Setelah penantian cukup panjang, hampir 1 bulan pasca pengumuman SBK
(Seleksi Berbasis Komputer) LPDP, barulah ada kejelasan mengenai jadwal seleksi
wawancara LPDP tahap 1 tahun 2019 ini. Yah, meskipun sebenarnya jadwal tersebut
belum jelas-jelas amat. Gimana mau jelas, orang hanya diinformasikan bahwa
tenggang waktu interview adalah 11 Agustus – 06 September (hampir 1 bulan
cuyy). Ini masih sangat umum, belum ada pembagian jelas mengenai jadwal pasti
tiap lokasi. Hhmmm.. Yang jelas adalah “3 hari untuk Lokasi Seleksi Makassar”
sudah pasti ada diantara waktu tersebut.
Waktu itu, saya harap-harap cemas. Berharap dapat jadwal diatas 17 Agustus
agar masih bisa mengikuti beberapa kegiatan di Kampung. Lagipula, 3 hari pasca
Idul Adha, 14 Agustus 2019, akan ada acara walimahan adik sepupu saya di
kampung. Besar harapan untuk tidak melewatkan acara ini, acara dimana keluarga
besar berkumpul, apalagi untuk seseorang seperti saya, yang lebih
(mem)betah(kan) diri di rantau. Sangat jarang saya hadir diacara besar
keluarga, bahkan saat hari raya sekalipun. Oleh karena ituu, pastilah,
kecemasan saya adalah kalo dapat jadwal interview di waktu tersebut. Duhh
gustii..
Tips #1“Kuatkan niat dan siapkan diri untuk menanggung segala resiko”
2 Hari kemudian, pengumuman detail mengenai jadwal rilis di Instagram
@lpdp_ri (Akun resmi LPDP RI). Jeng jeng jeenggg.. Hanya bisa pasrah aku tuh..
Jadwalnya jatuh pada tanggal 13-15 Agustus 2012, H+3 Idul Adha.Di akun pribadi
pun telah dituliskan mengenai jadwal perorangan.
Saya dapat jadwal selama 2 hari. Hari pertama hanyalah Verifikasi dokumen
pada pukul 15.20 WITA, dan di hari berikutnya adalah Kegiatan Wawancara 1 pada
pukul 09.10 WITA dan Wawancara 2 pada pukuln 10.50 WITA.
Gak ada pilihan lain. Kalo Sudah seperti ini, of course, saya bakalan
berangkat lebih awal mengingat perjalanan dari kampung, Desa Pinjan, ke Kota
Makassar yang cukup jauh, bahkan bisa 2-3
hari perjalanan pake Bus (kalo pake pesawat sih.. aman sentosa.. tapii harap
maklum aja).. Artinya.. Kali ini, harus lebaran di rantau (setelah idul fitri
juga gagal lebaran di rumah) dan lagi, gagal lagi gabung di hajatan keluarga..
Rasanya sudah terbiasa dengan kondisi ini, sehingga meski sempat sedikit
gusar, akhirnya yaa semua harus berllanjut apapun resikonya..
Tips #2“Untuk menghindari berbagai unpredictable things dan menjaga agar stamina tetap oke, sebaiknya teman-teman mengatur dengan baik jadwal keberangkatan dari rumah. Apalagi yang rumahnya jauh ber mil-mil. Yang mau naik Bus pasti akan lebih panjang perjalanannya. So, rencanakan dengan baik. Jangan kepepet. Pastikan bahwa kondisi kita akan prima di hari wawancara nanti”.
Rencana awal saya akan berangkat tanggal 9/08/19 malam dari rumah dan
melanjutkan perjalanan ke Makassar by Bus tanggal 10/08/19 pagi. Namun, semua
berubah karena beberapa pertimbangan. Pertama, karena masih harus ngurus
Surat Rekomendasi Dosen yang hilang dan harus dibawa saat verdoc, dan saya
harus melakukan persiapan diri untuk wawancara termasuk tips dan trik karena
sejujurnya tidak banyak persiapan khusus yang saya lakukan sejak jauh hari selain membaca
pengalaman orang lain. Pun, ini masih sangat minim karena di kampung signalnya hanya ada di pantai dan rumah2 tertentu yang jumlahnya sekitar 7
rumah, tersebar di pelosok kampung pulaa (+hanya bisa sms dan telpon yang juga
suaranya sering ga jelas apalagi kalo lagi angin kencang atau hujan). Akses
internet sangat sulit. Yaa syukurnya sedikit terbantu dengan keberadaan Wifi di
kantor desa (kalo ga salah ini adalah program khusus dari kemenkominfo di
pedesaan), Wifi Nusantara namanya. Jaringan inilah yang saya manfaatkan untuk
daring meski hanya bisa diakses dengan baik pada dini hari.
