Finally... Kita sudah sampai di bagian yang terakhir nih, masih dengan Sharing Persiapan Wawancara bersama Kak RH. Andriansyah (LPDP REGULER LN, Cornell University, PhD in Organizational Behavior).. Yaps.. Langsung saja.. Selamat membaca dan menyimak, dari Question Q20 – Q38.
Untuk teman-teman yang baru nyasar kesini, bisa cek part #1 dan #2 dari tulisan ini by clicking the links below..
*****
Q20 : Bagaimana cara menjawab kontribusi setelah studi bagi para pelamar
ilmu- ilmu murni yang notabene memiliki dasar science for science? (Maksudnya
adalah bahwa ilmu-ilmu murni memang manfaatnya tidak akan bisa dirasakan oleh
masyarakat luas secara langsung seperti makan lalu kenyang)
Sama dengan di atas,
anda bisa memulai dari arah profesi dan
apa output dari profesi tersebut. Peneliti swasta, dosen, atau peneliti di
pemerintahan?
Ilmu-ilmu murni pasti
larinya ke research & publication. Next question, hasil riset ilmu murninya
untuk apa? Jurnalnya dikemanakan? Ga mungkin sekedar jadi bungkus kacang kan?
Hehe...
Sepemahaman saya,
research & publication pada akhirnya akan memiliki peran sekurang-kurangnya
2 hal. Pertama, membuka pintu-pintu terobosan ilmu pengetahuan yang baru (remember
string theory and how it explains the origin of universe?_ itu ilmu murni juga)
karena pada dasarnya ilmu tidak bisa (dan seharusnya tidak boleh) berhenti
berkembang. Kedua, fungsi pendidikan, menjadi pembaruan ilmu pengetahuan ke generasi-generasi berikutnya.
Research menjadi
penyempurna ilmu/teori-teori yang telah lalu, yang kurang lengkap, yang
memiliki ‘lubang’, sehingga mencegah generasi di masa depan terjebak pada scientific
failure.
Tinggal anda lihat,
seberapa pengembangan yang ada di bidang ilmu anda tersebut sekarang ini di
Indonesia. Bagaimana kurangnya penelitian di bidang tersebut membuat Indonesia
memiliki ketergantungan terhadap riset-riset dari luar. Apa jadinya jika riset anda dapat membantu pemerintah Indonesia dalam mengembangkan bahan ajar
pendidikan, dst dst.
Jadi kuncinya anda jangan berhenti di ilmu nya saja, coba anda
hubungkan dengan profesinya: Peneliti swasta, peneliti di pemerintahan, atau
dosen. Di situ akan terlihat lebih riil bagaimana kontribusi ilmu anda tsb.
Q21 : Apakah ada tips untuk menjawab gap antara kualifikasi akademik dan
kontribusi masyarakat?
Saya tidak yakin saya
paham dengan yang anda maksud sebagai gap antara kualifikasi akademik dengan
kontribusi masyarakat.
Namun berdasarkan
pemahaman saya, satu-satunya jawaban atas gap tersebut adalah pendidikan yang
lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi (tentunya dengan kemauan yang keras
dan usaha yang kuat) akan meningkatkan pula kompetensi kita, sehingga meningkat
pula kontribusi kita bagi masyarakat. So, yes, LPDP is the answer for that
question.
Q22 : Jika ditanya soal mengapa kita memilih menuntut ilmu "ini"
ke luar negeri, padahal di dalam negeri ada dan tersedia, bagaimana cara Mas menjawabnya? (Seperti bidang ilmu saya, fisika,
yang memang tersedia hampir di mana saja)
Anda jangan mau
terjebak pada mindset ‘negeri’-nya, karena kita
tidak belajar di ‘negeri’-nya, melainkan di ‘kampus’-nya. Maka menjawab
pertanyaan tersebut, kembalikan saja, kenapa anda memilih kampus A bukan kampus
B. Seandainya kampus A tersebut (dengan segala value yang menarik anda kesana)
ada di sini atau di sana, pastinya kita akan tetap mengejar kampus tersebut,
kan?
Q23: Bagaimana cara anda menjawab pertanyaan mengenai alasan mengapa
memilih kampus tujuan anda di LN? Padahal ada kampus lain yang lebih unggul di
bidang penelitian yang anda tawarkan? (Saya pernah dapat pertanyaan begini)
Bagaimana cara menjawab yang pas antara mengakui bahwa level kita ada di kampus
tujuan pilihan kita tapi tidak menjadi bumerang bagi kita para pelamar?
Never ever say that your ‘level’ is not in ‘that college’ level and
‘only’ in ‘this college level. Anda tidak tahu seberapa tersinggungnya reviewer anda dengan jawaban
tersebut seandainya mereka kuliah di kampus ‘ini’ atau yang ‘lebih rendah’.
Lagi-lagi, anda perlu
merefleksi diri kembali, hal-hal apa yang membuat anda tertarik ke kampus
tersebut. Mungkin faktor professornya yang cocok dengan bidang anda (cari judul-judul karya tulis dosen di kampus tujuan anda, lihat seberapa cocok dengan
anda), atau ‘peringkat prodi’ di Times Higher Education, atau hal-hal lain yang
membuat universitas
tersebut cocok dengan anda.
Intinya adalah
‘kecocokan’. Buktinya tidak semua awardee dalam interview ditanya: Kenapa kamu
ga apply ke Harvard, Stanford atau Oxford?
Q24: Pengalaman organisasi Saya tidak terlalu banyak, apakah berpengaruh
besar terhadap Proses wawancara Dan keputusan akhir beasiswa?
Bisa menjadi nilai
tambah, tapi bukan penentu, karena tergantung juga pengalaman organisasinya
sebagai apa. Kalo sebagai anggota, kurang menunjukkan peran yang besar atau
pressure yang tinggi, ya relatif tidak menggambarkan kualitas seseorang. Juga
pengalaman organisasinya linier atau tidak dengan bidang/kompetensinya. Semakin
linier semakin baik. Kalau tidak pun, it’s
not the end of the world. Cari kekuatan anda pada sisi yang lain. Exploit!
Q25 : To be frank, alasan saya memilih uni dalam negeri adalah pertimbangan
keluarga. Bagaimana jika nanti mendapat pertanyaan seperti "kenapa ga pilih
kampus luar negeri yang mungkin secara riset lebih bagus,dll?" haruskah
menjawab jujur atau "ngeles" saja
Saya kurang paham
detail dan kongkritnya pertimbangan keluarga ini se-urgent apa. Tapi secara
umum jawaban tersebut boleh-boleh
saja disampaikan. Namun sebaiknya dieksplorasi juga apa dampak/akibatnya
terhadap studi jika kuliah LN dg keadaan keluarga tsb sehingga terlihat
signifikansinya.
Selain itu, bisa diberikan tambahan penjelasan tentang research competitiveness
nya Sains Kebumian ITB dan all other supporting aspects yang bisa improve
kualitas studi Mbak April. Prinsip yang perlu diperhatikan mungkin adalah LPDP tidak menuntut kita untuk studi di
kampus yang ‘terbaik’.
Tapi kampus yang paling ‘cocok’ untuk kita. Baik cocok secara kompetensi, peluang pengembangan diri,
fungsionalisasi riset, dan sebagainya, bahkan se-simple alasan di kota
Birmingham lebih banyak masjidnya dibandingkan kota-kota lain di UK sehingga
pendidikan saya akan lebih optimal (ini pengalaman salah satu teman PK saya pas
ditanya kenapa memilih Birmie Univ).
Q26 : Jika universitas (dosen2) yg kita tuju dan instansi tempat kita bekerja
sdh terjalin kerjasama dgn baik,apakah ini bisa dimanfaatkan sebagai pendukung
kenapa kita memilih kampus tsb ?
Ini juga tergantung,
kerjasama yang seperti apa. Kalau yg dimaksud terkait dengan fungsionalisasi/implementasi
hasil riset secara langsung, saran saya justru ini jadikan alasan pertama dan
utama.
Q27 : jika mendapat pertanyaan bagaimana jika diminta ganti uni/judul
tesis,bagaimana cara yg baik untuk menjawab pertanyaan tsb?
Saran utama saya, stick to the plan, karena ini terkait
dengan essay rencana kontribusi. Mengubah judul tesis/uni jangan2 malah
mengubah rencana kontribusi. Makin berabe. Harusnya, pemilihan uni/judul riset
sejak saat pendaftaran LPDP kan pasti ada pertimbangan2 substantifnya, termasuk
perbandingan2nya (uni/prodi). Maka jika dalam interview diminta/disarankan
ganti, jangan langsung diiyakan, sampaikan semua pertimbangan yang sudah
dituliskan di essay.
Bisa jadi pertanyaan
reviewer tersebut sekedar menguji apakah kita memilih uni/penelitian itu asal2an/tanpa pertimbangan matang. Kalau ybs menyebut univ ini univ
itu lebih cocok penelitiannya untuk kita.
Trust me, their main point is to know if we're that easy to change mind. Lah kalo masih daftar saja pikirannya mudah berubah, ntar habis
kuliah, habis biaya besar, tiba2 ganti bidang ilmu/profesi. Kan rugi... hehehe.
Q28 : Core yang yang diharapkan LPDP untuk
beasiswa jalur santri itu apa kira2? Asumsi saya, beasiswa ini dibuat
tersendiri tentu tidak hanya untuk menampung Santri, tapi lebih dari itu. Kita
harus memberikan kontribusi juga. Lalu kontribusi seperti apa? Apakah sama
dengan jalur lain?
Saya kurang tahu
persis karena di tahun saya belum ada beasiswa santri, jadi saya khawatir
jawaban saya sifatnya hanya perkiraan saja.
Sebagai jalur
afirmasi, saya kira hampir
sama dengan afirmasi lain, yang arahnya
yaitu empowerment, especially pada group2 tertentu yang dipandang memiliki
potensi baik tapi belum teroptimalkan karena kurangnya akses.
That's
the whole point of affirmative action, isn't it?
Apakah ada poin
tertentu tentang kontribusi yang perlu ditambahkan menyesuaikan jalur
afirmasinya? Saya kurang kompeten menjawab ini. Yang saya tahu terbatas
misalnya beasiswa Indonesia Timur, what can we give back for East Indonesia
development. Beasiswa PNS, apa kontribusi kita bagi satuan kerja/bidang profesi kita.
lagi-lagi sudut pandangnya jangan hanya praktikal dan short term, tapi juga
long term ya.
Q29 : Maaf kalau agak membingungkan. Apakah ada kemungkinan tim interview
melihat bagaimana cara kita menjawab pertanyaan yang dberikan, dluar dari bidang
akademik kita?
Pasti.
Secara psikologis, ada gejala-gejala visual yang menjadi ciri orang yang sedang
berdusta, orang yang tidak punya pendirian, orang yang tidak punya pandangan ke
depan, dan sebagainya. Dan ini akan tampak dari bagaimana cara kita menjawab
pertanyaan.
Lagipula, LPDP mencari orang-orang yang sejalan dengan visi misinya LPDP itu
sendiri. Jadi pasti mereka melakukan evaluasi attitude dalam proses interview.
Q30 : Jika kita orang yg agak nervous, bagaimana tips n trik menghadapi
interviewer yang notabene kita baru kenal?
Prepare and
Exercise.
Anda tahu anda nervous, dan pastinya anda bisa cari cara kendalikan nervous.
Jangan nervous itu yang mengendalikan diri anda dan menjadi penghalang mencapai
impian anda.
Q31: Apakah beberapa pertanyaan yang diajukan pewawancara untuk kampus tujuan DN ada yang menggunakan b. Inggris ?
Ada. Bagi mereka yang tujuan studinya S2/S3 bahasa inggris, hehehe. Selain itu, setahu saya, DN menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan LN pun, yang saya alami, hanya 1 reviewer menggunakan bahasa
inggris, 2 lainnya bahasa Indonesia.
Don't bother with language. Anda bisa minta izin di awal untuk jawab pake bahasa Indonesia. Kekurangan skor Inggris tidak membuat anda gagal interview. Anda sudah tiba di titik ini kan? pasti syarat skor TOEFL sudah terpenuhi.
Q32 : Bagaimana jika ada pertanyaan yg tdk bisa kita jawab. Entah karena
isu/teori/kasus yg kurang familiar di telinga kita atau kurang pengetahuan akan
hal itu dan lain2. Biasanya kalau sudah begini auto blank dan nampak setengah
oon.. Nah bisa kasih tips trick Bagaimana harusnya kita bersikap? to the
point saja mengakui tidak tahu jawabanya atau ttp berusaha merangkai kata untuk menjawab semampu kita?
Jangan terlihat oon
atau blank ya, karena itu jadi salah satu indikator kalo kita emang betulan oon
. Coba
jawab secara global dulu. Paling aman, jawab secara normatif. Lalu,
bilang aja dengan santai dan percaya diri bahwa “untuk lebih detailnya mohon maaf
saya belum menelusuri lebih jauh lagi”.
Kalo kita berkali-kali
memberikan jawaban semacam itu, insya Allah kita sendiri akan paham kenapa kita
ga lolos seleksi substansi yaa.
Q33 : Kak, program beasiswa LPDP ini kan dibagi dalam beberapa program. Apakah ada program-program tertentu misalnya afirmasi, targeted or reguler yg
lebih besar peluang utk diterima beasiswa? Trs arti targeted grup apa ya kak, secara spesifiknya?
Artinya itu adalah kelompok-kelompok yang memang secara khusus
ditarget untuk lebih diberdayakan. Afirmasi dan targeted group memang
memiliki peluang kelolosan lebih besar karena kuotanya lebih besar. Sedangkan
reguler peluang kelolosan mungkin sedikit lebih sulit karena tingkat kompetisi
yang tinggi, kuota yang dibatasi dan passing grade yang tinggi.
Fun fact,
tahun 2018 kuota reguler maupun affirmasi tidak terpenuhi, masih banyak yang
kosong. Artinya, CA yang tidak lolos bukan karena mereka kalah kompetisi dengan
sesama CA, melainkan mereka ga lolos passing grade.
So, there are plenty of space for you all. Teman-teman
ga perlu narrow minded, menganggap sesama kalian adalah saingan, sikut2an,
bunuh2an satu sama lain menutup
informasi, ga mau sharing, dsb. Trust me, justru attitude seperti itu yang bisa
jadi bikin kita ga lolos.
You don’t compete each
other. You compete with yourself !!
Q34: Apakah pertanyaan oleh interviewer yg berbeda2 ini sama utk semua
program dan standar pertanyaan oleh LPDP atau tergantung oleh interviewernya sendiri?
Sepemahaman saya, LPDP kasih panduan, tim reviewer boleh
mengembangkan sesuai profile masing2 CA. Dan di antara mereka tetap ada
akuntabilitas karena setiap hari setelah all sesi interview di hari itu
selesai, tim reviewer akan diskusi memutuskan skor tiap CA serta
justifikasinya. Reviewer yang tidak reliable akan dievaluasi dan ‘tidak dipakai
lagi’.
Q35 : Bisakah kk sharing jika ada checklist poin2 penilaian wawancara yg
pasti ada nilainya,misalnya dari segi penampilan, pengetahuan, sikap,
integritas, dll dari sudut pandang lpdp?
Seandainya saya punya
ini, mungkin saya bisa menghemat waktu kita hehehe... Plus, tingkat kelolosan calon awardee mungkin langsung
melonjak menjadi 99%.
Q36: Bagaimana cara menghadapi interviewer yg killer? Yg sptnya tidak bisa
menerima semua yg kita jelaskan? Krn pernah baca sharing awardee dapat
interviewer killer, babat habis penjelasannya tapi jadi awardee.Trus ada juga
yg ga jadi awardee.
Ybs menjadi ‘killer’
mungkin atas beberapa alasan. Pertama, bisa jadi memang untuk sekedar berbagi tugas dengan tim reviewernya yang lain
(Bad Cop, Good Cop).
Kedua, bisa jadi karena
jawaban kita yang muter-muter ga jelas bikin beliaunya gemes sendiri.
Jika ada yang ga lolos
interview merasa karena dapat reviewer yang ‘killer’, ya itu berarti dianya
yang ga siap untuk handle situasi penuh tekanan. Cara menghadapinya bagaimana? Tegak sekokoh gunung, tenang setenang
danau. Prepare. Exercise. Pray.
Q37 : Bolehkah share daftar 50 pertanyaan yang disiapkan oleh Mas Andri?
Waaahhh... sudah saya bakar... hahaha..
Setelah interview selesai, saya pulang itu merasa down, karena reaksi
dari reviewer: 2 orang tidak terbaca reaksinya, 1 orang yang eyel2an dengan
saya reaksinya kurang menggembirakan. Jadi, sepulang dari interview, semua berkas saya beresi, saya sembunyikan,
list itu saya buang, aplikasi ke kampus saya stop, tidak diteruskan, saya
bismillah moveon anggap LPDP kenangan masa lalu. Eh, tau-taunya,tgl 28 Desember pengumuman malah lolos.
Q38 : berhubung sy sudah berkeluarga dan beranak Pinak,kira2 jawaban apa
yg sebenernya ingin didengar oleh LPDP jika saja di antara
pewawancara ada yg bertanya,pilih keluarga atau sekolah?
Pertanyaan macam apa ini? Jawaban
substansi, ya saya jawab keluarga lah.. Pendidikan bisa dikejar dari sini dan sana, selesai 2-4 tahun paling
lama. keluarga untuk selamanya, ga bisa dicari dimana2.
Jawaban substansi no 2 (eh
iya ini ditanyakan saat saya interview ding!) saya jawab, Alhamdulillah di kenyataan hidup, saya tidak perlu memilih antara dua
hal ini. justru keberadaan saya disini adalah karena faktor support keluarga
saya paling utama.
Memang orang seperti
kita2 ini konyol mbak, sudah punya buntut masih saja pingin ngejar sekolah. Tapi yang konyol2 gini biasanya justru salah satunya yang bisa buat
perubahan, karena tahu bener what it means to be in total pressure and dealing
with dilemmas in every single day.
Mewek boleh, tapi
jawaban pas interview tetep harus
lancar dan penuh senyuman. kapan lagi menangis sambil tersenyum. Wkwkwk.
Demikian.
Semoga sharingnya bisa
memberi sedikit tambahan pengetahuan bagi teman2 dalam mempersiapkan interview.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, hehehe
saya juga ucapkan
terima kasih atas inisiatif teman2 semua. saya jadi punya teman dan saudara
baru yang punya visi yang sama untuk membangun Indonesia. terima kasih doanya.
semua doa baik akan kembali pada teman2 juga.
*Disclaimer*
“Semua jawaban ini adalah apa yang bisa diambil/dipetik dari apa yang dialami dan ya diamati oleh narasumber. Setiap awardee sangat mungkin memiliki pandangan, prinsip dan cara
yang berbeda2, dipengaruhi variabel dan konteks yang complicated sehingga it might work or not at some points”
****
Nah, sudah
dapat gambaran? Pasti dong. Semoga bermanfaat ya teman-teman.
Semoga kita
terus bisa menyebarkan kebaikan dimanapun berada.
SEMOGA RIDHO ALLAH SENANTIASA MENYERTAI..