RAPATKAN "KAKI" BUKAN "SAJADAH"

Hampir memasuki waktu sholat isya, orang-orang sudah mulai  berbondong-bondong menuju masjid. Masjid mulai ramai dan di padati para jamaah yang akan melangsungkan sholat isya dan tarwih padahal muadzin pun belum mengumandangkan suara adzan. Terlebih saat adzan telah dikumandangkan jamaah terlihat semakin memadati area masjid. Kelihatannya bagian dalam masjid tak mampu menampung hingga banyak jamaah yang terpaksa harus melaksanakan sholat isya dan  tarwih di teras masjid. Itulah sedikit gambaran pemandangan yang akan sangat familiar saat ramadhan tiba terkhusus pada hari-hari pertama. Maklum, ramadhan adalah bulan mulia yang selalu di rindu nantikan oleh kaum muslimin, bulan penuh bonus, bulan untuk meraup sebanyak-banyak pahala, bulan penuh ampunan, bulan sejuta berkah. Jadi, adalah hal wajar ketika orang berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat tarwih di masjid secara berjamaah.

Lantas, apakah masjid benar-benar dipenuhi jamaah? Coba tanya ke diri kita masing-masing! Fakta yang sering saya dapati setelah sholat di beberapa tempat adalah banyaknya shaf yang tidak rapat dalam sholat, harap-harap shaf rapat malah yang dirapatkan adalah sajadahnya. Sayangnya lagi banyak jamaah yang berpikiran bahwa yang dirapatkan adalah sajadahnya. Jadinya yang paling lebar sajadahnya maka dialah yang tempatnya paling luas. Padahal space sajadah yang luas tersebut akan lebih baik jika ditempati oleh jamaah lain agar lebih banyak jamaah yang bisa ditampung dan shaf sholat benar-benar rapat dan tidak terputus-putus karena sesungguhnya tidak ada shaf yang putus kecuali ada setan diantaranya.

Merapikan dan merapatkan shalat adalah perilaku yang utama dalam shalat berjama'ah. Dalam hal ini ulama telah bersepakat tentang persyariataannya. Rasulullah selalu memperhatika orang-orang yang sholat berjama'ah  dan memperhatikan shafnya. Beliau pernah bersabda :
 "Benar-benarlah kalian dalam meluruskan shaf, atau (jika tidak) niscaya Allah akan membuat perselisihan di antara wajah-wajah kalian." (HR. Muslim No. 436)
Nah, kalau sudah begini apa yang harus kita lakukan? Diam saja sambil ngomel dalam hati? 
Hal pertama yang dapat kita lakukan ketika mendapati kondisi seperti ini adalah mengingatkan. Cobalah untuk mengingatkan jamaah yang ada di sekitar kita tentang yang seharusnya sembari memberikan pemahaman. Tapii, harus ingat mengingatkan jangan sampai terkesan menggurui atau sok tahu, jaga perasaan orang lain jangan sampai tersinggung terlebih orang yang lebih tua. 

Sebenarnya bagaimana shaf shalat yang seharusnya?
Shaf yang benar adalah yang lurus dan rapat. Makna shaf yang rapat dapat dilihat pada hadits-hadits berikut ini : 
"Luruskan shaf-shaf kalian karena sesungguhnya kalian itu bershaf seperti pada malaikat. Luruskan diantara bahu-bahu kalian, isi (shaf-shaf) yang kososng, lemah lembutlah terhadap tangan-tangan (lengan) saudara kalian dan janganlah kalian menyisakan celah-selah bagi setan. Barangsiapa yang menyambung shaf, niscaya Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan barang siapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutuskannya (dari rahmat-Nya)." (HR. Ahmad dan Thabrani)
"Luruskan shaf kalian, sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku". Maka hendaklah kalian menempelkan bahunya dengan bahu kawannya, dan kakinya dengan kaki kawannya." (HR. Bukhari No. 692)
Berbicara masalah shaf  beberapa ulama memiliki perbedaan pendapat ada yang menyatakan sunnah pun ada juga  yang mewajibkan sebagai rukun dalam sholat berjama'ah. Namun, meskipun ada perbedaan pendapat atau ikhtilaf, satu hal yang perlu kita ketahui adalah ulama bersepakat bahwa shaf adalah bagian dari syariat.  dan merupakan budaya shalat pada zaman terbaik islam

Selanjutnya, bagaimana jika sudah diingatkan tapi tidak diindahkan?
Tugas kita adalah saling mengingatkan. Berharap orang untuk mengindahkan apa yang kita sampaikan itu bukanlah hal mudah, kita gak usah berharap tinggi dulu apalagi orang yang baru kita kenal. Kita tidak boleh memaksakan kehendak apalagi untuk pertama kali karena semuanya butuh waktu. Tugas kita adalah untuk saling mengingatkan dan mengajak pada kebaikan. Terlepas dari diindahkan atau tidak sebaiknya bersabar saja sembari untuk terus saling mendoakan agar senantiasa dilimpahkan rahmat dan semoga diberi petunjuk karena kita hidup dan bertumbuh di lingkungan yang memiliki pemahaman yang beragam. Lanjutkan saja sholat kamu! Wallahu'alam.

 Bagaimana dengan sholat saya? Apakah diterima atau tidak?
Yang tahu sholat kita diterima atau tidak hanyalah Allah SWT, Sang Dzat Maha Mengetahui. Termasuk semua sholat-sholat lain yang pernah kita lakukan. Bukan kuasa kita untuk memastikan hal itu. Tugas kita hanyalah beribadah sebaik-bainya sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunnah. Semoga Allah SWT menerima semua amalan dan Ibadah kita. Namun, jikalau masih ada keragu-raguan maka sholatlah kembali saat kamu sudah di rumah.

****

Nah, itu sedikit uraian dari saya sebagai salah satu bentuk berbagi. Semoga kita bisa mengambil manfaat dari tulisan ini. Semoga fenomena-fenomena seperti diatas bisa kita jadikan bahan pertimbangan dan pelajaran dalam setiap proses kita untuk terus menjadi manusia yang lebih baik. Jika ada hal-hal yang kurang sesuai mohon untuk saling mengingatkan. Tetaplah saling mengingatkan dalam kebaikan. Ingat, yang dirapatkan KAKI bukan SAJADAH !
Semangat berpuasa, Semangat beribadah !

(Palu, 09.53 a.m WITA, 27/05/2017 , 02 Ramadhan 1438 H) #1


***************************************************************
Referensi
www.konsultasiislam.com
Buku Panduan Sifat Shalat Nabi







0 comments

It's nice to see you !