Akhirnya, saya berangkat 5 hari lebih awal dari rencana. Kali ini, saya
masih menghabiskan waktu selama beberapa hari di Palu. Saya numpang di kosan
teman (Miss Iker, Mbak Reret dan Ibu Ripda ) untuk menuntaskan segala
kepentingan dan belajar (sendiri, wkwk) tentunya.
Karena tidak ingin kembali “Berlebaran Idul Adha di perjalanan”, alias
dalam “Bus” pasca “Berlebaran diatas Kapal” pada juni lalu, saya memutuskan
untuk take flight menuju Makassar. Ada kemudahan waktu itu. Yaa, saya dapat
tiket murah. Lagi
pula, waktu itu teman-teman peserta dari Palu, khususnya yang muslim, semuanya milih terbang ke Makassar karena ga mau ninggalin daging yang belum masak di rumah.
pula, waktu itu teman-teman peserta dari Palu, khususnya yang muslim, semuanya milih terbang ke Makassar karena ga mau ninggalin daging yang belum masak di rumah.
Tepat pukul 07.10 WITA pada hari Senin, 12 Agustus 2019, Pesawat Boeing 737
dari Maskapai Lion Air dengan Nomor Penerbangan JT 781 take off dari Bandara
Mutiara Sis Aljufri Palu dan mendarat dengan mulus di Bandara Sultan Hasanuddin
setelah 1 Jam 5 menit perjalanan.
Saya tidak langsung keluar keBandara Kedatangan tapi memilih singgah
sejenak di Mushollah khusus Wanita di dalam Bandara, menyempatkan sholat dhuha
dan rehat sembari menyuapi mulut dengan menu sarapan berupa nasi goreng yang
sengaja saya bawa di tupperware warna
ungu (untuk menghemat, wkwkwk) secara sembunyi-sembunyi. Lahh, kok? Ya, pasalnya
terpampang jelas tulisan “Dilarang Tidur dan Makan disini”.
Ini darurat guys dan tetap kebersihan serta alasan kenyamanan pengguna lain
tetap saya perhatikan kok, but Jangan ditiru ya!..
Ets.. Rupanyaa setelah itu, saya masih harus lama-lama disini untuk
menunggu jawaban dari kawan yang rencananya saya akan nginap sebelum dapat
kabar kalo dia lagi di kampung. Waktu terus berjalan, pun saya memutuskan untuk
keluar dari Bandara dengan satu-satunya transportasi murah utk keluar dari
sana, DAMRI Bandara, cukup dengan membayar Rp26.000,-. Saya singgah sebentar di
kosan teman saya itu karena mereka gak bawa kuncinya, dan Sore harinya saya
memilih untuk nginap di Rumah teman yang kenal di grup yang juga akan mengikuti
seleksi wawancara, bersama teman-teman lainnya yang juga dari Palu (Nisa, Vivi
dan Cian) dan dari Kendari (Rosida dan Kak Nidhi). Siti Hardianti Darma Pertiwi
namanya. Ia tinggal di BTN ANTARA, Jl. Antara IV. Orangnya super duper baik dan
friendly.
Tips #3“Untuk mengurai budget agar lebih murah ketika di lokasi (terutama yang lokasinya jauh dari rumah) kita bisa melakukan beberapa hal. Pertama, dengan mencari kenalan untuk membantu akomodasi (harapannya bisa dapat yg murah bahkan GRATIS) kita selama di lokasi. Nyari kenalan bisa dilakukan di media sosial atau grup-grup wa yang kita punya (grup yang relates ya dan harus tetap hati-hati!).Kedua, untuk transpportasi, kalo pilih Makassar, transportasi murah yang bisa kita pilih (terutama kalo sendiri) untuk keluar dari Bandara adalah DAMRI Bandara. Cukup bayar Rp26.000,-. Ini sangat berbeda jauh dengan ojol yang bisa 4-5 kali lipat (kalo rame-rame, lebih bagusnya pake ojol lah). Nah, kalo mau kemana2 boleh juga pilih naik pete-pete meski agak ribet dan lama.Satu lagi, kalo dapat tempat yang memungkinkan, kita bisa masak sendiri, tinggal beli bahan di pasar dan langsung cusss jadi chef... Diijamin bakal mangkas guys..”.
Jadwal teman-teman beragam. Dan, kalo gak salah, rata-rata dapat jadwal di
hari kedua. Malam itu, teman2 meluangkan waktu untuk sharing berbagi pengalaman
dan informasi yang mereka dapatkan. Mereka sibuk membuka catatan2 hasil
“Mentoring” selama beberapa waktu dengan Awardee sebelumnya, tampak seolah
sibuk mereview tips dan trik hasil diskusi online (sebagian besar saya juga
sudah baca), dan saling memberi masukan. Semua terlihat sangat antusias kecuali
saya..
Tips #4“Well-prepared akan membuat kita merasa lebih pede dan mantap untuk struggling di sesi wawancara. Olehnya, teman-teman bisa memperbanyak referensi dari berbagai sumber seperti sharing online atau bertemu langsung dengan awardee sekaligus bisa simulasi atau bisa juga lewat internet. Di internet banyak sekali uraian tentang hal ini. Kalo saya pribadi, lebih senang membaca blog pribadi para awardee karena saya merasa penjelasan proses-prosesnya lebih jelas. Bukan hanya itu, perluas wawasan guys dengan banyak-banyak membaca. Nah, gimana? Pastikan sudah siap lahir bathin ya !. Jangan contoh saya yang persiapannya masih kurang kalo dibandingkan dengan teman-teman lain..”.
Lantas, apa yang terjadi denganku? Sebenarnya, saya pun tak begitu paham..
entah apa yang merasukiku (baca sambil nyanyi :-D) .. Semakin mencoba ikut
larut dalam diskusi panjang itu, semakin berasa blunder semua apa yang sudah
tertata rapi dalam pikiranku.. Perasaan panik kambuh, dan tetiba nge-blank..
Ohh tidak.. Ini tak bisa dibiarkan.. Maka, sebelum terlanjur jauh, saya memilih
untuk mengistirahatkan pikiran yang sudah lelah ini dengan mengambil headset..
dannnnn.. bye.. ketemu besok pagi lagi.
Tips 5“Kalo saya pribadi merekomendasikan untuk mengistirahatkan diri dari proses belajar setidaknya 1 hari sebelum jadwal karena ketika kita sudah siap dengan konsep yang tertata rapi dalam pikiran kita yang juga tentunya telah dievaluasi dan dipertimbangkan, bahkan berkali-kali dan kita mendapatkan penjelasan baru yang itu berbeda, maka bisa jadi ini akan mengganggu konsep yang sudah kita susun.. Jika kita maksa utk menjadi seperti apa yg teman2 kita dapatkan bisa jadi akan ada hal yang missing ketika wawancara nanti. Jika memang masih harus diubah, yaa silahkan asal sanggup, tapi seharusnya tidak di waktu semepet ini !”
Teman-teman mungkin bertanya-tanya kenapa tapi tampaknya lebih baik diam
saja ada dalam pikiran mereka. Sama seperti ujian SBK dulu, saya lebih memilih
untuk belajar di teras sendirian untuk “mengumpulkan kebingungan” untuk ditanyakan,
dibanding langsung gabung dengan teman-teman. Mereka didera kebosanan mungkin
untuk mengajak saya dan terus diikuti jawaban “Gapapa, saya belajar disini
saja”.
Tips #6“Ingat, setiap tips yang dapatkan dari berbagai sumber it might work or not, it depends on the type of person who applies. Jangan berpikir bahwa ketika kamu menerapkan sebuah tip dan itu akan berhasil di kamu. Belum tentu. Jadi, kuncinya adalah kenali dirimu. Tipe pelajar seperti apa kamu? Suka sendiri atau kelompok?... Silahkan di renungkan!”
Tanggal 13 Agustus 2019, masih pagi kami sudah bersiap menuju GKN (Gedung
Keuangan Negara) Makassar di Jl......... Kami berangkat menggunakan GrabCar
(mumpung murah karna banyak orang).
Lokasinya cukup luas sehingga kami sempatkan nanya satpam yang sedang tugas
tentang lokasinya. Tidak lama berselang, kami sudah di depan ruangan yang di
maksud. Di atas pintu masuk terpampang spanduk bertuliskan “Selamat Datang Peserta Seleksi
Wawancara”.
Tips#7“Jika memungkinkan, sempatkan diri untuk langsung ngecek lokasi sebelum hari H. Namun, jika tidak memungkinkan setidaknya datanglah sepagi mungkin. Mulai lakukan adaptasi dengan sekitar. Perasaan familiar dab bersahabat dengan lingkungan sekitar mampu melejitkan optimisme dan percaya diri kita. Jangan lupa untuk bertegur sapa dengar orang-orang didekatmu, juga saling mendoakan”.
Di dalam ruangan, tepatnya di Lt. 1, sudah disediakan kursi untuk para
peserta beserta konsumsi berupa roti-rotian dan teh kotak bagi yang mau sarapan
(kurang baik apa coba panitianya?). Di depan dan belakang kursi pun sudah ada
masing-masing 1 ruangan untuk wawancara
2 yang telah diberi keterangan.
Tips #8“Jangan lupa sarapan ya sebelum giliran kita! Kan gak enak tuh pewawancara ngedengerin bunyi keroncongan dari perut kita”
Dibagian depan ada 3 meja yang terdiri dari Meja Verifikasi 1 dan 2, serta
Meja Presensi yang dilengkapi dengan proyektor dan sound system. Meja
Verifikasi 1 dan 2 tentu saja untuk proses verifikasi. Disitulah seluruh
dokumen2 kita diperiksa kelengkapan dan keasliannya. Kalo lengkap maka langsung
dapat stempel “verified”. Meja presensi berfungsi untuk melakukan presensi
kehadiran dengan memperlihatkan Barcode yang ada di akun. Setelah presensi,
maka tinggal nunggu aja sampe nama kita ditampilkan di layar dan dipanggil
melalui mikrofon.
Tips #9“Jangan lupa presensi karena kalo nggak, namamu gak bakal dipanggil-panggil. Terus, Jauh sebelum nama kita dipanggil untuk verifikasi, pastikan semua berkas kita sudah lengkap tidak ada yang tercecer atau ketinggalan karena akan repot jika terjadi hal tersebut. Pernah ada seorang peserta yang KTP-nya ketinggalan.. omg.. tapi karena petugasnya baik maka dia diberi waktu untuk pulang ngambil KTP-nya di rumah. Untung saja dia akamsi. Gak kebayangkan kalo jarak rumahnya ribuan km dari lokasi.Oiya, sekedar saran juga nih. Usahakan saldo di hape kita gak kosong ya ! Kalo bisa, siapin kuota internet juga. Ini penting, karena ada juga kasus dimana peserta gak bawa KTP (kalo gak salah) dan rumahnya sangat jauh. Petugas memberikan alternatif untuk melakukan VC ke orang rumah agar memperlihatkan KTP tsb. Terus, ada juga kasus dimana peserta nelpon sebuah nomor dan petugas yang kemudian nanya-nanyain beberapa hal (saya kurang paham kalo yang ini)..Yah.. Intinya siap-siap saja dan jangan keluar jauh-jauh meski belum jadwalnya karena banyak peserta yang jadwalnya jadi lebih cepat..
Setelah hampir
seharian tanpa melakukan apapun selain bincang-bincang dengan teman di kiri
kanan, akhirnya saya dipanggil untuk verifikasi berkas. Yeeyy.. Tidak lama,
kartu ujian saya langsung di cap “verified” oleh petugas yang namanya
Tri Susilo. Misi hari itu sudah selesai.
Tibalah di hari yang hari kemarin tidak apa-apanya, 14 Agustus 2019. Sangat
menegangkan ini mah.
Sesekali, ingatan melayang ke kampung. Hari ini juga adalah hari penting untuk adik sepupu saya di kampung. Hari dimana Ia akan menggenapi agamanya. Ada perasaan sedih juga sebenarnya. Tapi, saaya mah ga bisa berbuat banyak. Ini adalah hari yang sama pentingnya bagi kita. Ku doakan banyak-banyak.. Semoga Allah menjadikan keluargamu sebagai keluarga sakinah, mawaddah, warohmah.
Sesekali, ingatan melayang ke kampung. Hari ini juga adalah hari penting untuk adik sepupu saya di kampung. Hari dimana Ia akan menggenapi agamanya. Ada perasaan sedih juga sebenarnya. Tapi, saaya mah ga bisa berbuat banyak. Ini adalah hari yang sama pentingnya bagi kita. Ku doakan banyak-banyak.. Semoga Allah menjadikan keluargamu sebagai keluarga sakinah, mawaddah, warohmah.
Yap, kembali ke hari ini. Karena sudah familiar dengan keadaan ruangan,
saya datang satu jam setengah sebelum jadwal wawancara saya. Yang saya lakukan
sejak bangun adalah berusaha menenangkan diri supaya rileks setelah semalam
kebut-kebutan dengan 1 file yang hampir lupa saya print, apalagi ini penting
sekali, yaitu bukti korespondensi dengan pihak universitas.
Tips #10“Wahh.. Hari yang menegangkan nih.. Bangun pagi-pagi, sholat, minta restu orang tua (ini mujarab loh), sarapan, jangan lupa cek lagi ya berkas-berkas yang dibutuhkan. Jangan lupa bawa kartu peserta yang sudah di cap. Untuk sesi ini, kita diizinkan untuk membawa map yang dokumen-dokumen pendukung yang kita rasa penting seperti sertifikat penghargaan atau kliping, dan jika memungkinkan kita bisa memperlihatkan ke pewawancara”.
Saya tidak banyak bicara sebelum wawancara. Hati pun terus merapalkan
setulus doa atas-Nya. Inilah permintaan utama saya pada saat itu.
“Yaa
Allah, jika Engkau ridho dengan hal ini maka mudahkanlah segala prosesnya..
Hilangkanlah perasaan nervous ini dan berikan kemantapan lisan dalam merapalkan
semua jawaban nantinya”
Ketika nama saya sudah terdengar dari pengeras suara pun sudah terpampang
di layar untuk naik ke Lt. 6, menunggu giliran wawancara 1, sambil berjalan
menuju lift, saya membaca Alfatihah, An-Naas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas serta
diikuti doa berikut, yang saya baca berulang-ulang :
“Rabbi
saderi wayassirli amri wahlul ukdatam milli tsaani yafkahu kauli”
Tips #11“Jangan lupa baca doa. Ingat Allah adalah penentu segalanya...”
Bismillah..
Saya masuk ke dalam ruang wawancara 1 yang ukurannya sangat luas itu dengan
langkah tegap dan mantap tapi tidak terkesan angkuh, disertai dengan tatapan
tegas dihiasi senyum terbaik. Ada 6 kelompok Pewawancara dalam ruangan
tersebut, dimana masing-masing kelompok terdiri atas 3 orang (1 Pakar, 1
Psikolog dan 1 Pihak LPDP). Ketika sampai di depan meja, saya menyapa dengan
salam tapi tidak berjabat tangan (Intervieweernya laki-laki semua guys) dan
meminta izin untuk duduk. Lagi-lagi, syukur tiada tara, saya dipertemukan
dengan tim pewawancara yang luar biasa baiknya. Hingga akhirnya, saya bisa
menuntaskan wawancara 1 (sekitar 40 menit full English) hari itu dengan
perasaan riang. Bahkan sampe senyam-senyum sendiri hingga ke ruang tunggu
wawancara 2. Banyak teman-teman yang bertanya-tanya “ada apakah gerangan?”.
Pengen tahu ada apa? Baca disini ya !.
Tips #12“Pokoknya ketika sudah masuk di pintu, auto pasang langkah tegap dan tatapan mantap penuh percaya diri kearah pewawancara. Pasang senyum terbaikmu. Ingat, jangan sampai terkesan angkuh. Setelah itu, sapa mereka dengan salam dan jabat tangan (bagi yang mahrom) sebelum meminta izin untuk duduk”.
Wawancara 2 pun sama. Berjalan lancar karena si pewawancaranya baiiikkk
sangat. Disini, orang yang bakal meng-kepoi kita (khususnya latar belakang dan
nasionalisme) cuma 1. Ending dari waktu sekittar 30 menit di sesi ini berbeda.
Jika sebelumnya, saya keluar dengan wajah riang maka kali ini saya keluar
dengan pipi yang masih basah dengan air mata. Thank you Pak, Anda berhasil !
(Padahal di sesi 1 udah usaha biar gak mewek).
Tips #13
“Jawab pertanyaan setiap dengan tegas, jaga kontak mata, jaga senyuman, eyel-eyelan boleh asal punya landasan yang kuat dan tetap dengan adab sepatutnya dong (Jangan kayak saya yang debat lama baru ngalah,, dan ternyata (setelah buka catatan) memang rupanya saya yg keliru ! Duhhhh). Gak perlu make up story atau ngarang, sampaikan secara jujur dengan bahasa yang tidak merendahkan diri (Gimana caranya? Banyak refleksi diri biar makin paham dengan hal apa yang perlu ditonjolkan meski dilingkupi bejibun kekurangan). Jangan malu untuk berkata tidak tahu. Mereka paham kok bahwa manusia bukanlah orang yang tahu segala hal. Nah, satu lagi nih, mewek gak dilarang kok selama itu memang tulus dari hati”.
Seleksi wawancara pun selesai sebelum waktu dzuhur . Untuk Pengalaman Detail tentang proses
dan hal-hal yang terjadi di ruang wawancara InshaAllah akan saya tuliskan
kemudian.
Setelah istirahat sejenak menenangkan diri, saya langsung menuju Mushollah
dan berusaha untuk melupakan proses yang sudah terlalui itu dan mendekatkan
diri pada-Nya di waktu dzuhur siang itu..
“Yaa
Allah, tuntas sudah sebagian ikhtiarku selebihnya ku serahkan pada-Mu.. Ku
mohon jaga hati dan prasangkaku yaa Rabb”
Ini adalah gambar yang diambil tepat setelah saya selesai. Momen dimana saya sudah lebih lega tapi beberapa teman-teman saya masih dag dig dug serr...
Tips #14“Tawakal pada Allah. Perbanyak doa dan terus meminta doa orang tua.. Oiya.. Juga perbanyak shalawatt dan senantiasa optimis. Pun, toh kalo hasilnya belum sesuai dengan harapan kita. Maka, bersabarlah karena pasti ada hikmahnya. Jangan menyerah, coba lagi sampe berhasil”
Satu bulan berlalu, tepat 16 September 2019, setelah bisa berdamai dengan
Wifi di Kantor Desa itu, tepat pukul 24.00 WITA, juga setelah mendapati banyak
pesan masuk dari para sahabat yang juga menantikan pengumuman itu, barulah saya
bisa membuka akun di website lpdp dan mendapati status bahwa saya LOLOS SELEKSI
SUBSTANSI dengan nilai wawancara 843 (passing gradenya adalah 600 dan kalo ga
salah nilai max. 1000).
Tips #15
“Tugas kita bukan hanya mencapai passing grade guys, tapi curi hatinya interviewer agar mau merekomendasikan kita untuk lolos. Di beberapa kasus, ada peserta yang tidak mencapai passing grade tapi karena direkomendasikan maka akhirnya dia bisa lolos. Juga, banyak-banyak berdoa... Tidak ada yang bisa menghalau setiap kemungkinan untuk terjadi jika Allah sudah berkehendak”.
Alhamdulillah ‘ala kulli hal...
Lagi, satu hal penting yang harus kita ingat adalah JANGAN LUPA LIBATKAN ALLAH DALAM SEGALA HAJAT DAN IKHTIAR. Ini lebih penting dari apapun...
Lagi, satu hal penting yang harus kita ingat adalah JANGAN LUPA LIBATKAN ALLAH DALAM SEGALA HAJAT DAN IKHTIAR. Ini lebih penting dari apapun...