A Learner's Journal
  • HOME
  • GENERAL
  • REFLEKSI
  • CERITA SAYA
  • CATATAN
  • BICARA LINGKUNGAN
  • ABOUT ME
Seiring bergulirnya waktu, maka setiap kita pasti akan meniti hidup di masa yang tidak sama, dalam keadaan yang berbeda. Akan ada masa usia semakin senja karena bumi semakin tua. Banyak yang hilang dan berganti, pada siklusnya. Hingga pada puncaknya kita akan tiba pada masa pensiun.
Bagaimana dengan ativitas kebaikan ? Kita tidak seharusnya pensiun dari medan kebaikan karena hal tsb adalah pengabdian seumur hidup. Jika pun, maka terputusnya mata rantai sejarah adalah efek yang ditimbulkan.

Ibarat sebuah pucuk pada ranting. Semakin lama, pucuk akan terus bertumbuh hingga menjadi daun tua, lalu menguning hingga akhirnya gugur. Dedaunan gugur ini akan membusuk dan terfermentasi menjadi pupuk yg dibutuhkan oleh pertumbuhan ranting sebelum akhirnya pucuk baru menumbuh.
Hal ini sama dengan kebaikan. Tidak ada kata pensiun, yang ada adalah pergantian bentuk peran, dari masing-masing generasi.  Setiap kita memiliki posisi tersendiri untuk tetap terlibat dalam kebaikan bahkan meski kita tidak di tempat yang sama karena esensi utamanya adalah dampak yang mampu mensejahterakan.
 
 Olehnya, yang harus kita lakukan adalah memaksimalkan keteladanan bagi generasi selain kita, generasi baru, bahwa tidak ada hal lain yang lebih baik selain dengan senantiasa memberikan contoh militansi perjuangan dengan segenap titik usia kita, hingga kematian menjemput.
Tanamkan dalam diri kita bahwa tugas kita BUKAN SEKEDAR MELAKUKAN KEBAIKAN, TAPI MENYEBARKAN SERTA MEMASTIKAN SEBUAH KEBAIKAN TETAP BERKELANJUTAN..

BTW, TERIMA KASIH 2019.... ASSALAMUALAIKUM 2020..

[ Rukmana Suharta ]
Selasa, 31 Desember 2019 - Pukul 23.40 WIB. 
Ciputat. Tangsel, Indonesia

Demi memprioritaskan utk dapetin beasiswa, memilih untuk pulang setelah resign dari tempat kerja sekaligus belajar, 6 bulan lalu, setelah ragam pertimbangan yang cukup pelik menjadi pilihan saya. Ada banyak resiko pastinya. Tentu saja, hal yang paling nampak adalah resminya saya menjadi Generasi Rebahan alias Pengangguran selama beberapa waktu. Tanpa penghasilan (ada sih tapi tidak seberapa), hanya bergantung pada orang tua (kebetulan waktu itu saya memilih untuk pulang ke rumah untuk membersamai keseharian Ibu Bapak setelah belasan tahun tak bisa sedekat itu ).

Efeknya pun sangat menguji kesabaran. Cerita2 pro maupun kontra langsung menyebar secepat kilat ke seluruh penjuru kampung. Beragam asumsi pun tercipta dan yg sangat memicu emosi adalah isu bahwa saya sempat “berkasus dan diberhentikan scr tdk terhormat” sebelum pulang. Apa yang saya rasakan, emosi pasti iya. Baper? Sampai-sampai ga mau keluar rumah selama seminggu, sebelum akhirnya saya sadar bahwa SIKAP SAYA BUKANLAH SIKAP KECUALI SIKAP SEORANG PENGECUT. Ngapain saya baper? Toh faktanya bukan seperti itu. Aduh.. Kok kamu bisa terjebak dalam jajahan pendapat orang lain? ... Apakah kamu seorang pengecut? Yaa jelas gak mau dong...  Astagfirulllah...

Ini sangat challenging memang. Butuh strategi agar mental tidak terenyuhkan oleh komentar miring warga masyarakat yang akhirnya bisa mematikan idealisme dan optimisme kita sehingga kita bisa tetap menegakkan badan, menata langkah dan menatap tajam untuk meraih goal utama kita. MASA IYA KITA SIBUK NGURUSIN APPROVAL ORANG LAIN?

Yup. Benar. Saya memilih untuk resign dari pekerjaan agar lebih well-prepared ketika mengikuti tahapan seleksi beasiswa karena memang kondisi yang juga dalam bekerja pada saat itu menyulitkan saya untuk proses pendaftaran. Sekali lagi, ini tidak untuk dicontoh sebenarnya, karena banyak juga yang berhasil sembari melakukan keduanya. Tinggal pandai-pandainya kamu saja... Tapi, yang pasti adalah You only have 2 choices, TAKE THE RISK OR LOSE THE CHANCE..

Alhamdulillah, setelah saya take the risk, I get the chance to be an awardee of LPDP Scholarship 2019 (Semoga Allah terus memudahkan proses kedepannya)..

Ingat, menjalani skala prioritas tidak semudah ktika menentukannya. Semua punya enormous risks yang hanya kamu yang tahu solusi terbaiknya. Satu hal penting yang juga harusnya selalu diingat adalah cobalah untuk meluangkan diri utk MENGAMBIL HIKMAH DARI SETIAP KEJADIAN YANG KAMU ALAMI. YAKINLAH, PASTI ADA PELAJARAN DARINYA YANG MAMPU MEMBUATMU MENJADI MANUSIA YANG LEBIH BERSYUKUR DAN SENANTIASA WARAS DALAM MENJALANI KEHIDUPAN..
Setelah penantian cukup panjang, hampir 1 bulan pasca pengumuman SBK (Seleksi Berbasis Komputer) LPDP, barulah ada kejelasan mengenai jadwal seleksi wawancara LPDP tahap 1 tahun 2019 ini. Yah, meskipun sebenarnya jadwal tersebut belum jelas-jelas amat. Gimana mau jelas, orang hanya diinformasikan bahwa tenggang waktu interview adalah 11 Agustus – 06 September (hampir 1 bulan cuyy). Ini masih sangat umum, belum ada pembagian jelas mengenai jadwal pasti tiap lokasi. Hhmmm.. Yang jelas adalah “3 hari untuk Lokasi Seleksi Makassar” sudah pasti ada diantara waktu tersebut.

Waktu itu, saya harap-harap cemas. Berharap dapat jadwal diatas 17 Agustus agar masih bisa mengikuti beberapa kegiatan di Kampung. Lagipula, 3 hari pasca Idul Adha, 14 Agustus 2019, akan ada acara walimahan adik sepupu saya di kampung. Besar harapan untuk tidak melewatkan acara ini, acara dimana keluarga besar berkumpul, apalagi untuk seseorang seperti saya, yang lebih (mem)betah(kan) diri di rantau. Sangat jarang saya hadir diacara besar keluarga, bahkan saat hari raya sekalipun. Oleh karena ituu, pastilah, kecemasan saya adalah kalo dapat jadwal interview di waktu tersebut. Duhh gustii..
Tips #1
“Kuatkan niat dan siapkan diri untuk menanggung segala resiko”
2 Hari kemudian, pengumuman detail mengenai jadwal rilis di Instagram @lpdp_ri (Akun resmi LPDP RI). Jeng jeng jeenggg.. Hanya bisa pasrah aku tuh.. Jadwalnya jatuh pada tanggal 13-15 Agustus 2012, H+3 Idul Adha.Di akun pribadi pun telah dituliskan mengenai jadwal perorangan.


Saya dapat jadwal selama 2 hari. Hari pertama hanyalah Verifikasi dokumen pada pukul 15.20 WITA, dan di hari berikutnya adalah Kegiatan Wawancara 1 pada pukul 09.10 WITA dan Wawancara 2 pada pukuln 10.50 WITA. 

Gak ada pilihan lain. Kalo Sudah seperti ini, of course, saya bakalan berangkat lebih awal mengingat perjalanan dari kampung, Desa Pinjan, ke Kota Makassar  yang cukup jauh, bahkan bisa 2-3 hari perjalanan pake Bus (kalo pake pesawat sih.. aman sentosa.. tapii harap maklum aja).. Artinya.. Kali ini, harus lebaran di rantau (setelah idul fitri juga gagal lebaran di rumah) dan lagi, gagal lagi gabung di hajatan keluarga..

Rasanya sudah terbiasa dengan kondisi ini, sehingga meski sempat sedikit gusar, akhirnya yaa semua harus berllanjut apapun resikonya..
Tips #2
“Untuk menghindari berbagai unpredictable things dan menjaga agar stamina tetap oke, sebaiknya teman-teman mengatur dengan baik jadwal keberangkatan dari rumah. Apalagi yang rumahnya jauh ber mil-mil. Yang mau naik Bus pasti akan lebih panjang perjalanannya. So, rencanakan dengan baik. Jangan kepepet. Pastikan bahwa kondisi kita akan prima di hari wawancara nanti”.
Rencana awal saya akan berangkat tanggal 9/08/19 malam dari rumah dan melanjutkan perjalanan ke Makassar by Bus tanggal 10/08/19 pagi. Namun, semua berubah karena beberapa pertimbangan. Pertama, karena masih harus ngurus Surat Rekomendasi Dosen yang hilang dan harus dibawa saat verdoc, dan saya harus melakukan persiapan diri untuk wawancara termasuk tips dan trik karena sejujurnya tidak banyak persiapan khusus yang saya lakukan sejak jauh hari selain membaca pengalaman orang lain. Pun, ini masih sangat minim karena di kampung signalnya hanya ada di pantai dan rumah2 tertentu yang jumlahnya sekitar 7 rumah, tersebar di pelosok kampung pulaa (+hanya bisa sms dan telpon yang juga suaranya sering ga jelas apalagi kalo lagi angin kencang atau hujan). Akses internet sangat sulit. Yaa syukurnya sedikit terbantu dengan keberadaan Wifi di kantor desa (kalo ga salah ini adalah program khusus dari kemenkominfo di pedesaan), Wifi Nusantara namanya. Jaringan inilah yang saya manfaatkan untuk daring meski hanya bisa diakses dengan baik pada dini hari.

Akhirnya, saya berangkat 5 hari lebih awal dari rencana. Kali ini, saya masih menghabiskan waktu selama beberapa hari di Palu. Saya numpang di kosan teman (Miss Iker, Mbak Reret dan Ibu Ripda ) untuk menuntaskan segala kepentingan dan belajar (sendiri, wkwk) tentunya. 

Karena tidak ingin kembali “Berlebaran Idul Adha di perjalanan”, alias dalam “Bus” pasca “Berlebaran diatas Kapal” pada juni lalu, saya memutuskan untuk take flight menuju Makassar. Ada kemudahan waktu itu. Yaa, saya dapat tiket murah. Lagi
pula, waktu itu teman-teman peserta dari Palu, khususnya yang muslim, semuanya milih terbang ke Makassar karena ga mau ninggalin daging yang belum masak di rumah.
Tepat pukul 07.10 WITA pada hari Senin, 12 Agustus 2019, Pesawat Boeing 737 dari Maskapai Lion Air dengan Nomor Penerbangan JT 781 take off dari Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu dan mendarat dengan mulus di Bandara Sultan Hasanuddin setelah 1 Jam 5 menit perjalanan. 

Saya tidak langsung keluar keBandara Kedatangan tapi memilih singgah sejenak di Mushollah khusus Wanita di dalam Bandara, menyempatkan sholat dhuha dan rehat sembari menyuapi mulut dengan menu sarapan berupa nasi goreng yang sengaja saya bawa di tupperware warna ungu (untuk menghemat, wkwkwk) secara sembunyi-sembunyi. Lahh, kok? Ya, pasalnya terpampang jelas tulisan “Dilarang Tidur dan Makan disini”. Ini darurat guys dan tetap kebersihan serta alasan kenyamanan pengguna lain tetap saya perhatikan kok, but Jangan ditiru ya!..

Ets.. Rupanyaa setelah itu, saya masih harus lama-lama disini untuk menunggu jawaban dari kawan yang rencananya saya akan nginap sebelum dapat kabar kalo dia lagi di kampung. Waktu terus berjalan, pun saya memutuskan untuk keluar dari Bandara dengan satu-satunya transportasi murah utk keluar dari sana, DAMRI Bandara, cukup dengan membayar Rp26.000,-. Saya singgah sebentar di kosan teman saya itu karena mereka gak bawa kuncinya, dan Sore harinya saya memilih untuk nginap di Rumah teman yang kenal di grup yang juga akan mengikuti seleksi wawancara, bersama teman-teman lainnya yang juga dari Palu (Nisa, Vivi dan Cian) dan dari Kendari (Rosida dan Kak Nidhi). Siti Hardianti Darma Pertiwi namanya. Ia tinggal di BTN ANTARA, Jl. Antara IV. Orangnya super duper baik dan friendly.
Tips #3
“Untuk mengurai budget agar lebih murah ketika di lokasi (terutama yang lokasinya jauh dari rumah) kita bisa melakukan beberapa hal. Pertama, dengan mencari kenalan untuk membantu akomodasi (harapannya bisa dapat yg murah bahkan GRATIS) kita selama di lokasi. Nyari kenalan bisa dilakukan di media sosial atau grup-grup wa yang kita punya (grup yang relates ya dan harus tetap hati-hati!).

Kedua, untuk transpportasi, kalo pilih Makassar, transportasi murah yang bisa kita pilih (terutama kalo sendiri) untuk keluar dari Bandara adalah DAMRI Bandara. Cukup bayar Rp26.000,-. Ini sangat berbeda jauh dengan ojol yang bisa 4-5 kali lipat (kalo rame-rame, lebih bagusnya pake ojol lah). Nah, kalo mau kemana2 boleh juga pilih naik pete-pete meski agak ribet dan lama. 

Satu lagi, kalo dapat tempat yang memungkinkan, kita bisa masak sendiri, tinggal beli bahan di pasar dan langsung cusss jadi chef... Diijamin bakal mangkas guys..”.
Jadwal teman-teman beragam. Dan, kalo gak salah, rata-rata dapat jadwal di hari kedua. Malam itu, teman2 meluangkan waktu untuk sharing berbagi pengalaman dan informasi yang mereka dapatkan. Mereka sibuk membuka catatan2 hasil “Mentoring” selama beberapa waktu dengan Awardee sebelumnya, tampak seolah sibuk mereview tips dan trik hasil diskusi online (sebagian besar saya juga sudah baca), dan saling memberi masukan. Semua terlihat sangat antusias kecuali saya..
Tips #4
“Well-prepared akan membuat kita merasa lebih pede dan mantap untuk struggling di sesi wawancara. Olehnya, teman-teman bisa memperbanyak referensi dari berbagai sumber seperti sharing online atau bertemu langsung dengan awardee sekaligus bisa simulasi atau bisa juga lewat internet. Di internet banyak sekali uraian tentang hal ini. Kalo saya pribadi, lebih senang membaca blog pribadi para awardee karena saya merasa penjelasan proses-prosesnya lebih jelas. Bukan hanya itu, perluas wawasan guys dengan banyak-banyak membaca. Nah, gimana? Pastikan sudah siap lahir bathin ya !. Jangan contoh saya yang persiapannya masih kurang kalo dibandingkan dengan teman-teman lain..”.
Lantas, apa yang terjadi denganku? Sebenarnya, saya pun tak begitu paham.. entah apa yang merasukiku (baca sambil nyanyi :-D) .. Semakin mencoba ikut larut dalam diskusi panjang itu, semakin berasa blunder semua apa yang sudah tertata rapi dalam pikiranku.. Perasaan panik kambuh, dan tetiba nge-blank.. Ohh tidak.. Ini tak bisa dibiarkan.. Maka, sebelum terlanjur jauh, saya memilih untuk mengistirahatkan pikiran yang sudah lelah ini dengan mengambil headset.. dannnnn.. bye.. ketemu besok pagi lagi. 
Tips 5
“Kalo saya pribadi merekomendasikan untuk mengistirahatkan diri dari proses belajar setidaknya 1 hari sebelum jadwal karena ketika kita sudah siap dengan konsep yang tertata rapi dalam pikiran kita yang juga tentunya telah dievaluasi dan dipertimbangkan, bahkan berkali-kali dan kita mendapatkan penjelasan baru yang itu berbeda, maka bisa jadi ini akan mengganggu konsep yang sudah kita susun.. Jika kita maksa utk menjadi seperti apa yg teman2 kita dapatkan bisa jadi akan ada hal yang missing ketika wawancara nanti.  Jika memang masih harus diubah, yaa silahkan asal sanggup, tapi seharusnya tidak di waktu semepet ini !”

Teman-teman mungkin bertanya-tanya kenapa tapi tampaknya lebih baik diam saja ada dalam pikiran mereka. Sama seperti ujian SBK dulu, saya lebih memilih untuk belajar di teras sendirian untuk “mengumpulkan kebingungan” untuk ditanyakan, dibanding langsung gabung dengan teman-teman. Mereka didera kebosanan mungkin untuk mengajak saya dan terus diikuti jawaban “Gapapa, saya belajar disini saja”.
Tips #6
“Ingat, setiap tips yang dapatkan  dari berbagai sumber it might work or not, it depends on the type of person who applies. Jangan berpikir bahwa ketika kamu menerapkan sebuah tip  dan itu akan berhasil di kamu. Belum tentu. Jadi, kuncinya adalah kenali dirimu. Tipe pelajar seperti apa kamu? Suka sendiri atau kelompok?... Silahkan di renungkan!”
Tanggal 13 Agustus 2019, masih pagi kami sudah bersiap menuju GKN (Gedung Keuangan Negara) Makassar di Jl......... Kami berangkat menggunakan GrabCar (mumpung murah karna banyak orang). 

Lokasinya cukup luas sehingga kami sempatkan nanya satpam yang sedang tugas tentang lokasinya. Tidak lama berselang, kami sudah di depan ruangan yang di maksud. Di atas pintu masuk terpampang spanduk bertuliskan “Selamat Datang Peserta Seleksi Wawancara”.
Tips#7
“Jika memungkinkan, sempatkan diri untuk langsung ngecek lokasi sebelum hari H. Namun, jika tidak memungkinkan setidaknya datanglah sepagi mungkin. Mulai lakukan adaptasi dengan sekitar. Perasaan familiar dab bersahabat dengan lingkungan sekitar mampu melejitkan optimisme dan percaya diri kita. Jangan lupa untuk bertegur sapa dengar orang-orang didekatmu, juga saling mendoakan”.
Di dalam ruangan, tepatnya di Lt. 1, sudah disediakan kursi untuk para peserta beserta konsumsi berupa roti-rotian dan teh kotak bagi yang mau sarapan (kurang baik apa coba panitianya?). Di depan dan belakang kursi pun sudah ada masing-masing 1 ruangan untuk  wawancara 2 yang telah diberi keterangan.
Tips #8
“Jangan lupa sarapan ya sebelum giliran kita! Kan gak enak tuh pewawancara ngedengerin bunyi keroncongan dari perut kita”
Dibagian depan ada 3 meja yang terdiri dari Meja Verifikasi 1 dan 2, serta Meja Presensi yang dilengkapi dengan proyektor dan sound system. Meja Verifikasi 1 dan 2 tentu saja untuk proses verifikasi. Disitulah seluruh dokumen2 kita diperiksa kelengkapan dan keasliannya. Kalo lengkap maka langsung dapat stempel “verified”. Meja presensi berfungsi untuk melakukan presensi kehadiran dengan memperlihatkan Barcode yang ada di akun. Setelah presensi, maka tinggal nunggu aja sampe nama kita ditampilkan di layar dan dipanggil melalui mikrofon.

Tips #9
“Jangan lupa presensi karena kalo nggak, namamu gak bakal dipanggil-panggil. Terus, Jauh sebelum nama kita dipanggil untuk verifikasi, pastikan semua berkas kita sudah lengkap tidak ada  yang tercecer atau ketinggalan karena akan repot jika terjadi hal tersebut. Pernah ada seorang peserta yang KTP-nya ketinggalan.. omg.. tapi karena petugasnya baik maka dia diberi waktu untuk pulang ngambil KTP-nya di rumah. Untung saja dia akamsi. Gak kebayangkan kalo jarak rumahnya ribuan km dari lokasi. 

Oiya, sekedar saran juga nih. Usahakan saldo di hape kita gak kosong ya ! Kalo bisa, siapin kuota internet juga. Ini penting, karena ada juga kasus dimana peserta gak bawa KTP (kalo gak salah) dan  rumahnya sangat jauh. Petugas memberikan alternatif untuk melakukan VC ke orang rumah agar memperlihatkan KTP tsb. Terus, ada juga kasus dimana peserta nelpon sebuah nomor dan petugas yang kemudian nanya-nanyain beberapa hal (saya kurang paham kalo yang ini)..

Yah.. Intinya siap-siap saja dan jangan keluar jauh-jauh meski belum jadwalnya karena banyak peserta yang jadwalnya jadi lebih cepat..
Setelah hampir seharian tanpa melakukan apapun selain bincang-bincang dengan teman di kiri kanan, akhirnya saya dipanggil untuk verifikasi berkas. Yeeyy.. Tidak lama, kartu ujian saya langsung di cap “verified” oleh petugas yang namanya Tri Susilo. Misi hari itu sudah selesai.

Tibalah di hari yang hari kemarin tidak apa-apanya, 14 Agustus 2019. Sangat menegangkan ini mah.  

Sesekali, ingatan melayang ke kampung. Hari ini juga adalah hari penting untuk adik sepupu saya di kampung. Hari dimana Ia akan menggenapi agamanya. Ada perasaan sedih juga sebenarnya. Tapi, saaya mah ga bisa berbuat banyak. Ini adalah hari yang sama pentingnya bagi kita. Ku doakan banyak-banyak.. Semoga Allah menjadikan keluargamu sebagai keluarga sakinah, mawaddah, warohmah.
Yap, kembali ke hari ini. Karena sudah familiar dengan keadaan ruangan, saya datang satu jam setengah sebelum jadwal wawancara saya. Yang saya lakukan sejak bangun adalah berusaha menenangkan diri supaya rileks setelah semalam kebut-kebutan dengan 1 file yang hampir lupa saya print, apalagi ini penting sekali, yaitu bukti korespondensi dengan pihak universitas.
Tips #10
“Wahh.. Hari yang menegangkan nih.. Bangun pagi-pagi, sholat, minta restu orang tua (ini mujarab loh), sarapan, jangan lupa cek lagi ya berkas-berkas yang dibutuhkan. Jangan lupa bawa kartu peserta yang sudah di cap. Untuk sesi ini, kita diizinkan untuk membawa map yang dokumen-dokumen pendukung yang kita rasa penting seperti sertifikat penghargaan atau kliping, dan jika  memungkinkan  kita bisa memperlihatkan ke pewawancara”.

Saya tidak banyak bicara sebelum wawancara. Hati pun terus merapalkan setulus doa atas-Nya. Inilah permintaan utama saya pada saat itu.

“Yaa Allah, jika Engkau ridho dengan hal ini maka mudahkanlah segala prosesnya.. Hilangkanlah perasaan nervous ini dan berikan kemantapan lisan dalam merapalkan semua jawaban nantinya”

Ketika nama saya sudah terdengar dari pengeras suara pun sudah terpampang di layar untuk naik ke Lt. 6, menunggu giliran wawancara 1, sambil berjalan menuju lift, saya membaca Alfatihah, An-Naas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas serta diikuti doa berikut, yang saya baca berulang-ulang :
“Rabbi saderi wayassirli amri wahlul ukdatam milli tsaani yafkahu kauli”
Tips #11
“Jangan lupa baca doa. Ingat Allah adalah penentu segalanya...”
Bismillah..
Saya masuk ke dalam ruang wawancara 1 yang ukurannya sangat luas itu dengan langkah tegap dan mantap tapi tidak terkesan angkuh, disertai dengan tatapan tegas dihiasi senyum terbaik. Ada 6 kelompok Pewawancara dalam ruangan tersebut, dimana masing-masing kelompok terdiri atas 3 orang (1 Pakar, 1 Psikolog dan 1 Pihak LPDP). Ketika sampai di depan meja, saya menyapa dengan salam tapi tidak berjabat tangan (Intervieweernya laki-laki semua guys) dan meminta izin untuk duduk. Lagi-lagi, syukur tiada tara, saya dipertemukan dengan tim pewawancara yang luar biasa baiknya. Hingga akhirnya, saya bisa menuntaskan wawancara 1 (sekitar 40 menit full English) hari itu dengan perasaan riang. Bahkan sampe senyam-senyum sendiri hingga ke ruang tunggu wawancara 2. Banyak teman-teman yang bertanya-tanya “ada apakah gerangan?”. Pengen tahu ada apa? Baca disini ya !.
Tips #12
“Pokoknya ketika sudah masuk di pintu, auto pasang langkah tegap dan tatapan mantap penuh percaya diri kearah pewawancara. Pasang senyum terbaikmu. Ingat, jangan sampai terkesan angkuh. Setelah itu, sapa mereka dengan salam dan jabat tangan (bagi yang mahrom) sebelum meminta izin untuk duduk”.
Wawancara 2 pun sama. Berjalan lancar karena si pewawancaranya baiiikkk sangat. Disini, orang yang bakal meng-kepoi kita (khususnya latar belakang dan nasionalisme) cuma 1. Ending dari waktu sekittar 30 menit di sesi ini berbeda. Jika sebelumnya, saya keluar dengan wajah riang maka kali ini saya keluar dengan pipi yang masih basah dengan air mata. Thank you Pak, Anda berhasil ! (Padahal di sesi 1 udah usaha biar gak mewek).
Tips #13
“Jawab pertanyaan setiap dengan tegas, jaga kontak mata, jaga senyuman, eyel-eyelan boleh asal punya landasan yang kuat dan tetap dengan adab sepatutnya dong (Jangan kayak saya yang debat lama baru ngalah,, dan ternyata (setelah buka catatan) memang rupanya saya yg keliru ! Duhhhh). Gak perlu make up story atau ngarang, sampaikan secara jujur dengan bahasa yang tidak merendahkan diri (Gimana caranya? Banyak refleksi diri biar makin paham dengan hal apa yang perlu ditonjolkan meski dilingkupi bejibun kekurangan). Jangan malu untuk berkata tidak tahu. Mereka paham kok bahwa manusia bukanlah orang yang tahu segala hal. Nah, satu lagi nih, mewek gak dilarang kok selama itu memang tulus dari hati”.
Seleksi wawancara pun selesai sebelum waktu dzuhur . Untuk Pengalaman Detail tentang proses dan hal-hal yang terjadi di ruang wawancara InshaAllah akan saya tuliskan kemudian.
Setelah istirahat sejenak menenangkan diri, saya langsung menuju Mushollah dan berusaha untuk melupakan proses yang sudah terlalui itu dan mendekatkan diri pada-Nya di waktu dzuhur siang itu..

“Yaa Allah, tuntas sudah sebagian ikhtiarku selebihnya ku serahkan pada-Mu.. Ku mohon jaga hati dan prasangkaku yaa Rabb”

Ini adalah gambar yang diambil tepat setelah saya selesai. Momen dimana saya sudah lebih lega tapi beberapa teman-teman saya masih dag dig dug serr...
Tips #14
“Tawakal pada Allah. Perbanyak doa dan terus meminta doa orang tua.. Oiya.. Juga perbanyak shalawatt dan senantiasa optimis. Pun, toh kalo hasilnya belum sesuai dengan harapan kita. Maka, bersabarlah karena pasti ada hikmahnya. Jangan menyerah, coba lagi sampe berhasil”

Satu bulan berlalu, tepat 16 September 2019, setelah bisa berdamai dengan Wifi di Kantor Desa itu, tepat pukul 24.00 WITA, juga setelah mendapati banyak pesan masuk dari para sahabat yang juga menantikan pengumuman itu, barulah saya bisa membuka akun di website lpdp dan mendapati status bahwa saya LOLOS SELEKSI SUBSTANSI dengan nilai wawancara 843 (passing gradenya adalah 600 dan kalo ga salah nilai max. 1000).



Tips #15
“Tugas kita bukan hanya mencapai passing grade guys, tapi curi hatinya interviewer agar mau merekomendasikan kita untuk lolos. Di beberapa kasus, ada peserta yang tidak mencapai passing grade tapi karena direkomendasikan maka akhirnya dia bisa lolos. Juga, banyak-banyak berdoa... Tidak ada yang bisa menghalau setiap kemungkinan  untuk terjadi jika Allah sudah berkehendak”.

Alhamdulillah ‘ala kulli hal...

Lagi, satu hal penting yang harus kita ingat adalah JANGAN LUPA LIBATKAN ALLAH DALAM SEGALA HAJAT DAN IKHTIAR. Ini lebih penting dari apapun...




Finally... Kita sudah sampai di bagian yang terakhir nih, masih dengan Sharing Persiapan Wawancara bersama Kak RH. Andriansyah  (LPDP REGULER LN,  Cornell University, PhD in Organizational Behavior).. Yaps.. Langsung saja.. Selamat membaca dan menyimak, dari Question Q20 – Q38.

Untuk teman-teman yang baru nyasar kesini, bisa cek part #1 dan #2 dari tulisan ini by clicking the links below..
1. SHARING PERSIAPAN WAWANCARA #1
2.SHARING PERSIAPAN WAWANCARA #2

*****
Q20 : Bagaimana cara menjawab kontribusi setelah studi bagi para pelamar ilmu- ilmu murni yang notabene memiliki dasar science for science? (Maksudnya adalah bahwa ilmu-ilmu murni memang manfaatnya tidak akan bisa dirasakan oleh masyarakat luas secara langsung seperti makan lalu kenyang)

Sama dengan di atas, anda bisa memulai dari arah profesi dan apa output dari profesi tersebut. Peneliti swasta, dosen, atau peneliti di pemerintahan?

Ilmu-ilmu murni pasti larinya ke research & publication. Next question, hasil riset ilmu murninya untuk apa? Jurnalnya dikemanakan? Ga mungkin sekedar jadi bungkus kacang kan? Hehe...

Sepemahaman saya, research & publication pada akhirnya akan memiliki peran sekurang-kurangnya 2 hal. Pertama, membuka pintu-pintu terobosan ilmu pengetahuan yang baru (remember string theory and how it explains the origin of universe?_ itu ilmu murni juga) karena pada dasarnya ilmu tidak bisa (dan seharusnya tidak boleh) berhenti berkembang. Kedua, fungsi pendidikan, menjadi pembaruan ilmu pengetahuan ke generasi-generasi berikutnya.

Research menjadi penyempurna ilmu/teori-teori yang telah lalu, yang kurang lengkap, yang memiliki ‘lubang’, sehingga mencegah generasi di masa depan terjebak pada scientific failure.

Tinggal anda lihat, seberapa pengembangan yang ada di bidang ilmu anda tersebut sekarang ini di Indonesia. Bagaimana kurangnya penelitian di bidang tersebut membuat Indonesia memiliki ketergantungan terhadap riset-riset dari luar. Apa jadinya jika riset anda dapat membantu pemerintah Indonesia dalam mengembangkan bahan ajar pendidikan, dst dst.

Jadi kuncinya anda jangan berhenti di ilmu nya saja, coba anda hubungkan dengan profesinya: Peneliti swasta, peneliti di pemerintahan, atau dosen. Di situ akan terlihat lebih riil bagaimana kontribusi ilmu anda tsb.

Q21 : Apakah ada tips untuk menjawab gap antara kualifikasi akademik dan kontribusi masyarakat?

Saya tidak yakin saya paham dengan yang anda maksud sebagai gap antara kualifikasi akademik dengan kontribusi masyarakat.

Namun berdasarkan pemahaman saya, satu-satunya jawaban atas gap tersebut adalah pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi (tentunya dengan kemauan yang keras dan usaha yang kuat) akan meningkatkan pula kompetensi kita, sehingga meningkat pula kontribusi kita bagi masyarakat. So, yes, LPDP is the answer for that question.

Q22 : Jika ditanya soal mengapa kita memilih menuntut ilmu "ini" ke luar negeri, padahal di dalam negeri ada dan tersedia, bagaimana cara Mas menjawabnya? (Seperti bidang ilmu saya, fisika, yang memang tersedia hampir di mana saja)

Anda jangan mau terjebak pada mindset ‘negeri’-nya, karena kita tidak belajar di ‘negeri’-nya, melainkan di ‘kampus’-nya. Maka menjawab pertanyaan tersebut, kembalikan saja, kenapa anda memilih kampus A bukan kampus B. Seandainya kampus A tersebut (dengan segala value yang menarik anda kesana) ada di sini atau di sana, pastinya kita akan tetap mengejar kampus tersebut, kan?

Q23: Bagaimana cara anda menjawab pertanyaan mengenai alasan mengapa memilih kampus tujuan anda di LN? Padahal ada kampus lain yang lebih unggul di bidang penelitian yang anda tawarkan? (Saya pernah dapat pertanyaan begini) Bagaimana cara menjawab yang pas antara mengakui bahwa level kita ada di kampus tujuan pilihan kita tapi tidak menjadi bumerang bagi kita para pelamar?

Never ever say that your ‘level’ is not in ‘that college’ level and ‘only’ in ‘this college level. Anda tidak tahu seberapa tersinggungnya reviewer anda dengan jawaban tersebut seandainya mereka kuliah di kampus ‘ini’ atau yang ‘lebih rendah’.

Lagi-lagi, anda perlu merefleksi diri kembali, hal-hal apa yang membuat anda tertarik ke kampus tersebut. Mungkin faktor professornya yang cocok dengan bidang anda (cari judul-judul karya tulis dosen di kampus tujuan anda, lihat seberapa cocok dengan anda), atau ‘peringkat prodi’ di Times Higher Education, atau hal-hal lain yang membuat universitas tersebut cocok dengan anda.

Intinya adalah ‘kecocokan’. Buktinya tidak semua awardee dalam interview ditanya: Kenapa kamu ga apply ke Harvard, Stanford atau Oxford?

Q24: Pengalaman organisasi Saya tidak terlalu banyak, apakah berpengaruh besar terhadap Proses wawancara Dan keputusan akhir beasiswa?

Bisa menjadi nilai tambah, tapi bukan penentu, karena tergantung juga pengalaman organisasinya sebagai apa. Kalo sebagai anggota, kurang menunjukkan peran yang besar atau pressure yang tinggi, ya relatif tidak menggambarkan kualitas seseorang. Juga pengalaman organisasinya linier atau tidak dengan bidang/kompetensinya. Semakin linier semakin baik. Kalau tidak pun, it’s not the end of the world. Cari kekuatan anda pada sisi yang lain. Exploit!

Q25 : To be frank, alasan saya memilih uni dalam negeri adalah pertimbangan keluarga. Bagaimana jika nanti mendapat pertanyaan seperti "kenapa ga pilih kampus luar negeri yang mungkin secara riset lebih bagus,dll?" haruskah menjawab jujur atau "ngeles" saja

Saya kurang paham detail dan kongkritnya pertimbangan keluarga ini se-urgent apa. Tapi secara umum jawaban tersebut boleh-boleh saja disampaikan. Namun sebaiknya dieksplorasi juga apa dampak/akibatnya terhadap studi jika kuliah LN dg keadaan keluarga tsb sehingga terlihat signifikansinya.

Selain itu, bisa diberikan tambahan penjelasan tentang research competitiveness nya Sains Kebumian ITB dan all other supporting aspects yang bisa improve kualitas studi Mbak April. Prinsip yang perlu diperhatikan mungkin adalah LPDP tidak menuntut kita untuk studi di kampus yang ‘terbaik’. Tapi kampus yang paling ‘cocok’ untuk kita. Baik cocok secara kompetensi, peluang pengembangan diri, fungsionalisasi riset, dan sebagainya, bahkan se-simple alasan di kota Birmingham lebih banyak masjidnya dibandingkan kota-kota lain di UK sehingga pendidikan saya akan lebih optimal (ini pengalaman salah satu teman PK saya pas ditanya kenapa memilih Birmie Univ).

Q26 : Jika universitas (dosen2) yg kita tuju dan instansi tempat kita bekerja sdh terjalin kerjasama dgn baik,apakah ini bisa dimanfaatkan sebagai pendukung kenapa kita memilih kampus tsb ?

Ini juga tergantung, kerjasama yang seperti apa. Kalau yg dimaksud terkait dengan fungsionalisasi/implementasi hasil riset secara langsung, saran saya justru ini jadikan alasan pertama dan utama.

Q27 : jika mendapat pertanyaan bagaimana jika diminta ganti uni/judul tesis,bagaimana cara yg baik untuk menjawab pertanyaan tsb?

Saran utama saya, stick to the plan, karena ini terkait dengan essay rencana kontribusi. Mengubah judul tesis/uni jangan2 malah mengubah rencana kontribusi. Makin berabe. Harusnya, pemilihan uni/judul riset sejak saat pendaftaran LPDP kan pasti ada pertimbangan2 substantifnya, termasuk perbandingan2nya (uni/prodi). Maka jika dalam interview diminta/disarankan ganti, jangan langsung diiyakan, sampaikan semua pertimbangan yang sudah dituliskan di essay.

Bisa jadi pertanyaan reviewer tersebut sekedar menguji apakah kita memilih uni/penelitian itu asal2an/tanpa pertimbangan matang. Kalau ybs menyebut univ ini univ itu lebih cocok penelitiannya untuk kita.

Trust me, their main point is to know if we're that easy to change mind. Lah kalo masih daftar saja pikirannya mudah berubah, ntar habis kuliah, habis biaya besar, tiba2 ganti bidang ilmu/profesi. Kan rugi... hehehe.

Q28 : Core  yang yang diharapkan LPDP untuk beasiswa jalur santri itu apa kira2? Asumsi saya, beasiswa ini dibuat tersendiri tentu tidak hanya untuk menampung Santri, tapi lebih dari itu. Kita harus memberikan kontribusi juga. Lalu kontribusi seperti apa? Apakah sama dengan jalur lain?

Saya kurang tahu persis karena di tahun saya belum ada beasiswa santri, jadi saya khawatir jawaban saya sifatnya hanya perkiraan saja.

Sebagai jalur afirmasi, saya kira hampir sama dengan afirmasi lain, yang arahnya yaitu empowerment, especially pada group2 tertentu yang dipandang memiliki potensi baik tapi belum teroptimalkan karena kurangnya akses.  That's the whole point of affirmative action, isn't it?

Apakah ada poin tertentu tentang kontribusi yang perlu ditambahkan menyesuaikan jalur afirmasinya? Saya kurang kompeten menjawab ini. Yang saya tahu terbatas misalnya beasiswa Indonesia Timur, what can we give back for East Indonesia development. Beasiswa PNS, apa kontribusi kita bagi satuan kerja/bidang profesi kita. lagi-lagi sudut pandangnya jangan hanya praktikal dan short term, tapi juga long term ya.

Q29 : Maaf kalau agak membingungkan. Apakah ada kemungkinan tim interview melihat bagaimana cara kita menjawab pertanyaan yang dberikan, dluar dari bidang akademik kita?

Pasti. Secara psikologis, ada gejala-gejala visual yang menjadi ciri orang yang sedang berdusta, orang yang tidak punya pendirian, orang yang tidak punya pandangan ke depan, dan sebagainya. Dan ini akan tampak dari bagaimana cara kita menjawab pertanyaan. Lagipula, LPDP mencari orang-orang yang sejalan dengan visi misinya LPDP itu sendiri. Jadi pasti mereka melakukan evaluasi attitude dalam proses interview.

Q30 : Jika kita orang yg agak nervous, bagaimana tips n trik menghadapi interviewer yang notabene kita baru kenal?

Prepare and Exercise. Anda tahu anda nervous, dan pastinya anda bisa cari cara kendalikan nervous. Jangan nervous itu yang mengendalikan diri anda dan menjadi penghalang mencapai impian anda.

Q31: Apakah beberapa pertanyaan yang diajukan pewawancara untuk kampus tujuan DN ada yang menggunakan b. Inggris ?

Ada. Bagi mereka yang tujuan studinya S2/S3 bahasa inggris, hehehe. Selain itu, setahu saya, DN menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan LN pun, yang saya alami, hanya 1 reviewer menggunakan bahasa inggris, 2 lainnya bahasa Indonesia.

Don't bother with language. Anda bisa minta izin di awal untuk jawab pake bahasa Indonesia. Kekurangan skor Inggris tidak membuat anda gagal interview. Anda sudah tiba di titik ini kan? pasti syarat skor TOEFL sudah terpenuhi.

Q32 : Bagaimana jika ada pertanyaan yg tdk bisa kita jawab. Entah karena isu/teori/kasus yg kurang familiar di telinga kita atau kurang pengetahuan akan hal itu dan lain2. Biasanya kalau sudah begini auto blank dan nampak setengah oon.. Nah bisa kasih tips trick Bagaimana harusnya kita bersikap? to the point saja mengakui tidak tahu jawabanya atau ttp berusaha merangkai kata untuk menjawab semampu kita?

Jangan terlihat oon atau blank ya, karena itu jadi salah satu indikator kalo kita emang betulan oon . Coba jawab secara global dulu. Paling aman, jawab secara normatif. Lalu, bilang aja dengan santai dan percaya diri bahwa  “untuk lebih detailnya mohon maaf saya belum menelusuri lebih jauh lagi”.

Kalo kita berkali-kali memberikan jawaban semacam itu, insya Allah kita sendiri akan paham kenapa kita ga lolos seleksi substansi yaa.

Q33 : Kak, program beasiswa LPDP ini kan dibagi dalam beberapa program. Apakah ada program-program tertentu misalnya afirmasi, targeted or reguler yg lebih besar peluang utk diterima beasiswa? Trs arti targeted grup apa ya kak, secara spesifiknya?

Artinya itu adalah kelompok-kelompok yang memang secara khusus ditarget untuk lebih diberdayakan. Afirmasi dan targeted group memang memiliki peluang kelolosan lebih besar karena kuotanya lebih besar. Sedangkan reguler peluang kelolosan mungkin sedikit lebih sulit karena tingkat kompetisi yang tinggi, kuota yang dibatasi dan passing grade yang tinggi.

Fun fact, tahun 2018 kuota reguler maupun affirmasi tidak terpenuhi, masih banyak yang kosong. Artinya, CA yang tidak lolos bukan karena mereka kalah kompetisi dengan sesama CA, melainkan mereka ga lolos passing grade.

So, there are plenty of space for you all. Teman-teman ga perlu narrow minded, menganggap sesama kalian adalah saingan, sikut2an, bunuh2an satu sama lain  menutup informasi, ga mau sharing, dsb. Trust me, justru attitude seperti itu yang bisa jadi bikin kita ga lolos.

You don’t compete each other. You compete with yourself !!

Q34: Apakah pertanyaan oleh interviewer yg berbeda2 ini sama utk semua program dan standar pertanyaan oleh LPDP atau tergantung oleh interviewernya sendiri?

Sepemahaman saya, LPDP kasih panduan, tim reviewer boleh mengembangkan sesuai profile masing2 CA. Dan di antara mereka tetap ada akuntabilitas karena setiap hari setelah all sesi interview di hari itu selesai, tim reviewer akan diskusi memutuskan skor tiap CA serta justifikasinya. Reviewer yang tidak reliable akan dievaluasi dan ‘tidak dipakai lagi’.

Q35 : Bisakah kk sharing jika ada checklist poin2 penilaian wawancara yg pasti ada nilainya,misalnya dari segi penampilan, pengetahuan, sikap, integritas, dll dari sudut pandang lpdp?

Seandainya saya punya ini, mungkin saya bisa menghemat waktu kita hehehe... Plus, tingkat kelolosan calon awardee mungkin langsung melonjak menjadi 99%.

Q36: Bagaimana cara menghadapi interviewer yg killer? Yg sptnya tidak bisa menerima semua yg kita jelaskan? Krn pernah baca sharing awardee dapat interviewer killer, babat habis penjelasannya tapi jadi awardee.Trus ada juga yg ga jadi awardee.

Ybs menjadi ‘killer’ mungkin atas beberapa alasan. Pertama, bisa jadi memang untuk sekedar berbagi tugas dengan tim reviewernya yang lain (Bad Cop, Good Cop). Kedua, bisa jadi karena jawaban kita yang muter-muter ga jelas bikin beliaunya gemes sendiri.

Jika ada yang ga lolos interview merasa karena dapat reviewer yang ‘killer’, ya itu berarti dianya yang ga siap untuk handle situasi penuh tekanan. Cara menghadapinya bagaimana? Tegak sekokoh gunung, tenang setenang danau. Prepare. Exercise. Pray.

Q37 : Bolehkah share daftar 50 pertanyaan yang disiapkan oleh Mas Andri?

Waaahhh... sudah saya bakar... hahaha..

Setelah interview selesai, saya pulang itu merasa down, karena reaksi dari reviewer: 2 orang tidak terbaca reaksinya, 1 orang yang eyel2an dengan saya reaksinya kurang menggembirakan. Jadi, sepulang dari interview, semua berkas saya beresi, saya sembunyikan, list itu saya buang, aplikasi ke kampus saya stop, tidak diteruskan, saya bismillah moveon anggap LPDP kenangan masa lalu. Eh, tau-taunya,tgl 28 Desember pengumuman malah lolos.

Q38 : berhubung sy sudah berkeluarga dan beranak Pinak,kira2 jawaban apa yg sebenernya ingin didengar oleh LPDP jika saja di antara pewawancara ada yg bertanya,pilih keluarga atau sekolah?

Pertanyaan macam apa ini? Jawaban substansi, ya saya jawab keluarga lah.. Pendidikan bisa dikejar dari sini dan sana, selesai 2-4 tahun paling lama. keluarga untuk selamanya, ga bisa dicari dimana2.

Jawaban substansi no 2 (eh iya ini ditanyakan saat saya interview ding!) saya jawab, Alhamdulillah di kenyataan hidup, saya tidak perlu memilih antara dua hal ini. justru keberadaan saya disini adalah karena faktor support keluarga saya paling utama.

Memang orang seperti kita2 ini konyol mbak, sudah punya buntut masih saja pingin ngejar sekolah. Tapi yang konyol2 gini biasanya justru salah satunya yang bisa buat perubahan, karena tahu bener what it means to be in total pressure and dealing with dilemmas in every single day.

Mewek boleh, tapi jawaban pas interview tetep harus lancar dan penuh senyuman. kapan lagi menangis sambil tersenyum. Wkwkwk.

Demikian.

Semoga sharingnya bisa memberi sedikit tambahan pengetahuan bagi teman2 dalam mempersiapkan interview. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, hehehe
saya juga ucapkan terima kasih atas inisiatif teman2 semua. saya jadi punya teman dan saudara baru yang punya visi yang sama untuk membangun Indonesia. terima kasih doanya. semua doa baik akan kembali pada teman2 juga.

*Disclaimer*
“Semua jawaban ini adalah apa yang bisa diambil/dipetik dari apa yang dialami dan ya diamati oleh narasumber. Setiap awardee sangat mungkin memiliki pandangan, prinsip dan cara yang berbeda2, dipengaruhi variabel dan konteks yang complicated  sehingga it might work or not at some points”

****
Nah, sudah dapat gambaran? Pasti dong. Semoga bermanfaat ya teman-teman.
Semoga kita terus bisa menyebarkan kebaikan dimanapun berada.
SEMOGA RIDHO ALLAH SENANTIASA MENYERTAI..
Newer Posts Older Posts Home

WELCOME ABOARD!

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Makalrambot Lipu (Teringat Kampung Halaman)
    Lagu-lagu daerah Tolitoli cukup banyak yang menceritakan kerinduan seorang perantau terhadap kampung halamannya, termasuk lagu Makalrambot L...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Tinga Kinaaku (Suara hatiku)
    Naah, ini adalah salah satu lagu yang sangat terkenal juga di Tolitoli. Judulnya adalah " Tinga Kinaaku" , atau bisa diartikan seb...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Lutungan (Patriot Baolan)
    Nah, lagu ini adalah salah satu lagu fenomenal kota Tolitoli karena sering dinyanyikan dalam acara-acara kedaerahan, pun sering juga diperke...
  • 8 Alasan Kenapa Kamu Harus Ikut Event
    Rukmana (Delegasi Sulawesi Tengah) di  Indonesian Culture and Nationalism 2015 - Galeri Nasional Indonesia - Jakarta Pemuda dan mah...
  • Kata Kerja Transitif dan Intransitif, Apa Bedanya ?
    Materi Grammar atau aturan penulisan adalah salah satu materi utama dalam belajar bahasa Inggris. Materi verb atau kata kerja pada bagian...
  • CERITA LPDP : Jadi, sebenarnya begini...
    Pada hari itu, Selasa, 14 Agustus 2019, hanya ada perasaan sangat puas ketika keluar dari ruang wawancara 1 yang kata kebanyakan orang...
  • FORUM KAJIAN MUSLIMAH DI KAMPUNG INGGRIS
    Kesulitan Menemukan Forum-Forum Kajian Muslimah adalah salah satu hal yang sering dirasakan oleh sebagian besar orang ketika berada di kamp...
  • CERITA LPDP : Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat, Bebas Narkoba dan Bebas TBC di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare Kediri (64212)
    Salah satu dari beberapa hal penting yang harus disiapkan dalam proses pendaftaran beasiswa LPDP, khususnya untuk tahap awal atau tahap SE...
  • Teman Seperjalanan
    Keberanian bukanlah tentang menghilangkan rasa takut. Tapi keberanian adalah ketika kita tetap melangkah, meski hati penuh keraguan, meski s...
  • SHARING AWARDEE : Persiapan Seleksi Wawancara LPDP bersama Kak RH. Andriansyah #1
    Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh.. Hey, you all, scholarship hunters, LPDP fighters.. Untuk apply sebuah beasiswa adalah se...

Categories

Beasiswa 6 Catatan 39 Cerita Saya 38 English Article 2 Kampung Inggris Pare 16 Pojok Umum 33 Refleksi 22 Tentang Toli-toli 8

Blog Archive

  • ►  2025 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (3)
    • ►  May (3)
  • ►  2022 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (7)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2019 (11)
    • ▼  December (2)
      • Pensiun dari Kebaikan
      • Kamu Seorang Pengecut ?
    • ►  October (5)
      • CERITA LPDP : 15 Tips Menghadapi Seleksi Wawancara...
      • SHARING AWARDEE : Persiapan Seleksi Wawancara LPDP...
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2018 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (32)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2015 (24)
    • ►  December (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  August (1)

Total Pageviews

Contact Form

Name

Email *

Message *

Featured Post

Memaafkan atau dimaafkan bukanlah perihal mana yang lebih baik. Keduanya adalah dua hal yang sama-sama membutuhkan keikhlasan. Kita dilatih ...

rukmana.rs

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates