|
Doakan saya agar bisa menembus PIMNAS 29 !! (*Penuh Harap) |
Pimnas Oh Pimnas !! Eh, hehehe. Mungkinkah saya menembus batas menuju Pimnas. Yah, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional yang begitu dinanti dan dirindukan!. Pasti bisa jika Allah menghendaki. Pasti bisa jika mau berusaha. Pacu semangat Naa!.
Dulu sebelum mengenal pimnas terlebih dahulu saya diperkenalkan dengan PKM. Iya si PKM. Mungkin sebagian diantara teman-teman merasa masih asing dengan PKM olehnya saya akan coba review sedikit tentang PKM. Yah teman-teman, PKM. Program Kreatifitas Mahasiswa, sebuah program yang paling diburu oleh mahasiswa se-Indonesia untuk mendapatkan dana hibah penelitian. Dalam PKM mahasiswa dipacu untuk melahirkan ide-ide kreatif mereka melalui karya yang dibuat dan mendapatkan bantuan dana dari Dirjen Dikti, dari PKM diharapkan akan melahirkan karya-karya kreatif mahasiswa Indonesia sehingga mampu mengatasi masalah-masalah yang sedang terjadi di Indonesia. Muara akhir dari PKM adalah PIMNAS. Di PIMNAS inilah tempat berkumpulnya mahasiswa-mahasiswa Indonesia dengan konsep terbaik.
Sebenarnya saya tak lebih beruntung dibanding teman-teman. Saya mengenal PKM cukup terlambat tepatnya di tahun pertengahan kuliah. Coba saja kalau saya mengenalnya sejak masih menyandang sebagai mahasiswa baru, saya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik dengan waktu dan kesempatan yang masih terbuka sangat lebar dibanding sekarang. Saya jadi teringat cerita seorang teman saya yang sudah berhasil lolos sampai ke PIMNAS. Muhammad Rajab Fadly, mahasiswa Pend. Bahasa Indonesia, Dia sudah mengenal PKM sejak masih duduk di bangku SMA hingga salah satu motivasinya memilih kuliah di UNTAD adalah untuk bisa ikut PKM. Perjuangannya tidak sia-sia, di tahun 2014 dia berhasil lolos sampai ke PIMNAS 27 yang diadakan di UNDIP Semarang. Salut dengan perjuangannya. Tapi tak apalah, toh rencana indah dari Tuhan untuk saya telah digariskan pun saya berhasil juga menerima dana hibah PKM selama 2 kali berturut-turut (Hehe).
Sedikit bercerita nih ya, perkenalan saya dengan PKM bermula dari kegiatan P3KTI yang saya ikuti sekitar 2 tahun lalu yang diselenggarakan oleh BRM FMIPA UNTAD. Disana saya mendapatkan materi tentang bagaimana tata cara menulis karya ilmiah dan materi lainnya (cuma itu yang teringat hingga saat ini). Ketika itu salah seorang pemateri pada seminar itu memperkenalkan PKM, Pak Dr. Unggul namanya. Beliau merupakan salah satu dosen yang memiliki perhatian lebih terhadap PKM sehingga hampir dimanapun selalu saja mengkampanyekan PKM termasuk dalam seminar yang saya ikuti ini. Ternyata beliau juga sangat dekat dengan mahasiswa yang aktif dalam mengikuti PKM. Disana hadir juga salah seorang mahasiswa, Pujiati Sari namanya. Yah, akrabnya dipanggil Kak Puji. Beliau ini adalah mahasiswa yang sudah senior di bidang PKM. Dialah jagonya buktinya sudah 3 kali Ia lolos hingga ke Pimnas. Kak Puji sempat memberikan testimoni tentang PKM. Saya bangga padanya. Saya bangga pada semangatnya. Disitulah awal saya jatuh cinta dengan PKM.
Ibarat pepatah yang menyatakan dari mata turun ke hati, begitulah yang saya rasakan. Pasca kegiatan itu saya mulai menekuni dan terus memantau perkembangan dunia PKM. Saya mulai mencoba menulis PKM. Awal tahun 2014, sebagai langkah awal saya menulis proposal PKM-GT yang mengangkat topik tentang kurikulum baru untuk meningkatkan kualitas perfilman Indonesia. Namun, proposal yang saya masukkan belum berhasil lolos. Ternyata topik yang saya tawarkan belum berhasil mencuri perhatian reviewer. Yah, menurut salah seorang teman saya ini adalah awal yang kurang baik. Tapi tidak bagi saya. Karena diawal saya sudah menekankan untuk tidak berharap lebih dari sini. Semua diniatkan untuk belajar. Tak putus harapan. Saya kembali mencoba menulis PKM. Alhamdulillah, suatu kebahagiaan ketika saya mengetahui bahwa PKM yang saya tulis di danai, ketika itu saya menulis proposal PKM-PE (Penelitian Eksakta) tentang Formulasi Skin Lotion Anti Nyamuk Ekstrak Buah Pare untuk mengurangi Penggunaan Repellent dengan bahan aktif Sintetik. Hasilnya masih belum memuaskan karena belum berhasil menembus PIMNAS. Tak patah arang. Saya kembali menulis lagi dan Alhamdulillah kembali diberi kesempatan untuk bertarung menuju PIMNAS. Ini kesempatan kedua dan saya harus menggunakan sebaik-baiknya.
Pimnas Oh Pimnas ! Nampaknya saya harus mulai mempersiapkan diri untuk itu. Mulai perbaiki dari niat. Ini kesempatan terakhir dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mohon dukungan dan doanya yah teman-teman !!. Dibalik itu semua saya tetap percaya apapun hasilnya nanti. Selalu ada rencana indah dari Tuhan yang siap untuk dijalani.
|
Kedua kucing kecil yang malang sedang bermain di sekitar api |
Kamis 18 Februari 2016. Pukul 17.49 aku tiba di rumah sore itu. Aku dapati
My Homates
di rumah tengah sibuk dengan laptop dan kertas yang berserakan di
samping kiri-kanan dan depan belakangnya. Tanpa pikir panjang aku
langsung beranjak ke halaman belakang rumah untuk agenda kerja bakti.
Yah aku menyebutnya kerja bakti alias Mendadak Keja Bakti lebih
tepatnya. Entahlah, mungkin terlihat sedikit aneh ada orang yang kerja
bakti apalagi menjelang magrib dan setelah melaksanakan rutinitas yang
begitu melelahkan pastinya.
Namun,
hal ini sudah tak asing bagiku, aku sering berbuat demikian alasan
utamanya adalah aktivitas yang begitu padat (dipadat-padatkan kali aja
:D) sehingga hampir tak ada waktu untuk itu ditambah lagi perasaan malas
yang biasanya datang tiba-tiba. Namun tetap saja ada waktu dimana
benar-benar semangat itu benar-benar berkobar dan efeknya adalah kerja
bakti yang mendadak sesuai mood saat itu. Ini yang alasannya belum
kudapatkan. Tapi rasanya mungkin itulah waktu yang tepat untuk
mengerjakan semua itu.
Memang
nampaknya halaman sudah menuntut untuk dibersihkan. Seandainya saja
bisa berbicara pasti si halaman tersebut sudah berteriak dan mengoceh
untuk segera dibersihkan. Ahh, kasihan. Sejenak kupandangi halaman yang
begitu kelihatan tak terurus di belakang rumahku. Sampah plastik
berserakan dimana-mana ditambah lagi rerumputan yang mulai tumbuh tinggi
karena musim hujan kemarin. Rasanya tak perlu berlama-lama
memandanginya. Aku langsung beraksi. Aku membersihkan sampah-sampah yang
berserakan dan mencabut rumput yang mulai tumbuh subur. Sambil
mendengarkan lantunan suara channel radio motivasi dan inspirasi, aku
melahap semuanya dengan semangat yang belum padam.Sampah aku pisahkan
dan aku kumpulkan disuatu tempat sebelum pada akhirny aku membakar
tumpukan sampah tersebut. Aku terus menunggu dan menjaga hingga sampah
terbakar habis.
Tiba-tiba
terdengar suara "meow, meow, meow,," dari sebuah ruangan yang ada di
belakangku. Tak salah lagi itu pasti suara kucing. Aku menuju ke ruangan
tersebut dan membuka pintu. Aku mendapati pemandangan yang aku tahu
tepatnya apa nama pemandangan ini. Perasaanku jadi campur aduk.
Ternyata
3 ekor anak kucing tengah terjebak disana. Nampaknya semua
kucing-kucing itu baru saja dilahirkan dan ditinggalkan oleh Ibunya
entah kemana. Ada 3 ekor kucing disana, namun 1 kucing sudah mati dan
tinggal rangkanya yang tersisa, 2 ekor lainnya nampak sangat lemah dan
kekurusan. Saat aku membuka pintu kedua kucing itu langsung menghambur
kearahku. Spontan aku langsung menghempaskan kucing itu ke tanah (Maaf
yah kucing soalnya saya merasa geli jika memegangmu :X).
Sedih
rasanya melihat keadaan tersebut. Langsung saja saya mengambilkan
makanan dan minuman untuk kucing tersebut. Namun, terasa aneh karena
kedua kucing tak menyentuh makanan dan minuman yang kuberikan. Entahlah,
mungkin kucingnya tidak kelaparan atau mungkin dia lelah. Kedua kucing
itu malah mendekat ke perapian dan sesekali mencoba menerobos ke dalam
api. Cukup banyak kali kuhindarkan kedua kucing itu dari perapian. Tapi
tetap saja menuju ke api yang tengah menyala.
Malang benar nasib kucing tersebut. Semoga saja tidak ada lagi kucing-kucing yang malang seperti itu lagi (Hehehe)
|
Adik-adik kece Kelompok Garuda |
Jumat tanggal 29 Januari 2016. Kelas mimpi. masih di kelas mimpi. Masih setia dengan tim kece garuda meski hanya sebagai Instruktur Bayangan (Begitulah saya menamakan diri). Masih bertahan dengan anak-anak pulau yang penuh semangat ini. Masih menemani dan memberi pemahaman tentang cita-cita, pentingnya cita-cita dan bagaimana menraih cita-cita dengan cara yang anak-anak. Butuh sedikit menguras pikiran untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak ini tentang profesi-profesi yang bisa jadi akan ditekuni di kemudian hari dengan bermodalkan alat peraga berupa poster. Kami mencoba menjelaskan tugas dan fungsi beberapa profesi yang umum sebelum diakhir kami meminta anak-anak untuk menyebutkan cita-citanya.
Nama saya Jupri cita-citaku ingin jadi penyanyi. Spontan kalimat itu terucap dari bibir seorang anak laki-laki bernama Jupri yang tengah duduk di kelas III SDN Butun. Saya langsung memberikan pujian dan dukungan atas cita-cita anak itu. Berbeda dengan Jupri teman-teman kelompok garuda yang lain memiliki cita-cita yang hampir semua sama yah menjadi polisi dan tentara.
Saya menanyakan alasan Jupri kenapa ingin jadi penyanyi, jawaban yang Ia sampaikan sungguh diluar dugaan saya. Iya. Ingin menjadi penyanyi terkenal seperti cita-citata. Jawaban ini lantas membuat teman-temannya tertawa lucu. Wajah mereka menyiratkan tengah mendapati kelucuan yang sangat mendalam sehingga butuh waktu sekitar 5 menit untuk kembali menenangkan suasana. Karena ditertawakan oleh temannya maka si kecil Jupri merubah cita-cita menjadi seorang TNI-AL.
Nama saya Jupri cita-citaku ingin jadi TNI-AL. Cita-citaku TNI-AL dan Cita-citata (dalam bahasa setempat Cita-citata artinya cita-cita kita bersama) adalah TNI AL dan polisi. Begitulah akhirnya kalimat yang dikeluarkan Jupri hingga memutuskan mengganti cita-citanya. Kreatif !. Sambil tersenyum saya menatap ke arah mereka yang tengah tertawa lepas akibat kelucuan yang diciptakan Jupri. Satu hal terpenting, apapun cita-cita yang kita impikan tak ada yang salah jika semua berujung pada abdi dan kebaikan. Tetap jaga dan gantungkan cita-citanya setinggi langit yah dik. Sampai jumpa di puncak kesuksesan yah polisi dan tentara ciliknya kakak.
Sebuah pengalaman tak terlupakan hidup selama 3 hari di sebuah pulau nun terpencil di sebuah pulau di daerah kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah. Pulau Kabetan tepatnya di Dusun Bumbung. Dusun Bumbung merupakan salah satu daerah yang bisa dibilang daerah paling tertinggal dibanding dusun-dusun lain di desa Kabetan. Itulah nama pulaunya, tanpa listrik dan tanpa air bersih. Untuk kebutuhan air bersih sehari-hari mereka harus mengambil air dari pulau seberang. Di pulau kabetan saya bersama rombongan komunitas Rumah Bahari Gemilang disambut hangat oleh anak-anak, warga dan kepala dusun setempat.
Masih pagi sekali di esok harinya, saya dan rombongan sudah bersiap untuk melaksanakan program ekspedisi pendidikan di kelas jauh SDN Butun Kec. Ogodeide Kab. Tolitoli. Meski rasanya masih ingin beristirahat di pembaringan yang disediakan. Maklum perjalan mnuju pulau ini cukup menguras banyak energi apalagi mereka yang mabuk darat dan mabuk laut, tentunya harus beristirahat lebih. Namun, semua itu terkalahkan oleh agenda ekspedisi yang sudah dirancang sedemikian rupa. Iya, agenda ekspedisi ini salah satunya diisi dengan program mengajar.
Sebenarnya untuk ekspedisi kali ini saya tak punya tugas untuk jadi instruktur (sebutan untuk teman-teman tim yang akan mengajar), namun daripada saya nganggur akhirnya saya bergabung menjadi instuktur bayangan di kelompok Garuda, saya mencoba membantu kak Tiwi dan kak Ryan yang waktu itu mereka adalah instuktur tim Garuda.
|
Kelompok Garuda (Kiri ke kanan : Chandra, Zukri, Jupri, Mahenra, Zulkifli & Irfan) |
Garuda. Tim kece yang merupakan satu-satunya kelompok yang anggotanya semua laki-laki sehingga butuh sedikit ekstra kerja untuk membimbing dan mengarahkan mereka. Adalah mereka, Chandra, Zukri, Jupri, Mahenra yang lebih senang dipanggil Keke, Irfan dan Zulkifli anggota dari kelompok Garuda. Selama menjadi instruktur bayangan saya sempat memperhatikan dan mencoba membandingkan dengan anak-anak yang lain, Irfan berhasil menarik perhatian saya. Yups, anaknya aktif. Sempat beberapa kali saya melemparkan pertanyaan dan langsung dijawab dengan tepat olehnya. Tak hanya itu, hal lain yang membuat saya tertarik adalah Irfan anak yang cepat tanggap dan patuh. Jadi tak heran ketika ada perintah dari instruktur Irfan yang selalu lebih dulu bergerak.
Semua tentang cita-cita dan mimpi. Gambaran umum materi kelas belajar hari ini salah satunya adalah tentang mimpi. Saya dan instruktur lain mencoba membantu adik-adik untuk menemukan mimpinya. Tak disangka ternyata cita-cita mereka yang paling banyak adalah menjadi tentara kemudian polisi. Iseng-iseng saya bertanya adakah adik-adik yang ingin ke luar negeri ?. Bukan tanpa alasan saya menanyakan hal ini kepada adik-adik. Iya karena saya bercita-cita untuk melanjutkan kuliah di Luar Negeri (berharap dari mereka ada yang cita-citanya sama seperti saya :D ). Tak disangka banyak yang unjuk tangan. Ketika saya menanyakan jawabannya. Zukri spontan menjawab "saya ingin ke Palu !". Ternyata si kecil Zukri beranggapan bahwa kota Palu itu luar negeri.
Saya tersenyum dan berdoa. Semoga saja semangat belajar mereka tetap membara hingga tak ada lagi adik-adik yang beranggapan luar negeri itu adalah Palu. Terima asih dik atas kisahnya. Tetap semangat meraih mimpi.