, dann karena melintasi zona waktu yang berbeda maka sepanjang jalan yang ada hanyalah malam, gelap gulita. Saya hanya menatap layar yng menampilkan rute perjalanan dan info-info seputar penerbangan itu. Langit mulai terang sesaat sebelum landing di Amsterdam. 

Saya mendapat seat di deretan tengah. Beruntung, karena hanya saya duduk sendiri disitu, ada dua kursi kosong, akhirnya bisa rebahan kayak lagi di rumah menghabiskan malam yang panjang itu dengan tidur meski sesekali ingatan melayang pada apa yang terjadi di bandara beberapa jam yang lalu. Pengen nangis sebenarnya apalagi ga punya teman cerita, tapii masa iya nangisin ricecooker? Wkwkwk...

22 Januari 2021. Pesawat yang kami tumpangi, Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-088, alhamdulillah mendarat dengan mulus di Bandara Schipol Amsterdam sekitar pukul 08.30 CET. Kami disambut oleh cuaca yang sangat gloomy dan suhu -2 derajat celcius. Benar, sekarang lagi winter.

Disini, tidak banyak pertanyaan dari petugas Imigrasinya, hanya ditanya kemana, ngapain, berapa lama, lepas masker beberapa saat, dan diakhir si mas-mas petugasnya hanya bilang "Have a nice day". 

Bagasi saya sudah terkumpul semuanya ketika saya bertemu Mbak Dian dan Mas Dirham. Yaa kami akan menuju tempat yang sama. Sebenarnya kami sudah janjian sejak di bandara di Indonesia. Namun, karena drama yang ku alami tersebut, semuanya tertunda dan baru bertemu di Schipol. 

Perjalanan kami lanjutkan ke Wageningen menggunakan NS train dan Bus C3 setelah membeli Anonymous OV-Chipkaart di bandara Schipol. Finally kami sampai di tempat tujuan, asrama Mahasiswa - Kompleks Dijkgraaf 4 - Wageningen University and Research, sekitar pukul 12.00 CET.
____

Setidaknya ini akan menjadi pengingat di suatu hari nanti. Sekaligus bahan evaluasi diri..
Untuk segala pihak yang sepenuh hati membantu, terima kasih..
Untuk beberapa kerabat yang mungkin kecewa, semoga Allah mudahkan saya untuk terus berbenah diri.. Semoga kita semua senantiasa dalam limpahan rahmat-Nya..

Ini baru permulaan.. Selamat menikmati self-quarantine period !

Ditulis di Dijkgraaf 4- 12B005, Wageningen University
Pukul 09.07 PM Waktu setempat, di luar -1 oC.
Ditemani oleh Assubhu Bada - Maher Zain
Newer Posts Older Posts Home

WELCOME ABOARD!

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Makalrambot Lipu (Teringat Kampung Halaman)
    Lagu-lagu daerah Tolitoli cukup banyak yang menceritakan kerinduan seorang perantau terhadap kampung halamannya, termasuk lagu Makalrambot L...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Tinga Kinaaku (Suara hatiku)
    Naah, ini adalah salah satu lagu yang sangat terkenal juga di Tolitoli. Judulnya adalah " Tinga Kinaaku" , atau bisa diartikan seb...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Lutungan (Patriot Baolan)
    Nah, lagu ini adalah salah satu lagu fenomenal kota Tolitoli karena sering dinyanyikan dalam acara-acara kedaerahan, pun sering juga diperke...
  • 8 Alasan Kenapa Kamu Harus Ikut Event
    Rukmana (Delegasi Sulawesi Tengah) di  Indonesian Culture and Nationalism 2015 - Galeri Nasional Indonesia - Jakarta Pemuda dan mah...
  • Kata Kerja Transitif dan Intransitif, Apa Bedanya ?
    Materi Grammar atau aturan penulisan adalah salah satu materi utama dalam belajar bahasa Inggris. Materi verb atau kata kerja pada bagian...
  • CERITA LPDP : Jadi, sebenarnya begini...
    Pada hari itu, Selasa, 14 Agustus 2019, hanya ada perasaan sangat puas ketika keluar dari ruang wawancara 1 yang kata kebanyakan orang...
  • FORUM KAJIAN MUSLIMAH DI KAMPUNG INGGRIS
    Kesulitan Menemukan Forum-Forum Kajian Muslimah adalah salah satu hal yang sering dirasakan oleh sebagian besar orang ketika berada di kamp...
  • CERITA LPDP : Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat, Bebas Narkoba dan Bebas TBC di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare Kediri (64212)
    Salah satu dari beberapa hal penting yang harus disiapkan dalam proses pendaftaran beasiswa LPDP, khususnya untuk tahap awal atau tahap SE...
  • Teman Seperjalanan
    Keberanian bukanlah tentang menghilangkan rasa takut. Tapi keberanian adalah ketika kita tetap melangkah, meski hati penuh keraguan, meski s...
  • SHARING AWARDEE : Persiapan Seleksi Wawancara LPDP bersama Kak RH. Andriansyah #1
    Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh.. Hey, you all, scholarship hunters, LPDP fighters.. Untuk apply sebuah beasiswa adalah se...

Categories

Beasiswa 6 Catatan 39 Cerita Saya 38 English Article 2 Kampung Inggris Pare 16 Pojok Umum 33 Refleksi 22 Tentang Toli-toli 8

Blog Archive

  • ►  2025 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (3)
    • ►  May (3)
  • ►  2022 (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2021 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (7)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ▼  February (2)
      • Drama Barang Hilang di Bandara
      • Tujuh Hari Menuju Belanda
  • ►  2020 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2018 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (32)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2015 (24)
    • ►  December (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  August (1)

Total Pageviews

Contact Form

Name

Email *

Message *

Featured Post

Memaafkan atau dimaafkan bukanlah perihal mana yang lebih baik. Keduanya adalah dua hal yang sama-sama membutuhkan keikhlasan. Kita dilatih ...

rukmana.rs

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates