A Learner's Journal
  • HOME
  • GENERAL
  • REFLEKSI
  • CERITA SAYA
  • CATATAN
  • BICARA LINGKUNGAN
  • ABOUT ME

Sejak duduk di bangku kuliah dulu, aku sudah senang membaca buku-buku tentang travelling. Salah satu buku favouritku adalah buku yang berjudul Jilbab Traveller yang ditulis oleh mbak Asma Nadia. Aku menyukai bukunya, karena menceritakan berbagai pengalaman muslimah yang pernah berkunjung atau emang tinggal menetap di berbagai negara di belahan dunia. Seringkali, kisah-kisah di dalamnya berhasil membuatku larut dalam kisah mereka, lalu merasa seolah aku menjadi pemeran di cerita itu.  Jadinya, aku sering membayangkan keadaan  hidup di luar negeri itu seperti apa. Kemudian, berharap suatu hari juga bisa mengunjungi negara-negara yang mereka ceritakan tersebut, Belgia misalnya, lalu mengalami berbagai pengalaman menarik seperti mereka. Dengan harapan, itu bisa semakin membuka cakrawala berpikirku. Menjadi ajang uji nyali :D dan belajar untuk survive di negara orang.

Belgium atau Belgia - Hari ini, Sabtu 13 November 2021, adalah kali pertamaku berkunjung ke negara ini - adalah salah satu negara yang jaraknya sangat dekat dengan negara dimana aku sedang menempuh studi saat ini, Belanda. Di sebelah xxxx, negara ini langsung berbatasan langsung dengan Belgium, sehingga sangat mudah untuk menjangkaunya. Selain karena jaraknya yang dekat, pilihan transportasinya cukup banyak dan harganya masih terjangkau. Tentu saja,  menggunakan transportasi pribadi atau menyewa mobil lalu mengemudi bersama teman-teman akan semakin cost and time effective. Jika tidak, transportasi umum juga bisa menjadi pilihan yang ramah. Ya, tak salah lagi, itulah yang ku lakukan hari ini. 

Sudah cukup lama aku di Belanda, hampir setahun. Sayangnya, saking dekat dan populernya, mungkin aku satu-satunya orang yang belum pernah berkunjung ke negara ini dibanding kawan-kawanku yang lain (ketinggalan banget yaa andah!). Maka, hari ini ku putuskan untuk jalan sendirian. Lagipula, aku lebih senang berjalan sendirian, dengan begitu aku merasa memiliki lebih banyak waktu untuk berdialog dengan diri sendiri, sambil terus berhikmah dari setiap peristiwa yang ku dapati dalam perjalanan tersebut. Berharap a short escaping ini bisa memberiku berbagai  pelajaran  hidup nantinya. So, let me say "hi" to Belgium today. Yup, mari menengok dan berkenalan dengan Belgia.

Aku memilih dua moda transportasi hari ini untuk return-one day trip, berangkat menggunakan Flixbus  via Roermond Station (Rute Roermond Station - Brussel North Station; 8 eur) dan pulang menggunakan Train via Brussel Centraal (Rute Brussel Centraal -  Roosendal ; 12 eur). Rute perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan tentunya, apalagi buatku di yang bermukim di salah satu "kota" tapi rasa "desa" di Belanda ini, yang dihuni oleh banyak mahasiswa internasional dari berbagai negara, Wageningen. Meski begitu, aku tetap menikmati perjalanan singkat ini. Setidaknya aku jadi punya gambaran mengenai transportasi umum ketika suatu saat nanti berkunjung ke negara-negara lainnya sebagaimana dalam bucket lists aku nantinya,  sebagai seorang solo traveller. Diaminkan saja yaa hihihi..

Wageningen, Gelderland - 6.25 a.m. CET

Sekarang adalah musim gugur atau autumn atau orang amerika lebih menyebutnya fall. Tepat sekali seperti bayangan kalian. Jam segini langit masih gelap, kalau di Indonesia mungkin masih seperti jam 4-5 subuh. Sholat shubuh pun masih sekitar 5 menitan lagi. Sementara dengan aku, aku sudah siap menunggu di Halte Mondrianlaan, yang terletak di depan housing Dijkgraaf tempatku tinggal. Berdasarkan aplikasi 9292 yang sering digunakan oleh orang-orang disini untuk mengecek dan merencanakan perjalanan, harusnya bus yang aku naiki akan berangkat pada jam 6.26  dari halte ini.  Tentu saja, aku tak mau ketinggalan.

Sayangnya, tiba-tiba ada keterangan bahwa keberangkatan bus di jam tersebut dibatalkan. Alhasil, aku harus kembali menunggu 30 menit lagi untuk keberangkatan berikutnya. Sempat ada pikiran, bagaimana jika ku batalkan saja perjalanan ini. Hujan-hujan gini (yang tetiba menjadi deras) enaknya rebahan, menghangatkan diri di dekat heater ditemani segelas susu coklat hangat dan sisa waffle yang ku beli 2 hari yang lalu. Tapi, lamunanku buyar ketika ada seorang mas-mas yang juga memiliki tujuan yang sama denganku, stasiun Ede-Wageningen. Kami ngobrol sambil menunggu hujan mereda sebelum kami berpindah ke halte yang berikutnya. Ternyata si mas-mas tadi lagi mau ikut lomba skateboard makanya berangkat sepagi itu, dengan harapan bisa tiba tepat waktu di lokasi. 

Finally, Ku putuskan untuk melanjutkan perjalanan. Gapapalah yaa menunggu lagi, setidaknya kali ini, aku tidak sendirian disini.

Roermond, Limburg - 9.30 a.m CET

Aku tiba di Roermond Station sekitar jam 9.30-an pagi tadi. Sebenarnya ini agak terlambat 1 jam dari rencana awal, karena ada keterlambatan keberangkatan  kereta tujuan Maastrich dari Utrecht hari itu.  Rencana untuk eksplor beberapa spot di Roermond  sebagaimana itinerary yang ku buat semalam pun (agak) berantakan. Aku hanya punya waktu satu jam setengah di Roermond hari ini sebelum bus yang akan membawaku ke Brussel tiba di halte. 

Aku memutuskan untuk ke area open market-nya saja sembari menunggu. Aku berjalan sekitar 1.5 km dari stasiun menuju area open market tersebut. Ditemani gerimis kecil, aku berjalan di area centrum sembari memperhatikan gaya arsitektur bangunan disana. Bangunan-bangunannya memiliki gaya yang khas dan berbeda dari gaya bangunan Belanda pada umumnya (masih bingung mendeskripsikan modelnya dengan kata-kata wkwkwk). Bisa lihat perbedaannya di gambar-gambar berikut (dicomot dari internet).

Tidak banyak banyak yang ku lakukan. Hanya berjalan berkeliling open market, membeli kibbeling seharga 3 eur, dan membeli payung di Kruidvat buat berjaga-jaga. Just in case jika hujannya semakin deras. Lalu,  aku kembali ke stasiun untuk menunggu bus yang akhirnya datang sekitar jam 11.05 a.m (terlambat 5 menit dari jadwal awal).

By the way, sebenarnya agak deg-degan ketika menunggu bus. Aku kira aku salah station dan berpotensi ketinggalan bus, karena belum pernah naik Flixbus ini sebelumnya. Aku sudah sempat browsing bagaimana cara untuk membatalkan tiket kereta Brussel-Roosendal yang sudah ku pesan untuk berjaga-jaga kalau benar akannketinggalan. Kan lumayan tuh 12 euronya balik. Untungnya, aku sudah berada di jalur yang tepat.

Brussel - 13.05 p.m CET

Roermond-Brussel memakan waktu 2 jam perjalanan. Jalurnya mostly melewati jalan tol, sehingga pemandangannya tak seindah di kereta. Aku tiba di Brussel Nord-Station sekitar pukul 13.05 waktu setempat. Merasa lega karena akhirnya sampai juga. Aku turun dari Bus, lalu membuat peta rute perjalanan di google map. 

Sebenarnya, perjalanan ini terlalu singkat dan aku tidak punya banyak waktu meng-eksplor banyak tempat. Bahkan rasa-rasanya satu lokasi saja tidak cukup. Anggap saja ini fase perkenalan, jadi singkat. Ditambah lagi, langit menjadi gelap tiba-tiba, hujan deras lalu mengguyur. Di sisi lain, aku merasa senang dengan kehadiran hujan siang tadi. Setidaknya, ada hal yang menguatkanku bahwa membeli payung ketika masih di Roermond tadi adalah keputusan yang tepat. Iya, sebenarnya aku rada menyesal ketika (terpaksa) membeli payung tersebut, karena setelah ku beli payungnya cuaca langsung terang-benderang. Alhamdulillah yaa...

Aku akhirnya hanya mendatangi sedikit dari banyaknya spot menarik di area Brussel-Central seperti Grand Palace Brussels atau Grote Markt. Di area ini terdapat berbagai bangunan populer seperti Brussel Town Hall dan Bread House. Bangunan-bangunan ini termasuk dalam UNESCO World Heritage Site. Selain itu, sebagai negara yang terkenal dengan Waffle, aku juga berniat untuk mencoba kuliner legendaris negara ini dong (walau sebenarnya lidahku terlalu polos, untuk menentukan jenis makanan yang mana yang paling enak karena menurutku beberapa makanan itu rasanya yaa sama saja). 

Bak gayung bersambut, langsung ku dapati sebuat warung waffle yang sepertinya enak karena antriannya yang bak ular naga panjangnya. Setelah mengantri lama, tibalah giliranku tapi ternyataa mereka hanya mau menerima pembayaran cash. Aku tak punya cash, maka ku lanjutkan perjalanan hari itu tanpa berhasil mencicipi waffle legendaris tersebut. Sebenarnya setelah itu aku menemukan atm tarik tunai dan warung yang bisa pake card, tapi kalau harus ikut ngantri lagi pasti bakal lebih lama lagi. Ikhlas lah yaa, nanti aja kapan-kapan balik lagi dan mencicipi waffle legendaris ini.

Meski hujan, ku tetap menikmati perjalananku hari ini. Hujan ini juga yang telah mempertemukanku dengan Nadine dan menemani perjalananku di satu jam terakhir sebelum ku kembali ke stasiun. Nadine adalah mahasiswa dari Africa yang sedang studi di Paris. Dia sedang liburan dengan beberapa teman-temannya disini, tetapi waktu itu mereka sedang berpencar sendiri-sendiri. Kami sempat berbincang  mengenai hal-hal tipikal di negara masing-masing seperti makanan dan budaya. Di awal perbincangan kami, setelah menyebutkan namaku, dia langsung bisa menebak kalau aku dari Indonesia. "One of my best friend in uni in France is Indonesian. She was telling me about some Indonesian names, e.g. Ana, Siti, Wati, Nurul, etc.".

Sayangnya aku tak bisa berlama-lama Aku harus kembali ke stasiun. Sengaja ku ke stasiun lebih awal untuk berjaga-jaga jika ada tragedi nyasar dulu meski untungnya tidak. Aku melihat jadwal keberangkatan kereta yang akan ku naiki. Sayangnya, belum terpampang. Akhirnya, ku bertanya ke mas-mas petugas stasiun dimana aku bisa melihat keteran mengenai peron keberangkatanku nantinya. 

"Where do you want to go?"

"Roosendal"

"Wait a minute, I'll show you where you should go!", ia mengecek rute tersebut di hape-nya. Sepertinya sih ada aplikasi khusus yang bisa ku gunakan De Lijn misalnya. Tapi apalah aku yang belum sempat mencari dan membaca lebih detail tentang hal yang satu ini.

"Ah, okay"

"There you go! You can take a picture of this....", mas-masnya meminta saya untuk mengambil gambar rute kereta yang harus saya naiki.

"Well, thank you!"

Aku langsung menuju ke lokasi yang ditunjukkan oleh mas-mas petugas tersebut.

Stasiun Antwepen (Anvers) - Belgium, 06.00 p.m

Aku harus turun dan ganti kereta di stasiun ini untuk melanjutkan perjalanan ke Roosendal. Stasiun ini sangat megah bahkan stasiun ini dinobatkan sebagai  stasiun termegah di Eropa versi traveller. Terdiri dari 4 lantai, dan di setiap lantai ada jalur keretanya (sekitar 14 in total). Aku turun di peron paling bawah (kalau tidak salah), sementara untuk peron kereta selanjutnya, aku harus berangkat dari peron 5 yang mengharuskanku naik 3 lantai dari posisi awal.

Aku hanya berdiam di dalam stasiun kali ini. Rasanya tubuhku sudah mulai kelelahan karena perjalanan panjang hari ini.

Kereta yang akan membawaku dan penumpang lainnya ke Roosendal sudah tiba. Tidak lama kemudian, aku sudah bisa duduk manis di dalam kereta. Untung saja tadi aku bergerak cepat dan cukup gesit sehingga memperoleh  seat dengan posisi yang nyaman. Beberapa menit kemudian, kereta mulai bergerak perlahan meninggalkan Anvers. Ku buka laptop yang menjadi pemberat tas-ku sejak tadi pagi. Ku mulai mengedit beberapa tulisan, dan memulai mengetik kata demi kata, kalimat demi kalimat dalam tulisan ini.

Dalam perjalananku dari Anvers Centraal ke Roosendal, ingatanku melayang ke segala hal yang sudah ku lalui hari ini. Memang tak bisa ku bohongi kalau sekarang punggung dan kakiku sudah mulai pegal. Mungkin gegara ranselku yang begitu berat karena berisi laptop beserta pernak-pernik lain yang rasanya ada yang kurang kalau tak ku bawa bersamaku. Atau, mungkin gegara kaki yang melangkah tanpa henti menyusuri sudut-sudut area Brussel Centrum ini. Diperparah lagi dengan rute jalan kaki-ku yang sempat ku ubah gegara ada laki-laki yang mencurigakan yang seolah mengikutiku di sebuah gang yang sepi. Aku terpaksa berbalik arah dan mengikuti rute yang ramai pejalan kaki, meski jadinya lebih jauh 500 meter dari rute awal. Ini sangat mendebarkan sih... 

Aku sengaja membawa laptop, karena telah merencanakan untuk menulis kisahku hari ini (TULISAN INI), di blog ini. Juga,  aku berencana untuk melakukan proses editing terhadap tulisan yang rencananya ingin ku abadikan lewat sebuah buku di kereta, dalam perjalanan pulang ke Wageningen nantinya. Aku mulai serius mengetik meski sesekali perhatianku teralihkan ke Ibu-Ibu yang sudah agak tua (sepertinya Dutch) disampingku yang sedang serius menonton drama korea hahahaa..

Wageningen, 21.00 p.m

Ketika sampai di Roosendal Station, dalam hati ku berkata "Welcome Home". Padahal perjalanan masih jauh wkwkw, masih harus melanjutkan perjalanan lagi sekitar 2 jam untuk sampai di rumah. Tapi serius, setelah berperjalanan keluar Belanda, ketika sudah sampai di belahan Belanda saja, dimanapu itu, rasanya sudah sangat senang. Sesederhana itu.

Sekitar pukul 21.00 p.m, aku baru sampai di rumah. Aah.. Aku tersenyum, dan berkata dalam hati Alhamdulillah 'ala kulli haal..  


Menulis dalam perjalanan  Belgia-Belanda

Sabtu, 13 November 2021




Baru saja saya merebahkan diri di ranjang di kamar penginapan di  penginapan Beyazit Old Town, Fatih, Istanbul, Turki, hari itu, ketika tiba-tiba saya menyadari hal yang membuat saya panik. Perasaan santai sebelumnya tiba-tiba hilang. 
Mencari hape, membuka dokumen hasil PCR saya tadi pagi dengan harapan bahwa kekhawatiran saya ini  tidak benar. 

Perasaan saya mulai dag dig dug karena ternyata benar, waktu yang tertera di surat tersebut tidak sesuai ekspektasi saya... Oh nooo! Apakah ini pertanda 😒....

Oke Na tenang, ga boleh panik! 👻

Saya menarik napas lalu  memikirkan langkah apa yang harus saya lakukan. Sebagai upaya pertama, saya mencoba menghubungi call center Laboratorium tempat saya melakukan tes tersebut. Dengan harapan bisa mendapatkan respons dan kepastian yang cepat, saya memilih menghubungi via telepon. Ada 3 nomor tertera di website mereka. Yess, teleponnya berdering dan langsung di angkat..

Suara telpon : Merhaba! bla bla bla....... (Cukup panjang kalimatnya dan ga ngerti ngomong apa, cuma ngerti Merhaba doang wkwkwk..)
Saya : Good evening! Can you speak English?

dannn, teleponnya langsung dimatikan unexpectedly.

Tidak menyerah. Saya mencoba menghubungi nomor lainnya. Yaa kali aja memang nomor itu buat panggilan lokal saja.  Ternyata, hasilnya tetap nihil alias ga diangkat hihihi...

Saya menarik napas panjang, mencoba memikirkan alternatif lainnya..

Di waktu bersamaan, Hp saya berdering, ada SMS masuk yang berisi pesan dalam bahasa Turki yang artinya adalah silahkan menghubungi via chat SMS atau WA.

Yes! Masih ada harapan.  Seketika saya sampaikan case saya dalam bahasa Inggris, rupanya mereka ga paham dan meminta menggunakan bahasa Turki (dalam hati kenapa mereka ga pake google translate aja sih ckckck).. Okay. Bermodalkan google translate, saya translate-lah ke dalam bahasa Turki dan langsung mengirimnya tanpa ada sedikitpun proses editing. Wkwkwk.. Saya ga yakin apakah maksud saya akan mereka pahami atau malah dimaknai berbeda oleh mereka, dannn rupanya dugaan saya benar wkwkwk. Akhirnya, mereka bilang "oke, kalau mau bicara panjang lebar silahkan datang ke lab besok pagi".

beberapa kutipan percakapan..

Semalaman saya ga bisa tidur tenang, tak sabar menunggu pagi. Apa iya saya harus tes PCR lagi? .. Yang masalah bukan pada harus tes lagi, tapiii harus bayar lagi.. Sekali tes saja sudah 25 eur (app. Rp450K). Kann sayang bangett yaa..

Besoknya masih pagi sekali sya sudah siap-siap dengan begitu banyak harapan. Semoga saja disana petugasnya bisa bahasa Inggris biar enak ngejelasinnya. 

Masih sekitar jam 7.30 pagi saya sudah siap, berjalan sekitar 300 meter menuju stasiun metro Beyazit yang letaknya sangat dekat dengan Grand Bazaar, lalu menunggu metro tujuan Kabatas. Sekitar pukul 8 saya turun di stasiun Tophane. Lalu melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju laboratorium Cihangir. Jalan dari stasiun Tophane yang menanjak ini membuat perjalanan yang cuma beberapa ratus meter ini cukup membuat keringat bercucuran..

Yup. kini, saya sudah sampai. Bertemu dengan petugas yang kemaren. Lalu mencoba menjelaskan kembali.

Baru juga mengatakan beberapa kalimat si embak-nya terus menebak saya maunya apa.. "You took PCR yesterday, so do you want the paper result?", "No!" Saya lanjut ngejelasin..., "Yes, the result has been available since yesterday!", "No! It doesn't what I meant..". What happened next adalah si embaknya diam aja, dan ngomong pake bahasa Turki ke teman disampingnya..

Okay. I have no other choice. Harapanku pupus saat itu, dan langsung bilang "Okay, I will take the PCR test again then!".. 

Ga lama kemudian, tes selesai, dan saya langsung meninggalkan lab tsb tanpa sepatah katapun karena sebenarnya dalam hati Kumenangissssss....!.. Tapi seriously, saya beneran nangis waktu ituu.. Nangis sambil ketawain diri sendiri 😂😆😪......

____

Wait.. wait.. Sebenarnya, apasih yang terjadi? Ga ngerti nih dari tadi...
Jadiiii... Salah satu persyaratan penerbangan untuk balik ke Belanda dari Turki adalah dokumen covid entah itu sertifikat vaksinasi, pulih dari covid atau PCR/Rapid Test. Sebenarnya, status saya sudah fully vaccinated tapi belum bisa mengakses sertifikat vaksinasi saya gegara DigiD number (Belanda) saya belum ada, sementara utk aktivasi dari luar Belanda itu agak lama. Saya sudah mencoba meminta alternatives ke call center DigiD Belanda sampe ngisi pulsa berkali-kali karna tarif panggilan internasional yang harganya ga kaleng-kaleng (pas akhir-akhir baru tau kalau ada paket panggilan internasional khusus yang lebih murah berlipat-lipat), dan ternyata tetap ga bisa..

Nah, mau ga mau saya harus PCR (PCR berlaku 48 jam sebelum keberangkatan). 2 hari sebelum keberangkatan saya melakukan tes PCR. Saya sudah memperkirakan agar melakukan tes di sekitar jam 10.40 a.m agar memenuhi 48 jam sebelum penerbangan (Jadwal penerbangan saya 10.35 a.m).. Tapii, ketika saya melihat keterangan hasil PCR saya, disana tertera jadwal test itu 10.28.. It means itu sudah lebih dari 48 jam :) , meski cuma lewat 7 menit tetap saja sudah lewat.. 

Saya sempat googling apakah ini bisa dipake atau tidak, dan akhirnya saya  menyimpulkan bahwa ini too risky alias terlalu beresiko, mungkin kita akan bebas dari pemeriksaan yang super ketat kalo lagi beruntung tapi kalo enggak (dan saya termasuk yang mendapat pemeriksaan super ketat itu)? Masa iya gagal balik ke Belanda gegara itu, terus harus PCR dan beli tiket lagi, nyari penginapan plus makan dsb... Kebayang kan betapa beresikonya....

Upaya yang saya lakukan adalah mencoba menghubungi pihak lab dengan harapan mereka bisa memperbaiki waktu tes tersebut karna pada waktu itu saya juga perhatiin waktu.. Tapi, rupanya itu tak semudah bayanganku karena kendala bahasa. Entah saya yang tidak bisa menjelaskan maksud saya dengan baik dalam bahasa Inggris sehingga mereka ga paham maksudku apa, atau mereka juga yang bahasanya terbatas sehingga banyak misinterpretasi. Intinyaa, masalah bahasa itu krusial banget... Oleh karena itu, jadinya saya jadi tes PCR lagi dan bayar lagiiii. Harus bayar 25 eur lagi hanya gegara 7 menit...Nyessekkklahh... Pun, jadi keinget pepatah "time is money", dan inii beneran time is money.. 7 menit sama dengan 25 eur...
_____

Saya tak langsung pulang untuk menghibur hati saya yang lagi sedih itu wkwkwk.. Saya turun di halte dekat Galata bridge lalu berjalan menyusuri jembatan tersebut ala-ala turis hahaha.. Singgah sebentar menjadi pawang burung alias membuat burung-burung beterbangan pake stick GoPro yang saya bawa ketika ada yang mau foto di sebuah lokasi dekat jembatan (lupa nama tempatnya), sampe-sampe ditegur sama bapak-bapak penjaga yang dari tadi ngasih makan burung-burungnya.. Maaf yaa pak!..

Setelah jadi pawang..

Perjalanan berlanjut menuju KFC dekat stasiun metro Eminonu, pesan ayam goreng di KFC dan tetap  dikasi Cola meski sudah menolak. Lalu melanjutkan perjalanan menuju Hagia Sophia sambil Video Call dengan Miss Iker, yang dilengkapi dengan drama Cola tumpah di jalan gegara embun yang membuat paper bag saya  basah dan bocor.. Untungnya, ayam-nya ga kenapa-napa dan Ibu-ibu yang lagi didekatku memberi tissu 😆... 

Saya memilih untuk  nongkrong dulu di depan Sultan Ahmet Camii dan Hagia Sophia sebelum kembali ke penginapan karena harus ngisi webinar. Saya sendirian karena 2 teman saya sudah balik duluan 2 hari yang lalu..


Aaahhh.. Dibalik  segala yang sudah terjadi sejauh ini, rasanya sedih ketika harus segera meninggalkan kota ini. Saya sudah jatuh cinta dengan kota ini. Pengen balik lagi untuk belajar lebih banyak hal lagi, somewhile with someone in my future life #eaa...

Hari ini adalah hari ketiga kami di Istanbul, Turkey. Eyüp Sultan camii adalah tujuan utama kami hari ini. Berdasarkan sejarah, masjid ini adalah  masjid pertama yang dibangun setelah Emperium Usmaniyah menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 dan menggankti nama Konstantinopel menjadi Istanbul, yang dimaksudnya sebagai bentuk penghormatan kepada Ayub Al-Anshari r.a. Tapii, tulisan ini belum akan membahas sejarah masjid ini by the way, karena penulis masih sedang dalam proses literatur review untuk memahami lebih dalam tentang sejarah masjid ini termasuk sejarah penaklukan Konstantinopel secara lebih detail.. Takut salah ngomong... ckckck.. 

Anyway, metro adalah pilihan transportasi kami hari ini, yaa hitung-hitung nambah pengalaman naik metro di Istanbul. Tentu saja, karena akan menaiki metro maka kami harus mempunyai Istanbul Card. Awalnya, kami pikir bahwa satu kartu bisa digunakan oleh beberapa orang. Tetapi rupanya kami salah karena ternyata setiap kami harus memiliki kartu masing-masing.. 

Istanbul Card kini sudah di tangan setelah mendapatkan bantuan dari mba-mba di area ticket machine. Sebenarnya bisa aja sih melakukannya sendirian tetapi  untuk lebih memudahkan kenapa, tidak meminta bantuan mbaknya. Kami membeli 3 Istanbul Card dan di top up masing-masing sekitar 10 lira. 

Waktu itu kami menunggu metro di stasiun sultan ahmet. Jika kesulitan sebenarnya cukup mudah untuk mencari bantuan ketika kebingungan terutam di daerah-daerah banyak turis, termasuk kawasan sultan ahmet ini. Gimana enggak, orang ini terletak di dekat 2 iconic places of istanbul yaitu Sultan Ahmet Mosque atau Blue Mosque yang sekaligus berhadapan dengan Hagia Sofya. Mereka memakai baju berwarna biru yang bertuliskaan "how can I help you? (kalo ga salah, ini sedang mencoba mengingat ckckck)".

Yess. Waktunya berangkat. Kami bergegas menuju  halte dan berniat menunggu metronya tiba. Ternyata, kami masuk dari gerbang yang salah. Halte tempat seharusnya kami menunggu metro ada di seberang. Kami menanyakan kepada petugas tadi dan mereka mengatakan bhawa kami bisa langsung aja pindah ke halte seberang tanpa harus nge-tap tiket lagi karna sudah sebelumnya.

Petugas di halte seberang menatap dengan tatapan penuh inspeksi ke arah kami ketika kami berpindah ke halte tersebut. Lalu, mendekati kami dan berbicara panjang dalam bahasa Turki. Dia ngomong apa, wallahu`alam, kami ga ngerti, intinya dia mengusir kami dari halte metro dengan cara paksa. Kami sudah mencoba menjelaskan dalam bahasa Inggris keadaan sebenarnya, namun dia tetap tegas seolah tak ingin mendengar apapun yang kami katakan. Saya ingat benar, perkataan yang keluar dari mulutnya yang kami paham artinya adalah dia mengatakan dengan suara keras dengan wajah mulai gusar ketika dia telah membuka gerbang bagi saya dan mbak Nur, tetapi saya masih bertahan dan tak mau keluar. "Madam, please go outside!" begitu katanya. Akhirnya saya ngalah, dan keluar juga. 

Pantang menyerah. Salah satu teman kami, Aginta, meminta petugas lainnya untuk membantu menjelaskan ke mas-mas yang ngusir kami tadi kejadian yang sebenarnya. Beberapa waktu kemudian, salah satu petugas lainnya mendekati si mas-mas tersebut dan memberikan penjelasan dalam bahasa Turki. Finally, kami diizinkan masuk dan mas-mas tadi tak berkata-kata lagi dan hanya memandangi kami dari pos jaganya, dan membiarkan kami naik Metro untuk melanjutkan  perjalanan kami hari itu.. Ternyata si mas-mas tadi kurang paham Bahasa Inggris, dan setelahnya pun (mungkin) dalam hati dia berkata "Oh ternyata maksudnya gitu!"..

Apa pelajaran hari ini? Ini membuat kita semakin sadar akan pentingnya Bahasa. Bagaimana mungkin kita bisa membangun komunikasi yang baik jika kita tak saling mengerti maksud, yang ada hanyalah kesalahpahaman, berburuk sangka, yang pada gilirannya bisa berujung pada perpecahan.. Mungkin kita hanya perlu belajar lagi bagaimana caranya agar bisa berkomunikasi dari hati ke hati..

Ini lagi ngebahas (sambil nertawain) kejadian sebelumnya.. sebelum nyampe sini..

Mengesampingkan sisi lain beberapa budaya di Istanbul yang terkesan buruk, tetap saja, saya telah jatuh cinta dengan kota ini, bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki disini, di negara Transkonstinental yang sangat kaya sejarah bagi peradaban islam ini. 

Rabu, 18 Agustus 2021 
Ditulis di Istanbul (Pukul 20:19 waktu Istanbul), sambil dengerin dalam keadaan dag dig dug karena lagi flu sementara seminggu lagi mau flying back to the Netherlands (wkwkwk), tadi pagi sih udah self test dan hasilnya satu garis.. Yaa meski gitu tetap khawatirlah...





Hampir di penghujung summer break 2021, barulah saya memutuskan untuk memberi reward kepada diri sendiri yang sudah mau berjuang selama 6 bulan terakhir, terlebih terus "mewajibkan diri" berkutat dengan materi kuliah sebelumnya bahkan hingga menjelang akhir periode summer ini. Disaat yang lain tengah menikmati liburannya, kamu tetap memilih tidak tergoda. Congratulation! Turki is waiting for you!

****

Jangan tanya lagi debaran perasaan pagi ini. Rasa dag dig dug serr yang berubah menjadi panik setelah mengejar penerbangan Schipol Amsterdam – Turkey di 20 menit terakhir dari counter security check menuju gate keberangkatan. Membuat kita berada  diujung kepasrahan. Pasrah, jika belum berjodoh dengan penerbangan ke Turki hari ini. “Oke baik, jika Allah memang menakdirkan kita untuk bisa berangkat.. pasti gabakal ditinggalin pesawatnya.. Bismillaahh..”

20 menit lagi jadwal keberangkatan. Sementara, kami (saya, Mba Aginta dan Mba Nur) masih berada pada antrian pemeriksaan bagasi. Sementara, di detik-detik terakhir tersebut kopor milik saya masih harus dibongkar karena petugas mencurigai ada barang aneh didalam koper saya. Katanya mereka harus cek dulu. Yaa terjadilah, bongkar membongkar barang (lagi) ditengah antrian tersebut. Yaa bongkar lagi setelah sudah ada drama bongkar barang di kereta gegara ga bisa bawa lebih dari satu barang bawaan … Meski pada akhirnya petugasnya cuma bilang “Okey, you can go now!”.. Melihat saya yang terburu-buru menutup kembali koper yang butuh teknik khusus menguncinya itu (dan masih gabisa deal with perasaan panik juga sih sebenarnya wkwkwk), si petugasnya bilang lagi “take your time!”. Dalam hati berkata “gimana mau santai orang pesawatnya udah boarding dari tadi dan bentar lagi berangkat..”.

Sekarang bagasi sudah aman. Namun, drama belum berakhir, malah makin mendebarkan. Kami harus kembali mengantri di bagian pemeriksaan berikutnya. Antrian sangat panjang mengular. Mungkin jika kami mengikuti rute sebenarnya, barangkali akan membutuhkan waktu sekitar minimal 30 menit lagi untuk bisa sampai di counter pemeriksaan. Disini residence permit dan paspor di periksa dan di beri stempel. Untung saja, setelah menjelaskan panjang lebar ke petugasnya, akhirnya kami diberi izin untuk langsung menyelinap masuk pada antrian terdepan. Alhamdulillahnya semua Kembali berjalan lancar..

Apakah drama sudah selesai? Belum. kami masih harus beralri menuju gate E5 yang pun masih meraba-raba lokasinya. Kami hanya mencoba mengikuti direction yan ada. Tiba-tiba  tenaga saya terasa menjadi berlipat-lipat  (meski masih ngos-ngosan jugaa wkwkwk) mengangkat kopor menuruni tangga. Lalu, Kembali berlari dengan napas terengah-engah Bersama si koper light tosca menuju gate keberangkatan.

Ternyata, Allah hanya sedang nguji sampai mana upaya kita bahkan disaat kita yakin bahwa apa yang kita upayakan impossible. Yess, that`s right.. Pesawatnya delay!...  Kami, duduk ngemper di dekat walking band escalator di gate keberangkatan.

Setelah 3 jam penerbangan, finally.. I am coming Turkey!


Ditulis dalam penerbangan menuju Istanbul dari Schipol Amsterdam, di seat 21F.

Pukul 16.53 CEST – 29OC

Sejak kuliah di bangku S1, saya sudah bercita-cita agar bisa melanjutkan studi S2 di luar negeri. Saya merawat mimpi itu dengan baik, memupuk harapan sembari memaksimalkan ikhtiar tanpa melupakan tawakal kepada Allah meski awalnya mimpi itu sempat memudar. Bukankah sebaik-sebaik rencana adalah yang melibatkan Allah di dalam pencapaiannya?

Negara impian yang ingin saya jadikan sebagai tempat studi waktu itu adalah Jepang. Saya begitu jatuh cinta dengan negara ini karena anime Doraemon yang selalu menampilkan tentang Jepang.. Saya jatuh cinta dengan teknologinya, tata kotanya. budayanya, dan juga sakuranya (lebay yah? wkwkwk). Selain karena Jepang terkenal dengan kampus terbaik di bidang sains yang menjadi motivasi utama saya waktu itu, hal lain yang ingin saya lakukan adalah menyaksikan sakura bermekaran di negeri yang notabene memiliki julukan  negeri sakura ini. Iya, juga ke Jepang pengen ngeliat sakura.. "Pasti akan sangat menyenangkan" pikirku waktu itu..

Semua berkas pendaftaran beasiswa pun ku persiapkan buat aplikasi ke Jepang, mulai dari rencana studi, proposal studi, persiapan mental untuk menghadapi "culture shock", membaca berbagai artikel tentang sistem pendidikan, dsb.. Intinya, semua tentang Jepang, dengan harapan bisa menjamah sakura secepatnya.. 

Rupanya, belum berjodoh dengan Jepang. Benar saja bahwa Allah itu maha membolak-balikkan hati manusia dengan mudah. Saya merubah negara tujuan di detik-detik terakhir penutupan pendaftaran beasiswa, sekitar seminggu sebelum penutupan. Keputusan yang cukup beresiko. Gimana enggak? Dalam waktu singkat tersebut saya harus merubah kampus dan rencana studi, dari yang sebelumnya tentang Jepang menjadi Belanda dan tetap memastikan persuativitasnya.. Yaa, harus kembali melakukan riset kampus dan negara tujuan..

Lah kenapa pindah? Waktu itu, saya secara tidak sengaja membaca sebuah artikel (tapi lupa artikelnya tentang apa :D, saking banyaknya hal-hal yang menarik saya temui seiring berjalannya waktu) yang membuat saya menjadi sangat tertarik dengan lingkungan, dan ingin fokus studi ke lingkungan. Saya berpikir bahwa mumpung belum submit aplikasi yasudah kenapa tidak mencoba memaksimalkan waktu yang ada. Saya menjatuhkan pilihan pada Belanda akhirnya, karena kampus pilihan saya sangat unggul dalam ilmu lingkungan, urutan #6 Worldwide, dan menjadi Universitas #1 di Belanda selama belasan tahun berturut-turut..

Alhamdulillah.. Allah beri kelancaran dalam setiap proses aplikasi beasiswanya dan kemudahan hingga touch down di Belanda..  Memang saya telah jatuh cinta dengan Jepang, tapi menjatuhkan pilihan pada Belanda karena emang ada hal-hal yang hanya bisa dimengerti oleh naluri.. Lalu, bagaimana dengan sakura? Yang ada hanyalah penerimaan, sakura tidak semenarik dulu lagi.. 

Saya tak berpikir bisa menemui sakura di Belanda meski ternyata ada sakura disinii... MaasyaAllah... Finally ketemu sakura, meski bukan di Jepang tapi di belahan bumi Belanda...



Lagu "Mogita Ilimu" (tapi sering nemu yang tulisannya "Magita", tapi menurutku benarnya adalah Mogita biar lebih make sense) ini adalah lagu yang menurutku maknanya deep karena sangat relate dengan pengalaman pribadi 😂. Yap, Ini menceritakan tentang kerinduan seorang pelajar yang tengah menuntut ilmu di kampung orang dan jauh dari keluarga.. Pasti pernah tau kan rasanya rindu ke orang tua, keluarga, teman dsb..? ... Kurang lebih isinya seperti itu. Silahkan baca lirik lengkap beserta artinya di bawah😁.. Mau dengan lagunya? Klik disini !.



Motiuma dei lipu tau satau mogita ilimu susumbolran..

Merantau ke negeri sebrang untuk menuntut ilmu demi hidup yang lebih baik..


Mosumbo dei lipu tau satau geiga dello dei lipu batangan..

Hidup di negeri orang tak seperti di kampung halaman..


Mokkoosaan palraian lipu batangan, mo ondong pondam dei kina..

Semakin lama meninggalkan kampung halaman, hati rasanya begitu sedih,


Nitiangan poni lengan tegalrang kina dei tau dako, usat, singgayan..

Ditambah lagi dengan perasaan rindu mendalam kepada orang tua, saudara dan teman..


Mosumbo dei lipu tau geiga ku kotoi songgulra osana..

Aku tak tahu seberapa lama akan berada di perantauan..


Geiga kukotoi pilan mangambulring dei lipu batangan..

Ku tak tahu kapan akan kembali ke kampung halamanku..


Mokkoosaan mosumbo dei lipu tau

Semakin lama tinggal di negeri orang..


Mo ondong ai tegalrangku, dodoua makko ai malrlrambangan..

Perasaan sedih dan rindu, keduanya telah bercampur aduk...


Ondong inang ondong kinaa.. o kaasi..

Sedih, sungguh perasaan ini sangat sedih..


*Disclaimer :

Ini diterjemahkan berdasarkan pengetahuan saya pribadi sebagai salah satu (agak) native speaker Bahasa Tolitoli 🙋.. Sengaja tulis ini karna rasanya sekarang masih agak sulit menemukan lirik lagu-lagu daerah Tolitoli (apalagi beserta artinya) di dunia per-google-an.. Oiya, saya sangat terbuka dengan saran dan kritik teman-teman yang mungkin sedikit banyak lebih paham dengan Bahasa Tolitoli atau "Tinga Totolri" ini.  Yuk yuk, kita lestarikan Bahasa Tolitoli kita ini...


Selamat membaca!



Nah, lagu ini adalah salah satu lagu fenomenal kota Tolitoli karena sering dinyanyikan dalam acara-acara kedaerahan, pun sering juga diperkenalkan di sekolah. Lagu Mars Patriot Baolan ini adalah lagu ciptaan Morel Metahang dan Jacob Ladwan yang menceritakan tentang kekayaan alam Tolitoli. Dengarkan lagunya disini. Berikut lirik dan artinya :


Lutungan Kabetan Simatang Dei  Leok Dondo

Lutungan Kabetan Simatang di teluk Dondo.. 

 

Lakuaan ampii utara, anggad Dampaa, Ogoamas, Kombo

Lakuan di sebelah utara membujur ke Selatan, Dampal Ogoamas Kombo, 


Takudan,Sanjangan, Tatanggalro, Seo 

Gunung Takudan, Gunung Sanjangan, Gunung Tanggalro, Gunung Seo


Niug, damag, uwe, kekeaan butaku

Nyiur, damar, rotan, adalah simbol kekayaan tanahku

 

Anamo ssaakan nabalri paton lipuku.

Semua itu merupakan simbol kekayaan daerahku.


Dei sasik dongnamo..

Biarkanlah mayatku berapungan di lautan.

 

Dei gumpun tenggeamanmo..

Di hutan biarlah tulang belulangku berserakan..

 

Dengitu aku mau ingga kolobong..

Biarlah nisanku tidak bernama..

 

Lombut ompasku, batu lunanku..

Lumut menjadi tikarku, batu menjadi bantalku..

 

Dongnamo.. dongnamo..

Biarlah  biarlah..


Sabaab butaku..

Demi daerah dan tanah airku..


*Disclaimer :

Ini diterjemahkan berdasarkan pengetahuan saya pribadi sebagai salah satu (agak) native speaker Bahasa Tolitoli 🙋.. Sengaja tulis ini karna rasanya sekarang masih agak sulit menemukan lirik lagu-lagu daerah Tolitoli (apalagi beserta artinya) di dunia per-google-an.. Oiya, saya sangat terbuka dengan saran dan kritik teman-teman yang mungkin sedikit banyak lebih paham dengan Bahasa Tolitoli atau "Tinga Totolri" ini. Yaps, saya sadar ada beberapa kata yang masih meragukan.. Yuk yuk, kita lestarikan Bahasa Tolitoli kita ini...


Cheers,

Rukmana Suharta

(Wageningen, the Netherlands - 10.50 CEST - 05/07/21)


Lagu-lagu daerah Tolitoli cukup banyak yang menceritakan kerinduan seorang perantau terhadap kampung halamannya, termasuk lagu Makalrambot Lipu ini. Berdasarkan pemahaman saya, lagu ini menceritakan tentang perjalanan seseorang yang akan pulang kampung, dengan jalur laut, dimana dalam perjalanannya Ia sangat excited dan tak sabar untuk segera sampai.. Perasaannya pun semakin menggebu-gebu ketika pulau-pulau mulai tampak dari kejauhan.. Klik disini kalo mau dengar lagunya.


Noosamo iyaku dei lipu tau..

Telah lama aku di perantauan..

Ondong ateku makalrambot lipuku..

Hatiku terlampau sedih mengingat kampung halamanku..


Geimo doua tegalrangku iya..

Rinduku ini tak ada duanya lagi..

Bangga pombulri, moniat i aku moburi..

Kapal di belakang, aku berniat ingin pulang..


Dei salra mata, bukiina moita..

Di kelopak mata, pegunungannya terlihat..


Dei tonga balrangan titiuma labuan..

Di tengah lautan menuju pelabuhan..


Geiga noosa, napasatmo libutan na..

Tak berselang lama, pulau-pulaunya mulai terlihat..


Meseo ateku, saasabaa makasambemo..

Hatiku mulai tak sabar, berharap segera sampai..


Injan Bangga nokouma dei labuan

Saat kapal tiba di pelabuhan..

Ondong, tegalrang, sanang, ege sumasampulran

Perasaan sedih-haru, riindu, bahagia telah menjadi satu..


Kassaanang ateku nakasambe poni lipuku..

Hatiku bahagia karena telah kembali lagi ke kampung halamanku


Lipu totolri, l
ipu ni kadakoanku..

Tolitoli, tempat dimana aku dibesarkan,

Lipu totolri, lipuku ku kosuai

Tolitoli, kampung halaman yang kusayangi..


*Disclaimer :

Ini diterjemahkan berdasarkan pengetahuan saya pribadi sebagai salah satu (agak) native speaker Bahasa Tolitoli 🙋.. Sengaja tulis ini karna rasanya sekarang masih agak sulit menemukan lirik lagu-lagu daerah Tolitoli (apalagi beserta artinya) di dunia per-google-an.. Oiya, saya sangat terbuka dengan saran dan kritik teman-teman yang mungkin sedikit banyak lebih paham dengan Bahasa Tolitoli atau "Tinga Totolri" ini.  Yuk yuk, kita lestarikan Bahasa Tolitoli kita ini...


Cheers,

Rukmana Suharta

(Wageningen, the Netherlands - 11.30 CEST - 05/07/21)

Naah, ini adalah salah satu lagu yang sangat terkenal juga di Tolitoli. Judulnya adalah "Tinga Kinaaku", atau bisa diartikan sebagai "Kata Hatiku" atau "Suara Hatiku". Kalo di jaman sekarang lagu ini bisa dimasukkan ke dalam lagu-lagu yang topiknya mengenai "Cinta dalam diam" atau "cinta dalam ikhlas" tapi versi Bahasa Tolitoli 😁 wkwkwk... Sudah pernah dengar belum? silahkan klik disini kalo mau dengar. 


Injan noitaku, laus nattau dei kiinaaku..

Pada pandangan pertama, langsung ada rasa yang tersimpan di hatiku..


Danna noitaku umbasan dennia iyaa..

Tak pernah kutemukan sebelumnya lelaki seperti ini..


Motondong pokkinaa na, malragu kedo na..

Lembut perasaannya, manja sikapnya..


Dolrago mongosua kokoode oo lrenganna..

Gadis penyayanglah yang cocok mendampinginya..


Mau ake isia pane totolruna..

Walaupun dia masih sendiri..


kukulraimo denniamo intunna..

Apalah dayaku jika takdir-Nya seperti ini.. 


Dennamo pongosua iya ..

Beginilah takdirku..


Pemmen kalrangan ingga iyaku lrenganna..

Tuhan telah berkehendak "Bukan aku dengannya"


Oo Kalrangan.. Kukulraimo, tataumo dei iyaku..

Yaa Tuhan.. Aku bisa apa?


Na adi-adiimo pemmenmu dei isia..

Sungguh sempurna pemberianmu terhadapnya..


Iseimo o kaasi nattauko dei kina naa ?

Siapakah yang beruntung yang akan memilikinya?


Ku pogolrean doa moimpot susumbolranna..

Akan kudoakan agar kehidupannya diliputi keberkahan..


*Disclaimer :

Ini diterjemahkan berdasarkan pengetahuan saya pribadi sebagai salah satu (agak) native speaker Bahasa Tolitoli 🙋.. Sengaja tulis ini karna rasanya sekarang masih agak sulit menemukan lirik lagu-lagu daerah Tolitoli (apalagi beserta artinya) di dunia per-google-an.. Oiya, saya sangat terbuka dengan saran dan kritik teman-teman yang mungkin sedikit banyak lebih paham dengan Bahasa Tolitoli atau "Tinga Totolri" ini.  Yuk yuk, kita lestarikan Bahasa Tolitoli kita ini...



Cheers,

Rukmana Suharta

(Wageningen, the Netherlands - 09.13 CEST - 05/07/21)


Tidak terasa, sudah 6 bulan keberadaan saya di negara kincir angin ini, negara yang identik dengan  "penjajah" bagi orang-orang Indonesia, makanya tak heran jika banyak yang suka bilang "salam ya sama penjajah" meskipun pasti itu hanyalah canda semata. Sudah 6 bulan memang, tapi saya selalu merasa masih menjadi anak baru disini padahal telah menjadi anak 'sudah', sudah 6 bulan dan sudah 3 periode perkuliahan terlewati dengan segala suka dukanya.. 

Masa 6 bulan menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Wageningen University and Research (WUR) sudah cukup memberi saya gambaran dan jawaban atas pendapat orang-orang tentang kuliah di WUR, misal "kuliah di WUR itu susah". Apa benar susah? Sebelum nge-jawab ini, saya cuma pengen bilang tentu saja bahwa tiap orang memiliki pendapat masing-masing yang bisa saja berbeda. Kembali lagi ke pertanyaan, jadi saya pribadi setuju dengan statement tersebut. 

Pada periode awal perkuliahan saya sangat terseok-seok untuk bisa mengikuti materi perkuliahan. Model pembelajaran yang mengharuskan setiap course harus ada group work-nya pernah menjadi hal yang terus menghantui malam-malam dimana ada meeting di esok harinya, digerayangi dengan berbagai macam  how if  misalnya "gimana jika saya ga ngerti apa yang diomongin.. gimana jika saya ga bisa jawab pertanyaan mereka... gimana kalo jawaban saya salah, pasti mereka bakal nge-bully saya.. masa gitu aja ga bisa... gimana jika bahasa Inggris saya ga dimengerti... dsb.. Hal ini, akhirnya membuat saya menjadi sering overthinking dan overwhelmed, tidur terganggu dan selera makan berkurang.  Lah, ada apa dengan group work? Tidak ada apa-apa sebenarnya :D, hanya saja Language Barrier menjadi a big issue, terutama buat kita (saya) yang bahasa kesehariannya pake Bahasa Indonesia tiba-tiba harus pake Bahasa Inggris di sepanjang pertemuan, kan ga mungkin diam sepanjang meeting.. Tentulah saya sangat tertekan dengan semua itu, bahkan kadang sudah berpikiran kapan meeting tertentu akan selesai padahal meetingnya pun belum mulai.

Materi kuliah gimana? Jujur, diawal perkuliahan mungkin karena masih merasa "shocked", saya sangat kesulitan catch-up dengan materi perkuliahan yang diajarkan di kelas, sehingga saya mengantongi 2 mata mata kuliah yang failed dari 5 mata kuliahd 3 periode ini. Lagi-lagi, problem utamanya adalah gegara language barrier,  dan jurusan yang saya ambil agak berbeda dan lebih spesifik dari background S1 dulu.

Failed? Iya. Saya gagal di 2 mata kuliah awal. Tapi, untungnya WUR (dan kampus lain di Belanda) memberikan kesempatan Resit Exam alis remedial sebanyak 2 kali tiap tahunnya. Kita bisa melakukan re-take exam tanpa mengikuti proses perkuliahan lagi.. Rasanya gimana? Yang pasti ga se-santai kayak di pantai. Mendapat kabar bahwa  gagal di dua mata kuliah awal yang sebenarnya materi yang masih tergolong mudah (kata Study Advisor saya dan teman-teman lain) membawa saya pada masa "Gawat Darurat", masa dimana saya merasa bahwa saya tidak layak berada disini, belum lagi e-mail imbauan dari IND yang membuat saya semakin burnout. Gimana enggak? Yaa disitu menerangkan bahwa dalam periode tertentu kita harus memenuhi standar minimal ECTS atau SKS, dan jika tidak terpenuhi maka kita dianggap tidak mampu mengikuti sistem pembelajaran di Belanda sehingga bisa jadi izin tinggal kita akan dicabut  dan dipulangkan ke Indonesia.. Kan horor!!

Sempat juga ada pikiran bahwa "mata kuliah dasar saja saya sudah gagal, gimana 3 mata kuliah setelahnya yang udah spesifik ke specialization?." Alhamdulillah.. Allah beri kemudahan di 3 mata kuliah tersebut, dan study advisor saya bilang ".. I'm happy you passed this course because many student always failed in this course"..

Ini adalah masa yang benar-benar membuat saya merenungkan banyak hal dan menyaksikan satu lagi bukti bahwa  pertolongan Allah itu nyata. Allah pengen lihat kita mengambil hikmah dari kegagalan sebelumnya untuk dijadikan pelajaran kedepannya.. Allah hanya pengen kita berusaha lebih keras lagi.. Kali ini, Allah hadiahkan kelulusan saat harapan hampir ada di penghujung.. Kelulusan yang akhirnya membuat saya merasa lega karena finally I made it! ECTS-nya nyampe! Seenggaknya ga terganggu lagi sama e-mail dari IND itu..

Saya masih harus resit di agustus ini, dan saat ini saya tengah menghabiskan waktu untuk belajar lagi di saat yang lain tengah menikmati summer break.. Gak pengen liburan juga? Pengenlah.. Tapi nanti abis resit.. Kasian banget! Yaa gapapalah, udah paham sama resiko :)

Ingatt, saat kita harus belajar lagi bukan berarti kita "bodoh", harusnya kita bersyukur kita masih diberi waktu untuk lebih memahami secara mendalam apa yang tengah kita pelajari.. Nikmati prosesnya! Kamu ga sendirian kok...

Oiya, kesimpulannya adalah kuliah di WUR itu emang susah bagi saya pribadi dimana language barrier jadi driver utamanya. Susah memang, tapi bukan berarti kita ga bisa. Kita punya Allah yang punya power dan pengetahuan diatas segela yang ada di muka bumi ini, maka maksimalkan jalur langit dibarengi ikhtiar sepenuh hati..

Random banget yaa?! Kapan-kapan lanjut lagi ..

Mohon doanya :)

_ditulis di Dijkgraaf 4 - Wageningen - Jumat, 30 July 2021 - Pukul 00.06 Dini hari, sebagai salah satu aktivitas stress releasing_

 





Menghabiskan ramadhan mengikut idul fitri jauh dari rumah bukalah sesuatu ynang baru lagi buat saya. Ini tahun ke-5 ramadhan secara berturut-turut jauh dari rumah. Yang menjadi pembeda adalah jika di tahun-tahun sebelumnya takaran jauhnya masih berputar antara Jawa-Sumatera-Sulawesi, masih di Indonesia. Kali ini cukup jauhbermil-mil dan melintasi benua. Hari ini sayamenhabiskan ramadhan dan menjalankan ibdah puasa ramashan dan lebaran di salah satu negara eropa dimana muslim adalah kaum minoritas, Belanda. 

Menghabiskan ramadhan di tengah workload yang sangat demanding adalah hal yang sangat challenging di ramadhan kali ini. Menuntuntut untuk berpikir keras. Berkonsentrasi dalam kondisi perut yang keroncongan. Mencoba fokus walau mata sangat mengantuk di waktu kuliah. Minggu ujian yang dilaksanakan di waktu puasa, semakin menambah cita rasa perjalanan di negara tulip ini.

Bertumbuh dalam minoritas  memang tidak seperti di Indonesia. Atmosfer ramadhan terasa dimana-mana, bahkan ada kebijakan khusus dari pemerintah untuk menyemarakkan ramadhan. Sedangkan disini? Tidak ada regulasi khusus dari pemerintah, urusan ibadah diserahkan ke masing-masing individu.

Seringkali kita merasa bahwa itu sulit. Mungkin memang sulit, tapi apakah kita mencoba berhikmah itu semua ? Ada banyak sebenarnya jika kita mau memandang dari kaca mata positif. 

- Ramadhan sebagai minoritas akan benar-benar menguji keimanan kita. Bisa jadi selama ini kita berpuasa hanya karena malu dengan teman kita, dsb. Disini, kita akan benar-benar diuji. Menyaksikan orang-orang di sekitar kita menyeruput teh hangat di tengah suhu yang sangat dingin itu sungguh menggoda.

- Menjadi pengukur keimanan.

Tentu saja, jiwa seringkali tak bisa luput dari lalai. Sendiri membuat berbagai kelonggaran bagi diri dalam ibdah. Namun, Allah begitu sayang dengan kita,sehingga masih menyelipkan iman di hati kita sehingga kita mampu istiqamah dalam menjalankan perintahnya tersebut, meski tak ada jaminan pasti atas penerimaan ibadah kita. Tapi, bukankahnkita paham bahwa tugas kita adalah melakukannya sepenuh hati dengan iman dan taqa? Perkara diterima atau tidak adalah ranah Allah. Masih dipeliharanya rasa takut dalam hati kita, Takut ketika harus membatalkan puasa, takut ketika pembicaraan menjurus pada ghibah (terjebak dalam ghibah yang berlarut-larut.

Bagaimana kesan selama ramadhan? Memang ini adalah ramadhan pertama saya dalam 17 jam. Perihal menahan lapar dan dhaga dalam rentang waktu tersebut bukan masalah,  mungkin karena perhatian lebih terfokus pada kuliah.

Menyoal amalan rutin, bukan bermaksud ria dan ujub, adalah suatu prestasi bagi diri untuk mampu menuntaskan target tilawah dengan jumlah berlipat-lipat dari sebelumnya. Halah, segitu aja bangga! Bukan masalah jumlah ini mahh..

Pertemuan dengan orang-orang yang akhirnya menjadi support sistem pun akhirnya bak menemukan harta tersembunyi . Kehadiran Mbak Nur, Aginta, Nuni dan Mba Rani yang menjadi booster dalam melaksanakan ibadah ditengah kesibukan adalah hal yang juga tak kalah bernilai. Tiap pagi seringkali menjadi penyemangat untuk tetap stay awake setelah waktu sholat shubuh hingga waktu syuruq, saling memotivasi agar bisa menuntaskan target tilawah sebelum memasuki sholat maghrib, saling menasehati jika ada yang meminta dan lain sebagainya. 

Pun di beberapa waktu, di 10 malam terakhir, mau bersama-sama meluangkan waktu menghabiskan malam dari siang yang sudah cukup melelahkan  di Moskee Wageingen. Gowes menuju masjid sekitar jam 11 malam menuju masjid, menghabiskan malam walau raga kadang lelah.. Terus bertahan meski faktanya suhu dingin di luar masih menembus masjid, sehingga seringkali harus memakai jaket tebal untuk mendapat kehangatan atau menyelimuti diri dnegan sleeping bag atau selimut yang tebal karena heater yang tidak berfungsi. 

Beberapa waktu setelah, serangan israel atas masyarakat palesitna yang diserang ketika sedang melaksanakan sholat di masjidil aqsa menjadi tamparan keras bagi saya pribadi. Bagaimana tidak?

Saat ini kita masih bisa beribadah di masjid sesuka hati kita. Tidak ada larangan. Lantas, kenapa kita tidak memaksimallkan kesempatan tersebut? Bukan ingin dibilang sok alim, tapi apa salahnya belajar terus melakukan keebaikan.

Aah, suka sedih mengingat itu semua. Jika sendirian, mungkin aku akan memilih pulang ke housing saja. Tempat tidur yang nyaman dan suhu yang hangat akan membbuat tubuh semakin nyaman. Beberapa kali aku kalah oleh rasa lelah dan tugas kampus. Namun, keinginan untuk menghabiskna waktu di masjid terus membuncah..  

Ada mbak Nur yang selalu semangat untuk selalu berbagi pengetahuan tentang keislaman termasuk tafsir beberapa ayat al-quran dan beberapa topik lainnya. Ada mbak Ranny, si emak super yang juga tidak kalah semangatnya. Masih pagi target tilawahnya sudah selesai dan ini menjadi motivasi saya juga agar cepat selesai. Ada Aginta dan juga Nuni yang selalu menjadi penyemarak dan penyemangat untuk melakukan berbagai agenda kebaikan. Membuka donasi adalah salah satu contohnya. Nuni, yang humble dengan motivasi tingginya untuk juga sama-sama terus belajar. Bersyukur bisa bertemu dan mengenal Nuni yang jago masak ini di Dijkgraaf. Dan masih banyak hal lainnya. Intinya, terima kasih telah hadir dan mau menerima saya diantara kalian. Uhibbukum fillahh..

Teruslah seperti ini.. Senantiasa melingkar dalam merajut benang-benang kebaikan dan kebermanfaatan.. Saling menguatkan dalam keterbatasan, ..

Seteelah semuanya, harusnya kita menyadari bahwa seharusnya tidak ada keluh selain syukur atas nikmat menjejaki dan menjalani ramadhan di negeri van orange ini.

Untuk kita yang sedang belajar menjadi baik, semoga Allah senantiasa menjaga iman di hati kita.


Ditulis pada 1 Syawal 1442 H - 13 Mei 2021..

(Banyak yang ga nyambung gegara ide yang suka kayak kamu 😂datang tanpa diundang, pergi tanpa permisi...)

Newer Posts Older Posts Home

WELCOME ABOARD!

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Makalrambot Lipu (Teringat Kampung Halaman)
    Lagu-lagu daerah Tolitoli cukup banyak yang menceritakan kerinduan seorang perantau terhadap kampung halamannya, termasuk lagu Makalrambot L...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Tinga Kinaaku (Suara hatiku)
    Naah, ini adalah salah satu lagu yang sangat terkenal juga di Tolitoli. Judulnya adalah " Tinga Kinaaku" , atau bisa diartikan seb...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Lutungan (Patriot Baolan)
    Nah, lagu ini adalah salah satu lagu fenomenal kota Tolitoli karena sering dinyanyikan dalam acara-acara kedaerahan, pun sering juga diperke...
  • 8 Alasan Kenapa Kamu Harus Ikut Event
    Rukmana (Delegasi Sulawesi Tengah) di  Indonesian Culture and Nationalism 2015 - Galeri Nasional Indonesia - Jakarta Pemuda dan mah...
  • Kata Kerja Transitif dan Intransitif, Apa Bedanya ?
    Materi Grammar atau aturan penulisan adalah salah satu materi utama dalam belajar bahasa Inggris. Materi verb atau kata kerja pada bagian...
  • CERITA LPDP : Jadi, sebenarnya begini...
    Pada hari itu, Selasa, 14 Agustus 2019, hanya ada perasaan sangat puas ketika keluar dari ruang wawancara 1 yang kata kebanyakan orang...
  • FORUM KAJIAN MUSLIMAH DI KAMPUNG INGGRIS
    Kesulitan Menemukan Forum-Forum Kajian Muslimah adalah salah satu hal yang sering dirasakan oleh sebagian besar orang ketika berada di kamp...
  • CERITA LPDP : Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat, Bebas Narkoba dan Bebas TBC di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare Kediri (64212)
    Salah satu dari beberapa hal penting yang harus disiapkan dalam proses pendaftaran beasiswa LPDP, khususnya untuk tahap awal atau tahap SE...
  • Teman Seperjalanan
    Keberanian bukanlah tentang menghilangkan rasa takut. Tapi keberanian adalah ketika kita tetap melangkah, meski hati penuh keraguan, meski s...
  • SHARING AWARDEE : Persiapan Seleksi Wawancara LPDP bersama Kak RH. Andriansyah #1
    Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh.. Hey, you all, scholarship hunters, LPDP fighters.. Untuk apply sebuah beasiswa adalah se...

Categories

Beasiswa 6 Catatan 39 Cerita Saya 38 English Article 2 Kampung Inggris Pare 16 Pojok Umum 33 Refleksi 22 Tentang Toli-toli 8

Blog Archive

  • ►  2025 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (3)
    • ►  May (3)
  • ►  2022 (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2021 (13)
    • ▼  November (1)
      • Menengok Belgia setelah sekian lama
    • ►  September (1)
      • Sendirian, Menikmati Sisa Hari di Turki
    • ►  August (7)
      • Miskom dengan Petugas di Stasiun Metro Turki
      • Menuju Turki di Penghujung Summer 2021
      • Jepang, Belanda dan Sakura Pertamaku
      • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Mogita Ilimu (M...
      • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Lutungan (Patri...
      • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Makalrambot Lip...
      • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Tinga Kinaaku (...
    • ►  July (1)
      • WURLife : Belajar lagi..
    • ►  May (1)
      • Ramadhan di Negeri van Orange
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2018 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (32)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2015 (24)
    • ►  December (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  August (1)

Total Pageviews

Contact Form

Name

Email *

Message *

Featured Post

Memaafkan atau dimaafkan bukanlah perihal mana yang lebih baik. Keduanya adalah dua hal yang sama-sama membutuhkan keikhlasan. Kita dilatih ...

rukmana.rs

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates