TIWI, TANGO DAN TANPAN


Rasanya perasaan nge-fly setelah perjalanan pulang dari lokasi pengabdian, Pulau Maputi, malam kemarin masih berefek hingga saat ini. Maklum kami baru sampai di Kota Palu lagi pada pukul 03.00 dinihari setelah berangkat  sekitar pukul 22.00 WITA dari sana, belum lagi kami yang akhirnya kelaparan dan harus kembali bertualang mencari warung makan yang buka di waktu begitu akhirnya membuat kami benar-benar tiba di rumah pada pukul 04.00 subuh. Mataku sulit tertidur meski sudah ku paksa, padahal besoknya aku akan kembali melanjutkan perjalananku menuju kampung halamanku yang sebenarnya.
****
Perjalanan kali ini menyuguhkan pemandangan alam yang maa syaa Allah indahnya. Seolah menghipnotisku dari perasaan mulai tak enak (rasa-rasa akan mabuk darat) dan ngantuk menjadi on 100%. Belum lagi teman duduk di sebelahku, yang ternyata adalah tetanggaku hampir 3 tahun selama di Palu dan baru ku ketahui hari ini, yang cukup ramah berhasil membuatku menjadi lebih menikmati perjalanan hari ini. Aku teringat lagi sebuah pepatah yang menyatakan bahwa"Cobalah untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian dan perjalanan". Aah, aku, perjalanan hari ini telah mempertemukanku dengan tetangga sekitar 3 tahun dan tak pernah saling tahu 😆.
****
Perjalanan  menggunakan jasa travel memang memakan waktu yang lebih lama karena  lebih lambat dan banyak spot persinggahan, dibanding menggunkan mobil pribadi atau bermotor, bisa memakan waktu sekitar 12 jam, sementara menggunakan motor hanya membutuhkan waktu sekitar 8 jam.

Setelah beberapa jam perjalanan, tibalah kami di persinggahan pertama. Persinggahan pertama hari ini adalah desa Rerang, sekitar jam 14.00 siang, tepatnya di Rumah Makan Dua Putra. Penumpang lain langsung turun dan memesan menu andalan  disana, Seafood. Pun aku ikut turun namun hanya memesan segelas teh hangat dan duduk di meja paling sudut, aku membuka Tupperware merah kesayanganku yang sengaja ku isi makanan sebelum berangkat tadi pagi. Tetiba aku ingat sesuatu "ini kan rumah makan ambruk.. hihihi" (gumamku dalam hati), sembari aku senyum-senyum kecil karena teringat kejadian lucu 3 tahun lalu., waktu itu kebetulan singgah di tempat yang sama dan ada teman yang pingsan hingga dibawa masuk ke kamar dan dibaringkan diatas dipan sang pemilik warung, siapa sangka, tetiba dipan ambruk karena kebanyakan kawan yanng ingin menjaganya dan turut naik di atas dipan 😆😆.

Pada waktu bersamaan, diam-diam, aku memperhatikan seorang anak kecil yang sangat lincah membantu ayahnya membawa Ibunya yang sedang di infus ke sebuah dego-dego untuk beristirahat. Aku hanya menatap dari kejauhan, nampaknya Ibunya sedang sakit. Sementara si anak yang belum ku ketahui namanya itu terlihat sangat bijak dan paham untuk anak seusianya. Setelah Ayahnya yang merupakan seorang tentara memberinya makan ia langsung duduk dan beristirahat duduk di dego-dego yang di sebelahnya sambil bercengkerama dengan seorang lelaki muda yang berseberangan dengan kursi dudukku, yang dibatasi dengan satu kursi di antara kami. Disini aku belum tahu nama si anak kecil ini dan si lelaki muda yang sudah sedari tadi bercerita denganku itu. Sekitar 1 jam kami berhenti di Rumah makan itu.
****

Tetiba travel yang kami tumpangi kembali berhenti cukup lama di sebuah perkampungan yang letaknya sekitar 150 KM lagi dari tempat tujuanku, Tolitoli. Oh, ternyata ada sedikit masalah. "ada part mobil yang bermasalah, jadi kita istirahat disini dulu ya sebentar", begitu kata si sopir. Akhirnya, penumpang banyak yang turun. Ada yang sekedar meluruskan punggung, merokok atau ada yang sekedar ingin keluar menghirup udara segar, tak seperti aroma nano nano dalam mobil.

****
Aku duduk di tepi trotoar di depan rumah warga yang menghadap ke laut dan berdekatan dengan masjid, sembari menikmati pemandangan yang ada di depanku. Ku saksikan pula anak-anak yang sudah mulai berdatangan ke masjid di jam yang masih 16.47 WITA. Mereka terlihat sangat bersemangat. Aah, anak-anak selalu saja menarik perhatianku.

Aku menoleh ke sebelah kiri. Ternyata, anak kecil dalam mobil tadi sedang duduk sendirian sekitar 1 M di sebelah kiriku. Aku mendekat. Tak susah untuk mendekati anak ini hingga dia merasa nyaman dan bebas bercerita kepadaku. Aku mendengarkannya bercerita dengan antusias sesekali beberapa kali ku beri Ia tebak-tebakan hingga membuatnya tertawa lepas. Dia bercerita tentang adiknya yang sekarang lagi di Buol, tentang sekolah dan materi belajarnya di sekolah. Tak lupa juga ku tanyakan perihal Ibunya dan ternyata Ibunya sakit bawaan karena Tiwi akan memiliki adik baru. Yaa, nama anak manis nan cerdas ini Tiwi dan masih sekolah di TK.
****
Ku ambil 3 bungkus Tango yang ku beli tadi sebelum berangkat.

                "Kakak punya sesuatu buat Tiwi", kataku.
                "Apa kak?", tanyanya penasaran.
                "Iniii..", kataku sambil memberi 2 bungkus Tango di tangan kanan dan kiriku.

Bayangan dalam benakku adalah Tiwi aka senang mendapat 2 bungkus Tango. Ternyata, aku salah. Sebaliknya, keningnya mengkerut seolah bingung.

              "Loh, kenapa Tiwi dapat 2 Tango Kak?", tanyanya.
              "Itu hadiah tebak-tebakan dari kakak. Diambil yah!", pintaku.


(Tiwi mengambilnya nnamun masih dengan perasaan berat lalu bertanya)

             "Kalau Tiwi ambil 2, nanti kakak ndak dapat itu?! Untuk Tiwi, 1 saja kak!", katanya sambil memberikan 1 Tango kepadaku.

(Ohh Nak, kok makin buat saya kagum saja sih)

             "Tidak. Itu buat Tiwi semuanya. Ini Kakak punya 1", kataku sambil memperlihatkan Tango yang ada di tanganku.

           "Tidak mau kak. Masa saya 2, kakak cuma satu, itu namanya nda adil kak, Tiwi makan 1 udah  cukup kok, kasi orang saja itu Kak", katanya dengan tatapan pennuh arti sambil menyuruhku membukakan kemasan Tango miliknya dan juga membuka punyaku.

Dari kejauhan, ku melihat si lelaki mudah tadi berjalan menuju ke arah kami. Baiklah, karena Tiwi tetap mau berbagi, akhirnya ku pinta Tiwi untuk memberikan Tango yang satunya lagi kepada lelaki muda tersebut.
****
Tak terasa. Aku sudah sampai. Ahhh.. tak begitu terasa. Akhirnya, aku sampai di tujuanku sekita 19.20 malam. Aku adalah penumpang kedua yang diantarkan setelah si lelaki muda tadi. Saat aku turun, Tiwi sedang tertidur  lelap di pangkuan ayahnya.
****
Aah, banyak kejadian dan hikmah dari perjalananku hari ini. Aku belajar arti cukup dan berbagi dari  si kecil Tiwi, betapa pentingnya untuk mengajarkan anak arti cukup dan berbagi dari usia yang masih sangat dini, dimana pada umumnya anak-anak seusia dia pasti selalu menginginkan seseatu yang jumlahnya "lebih", pastilah hal ini akan sangat membantu pembentukan karakter gemilang dari anak-anak nantinya. Belajar dari Tango yang membuka 1 tabir karakter si kecil Tiwi. Belajar dari lelaki muda yang ramah dan humble kepada orang baru, saya belajar bahwa sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan, sedikit banyak pasti memiliki dampak positif bagi lingkungan kita. Si lelaki muda tadi yang menyapa dan mengajakku bercerita serta mengatakan "biar gak mabuk" akhirnya membuatku lebih menikmati perjalanan tanpa mabuk darat.

Terima kasih Tiwi, Tango dan Tanpan alias si lelaki muda tanpa nama. Yaps, meski kami sudah berbicara  panjang lebar tapi kami lupa untuk tahu siapa nama kami.

_________________________
(Perjalanan Awal Februari 2018)

0 comments

It's nice to see you !