A Learner's Journal
  • HOME
  • GENERAL
  • REFLEKSI
  • CERITA SAYA
  • CATATAN
  • BICARA LINGKUNGAN
  • ABOUT ME

Sudah sekitar pukul 08.00 malam. Cuaca mendadak tak bersahabat. Gerimis mulai berjatuhan sementara tujuan masih sekitar 100 km lagi. Ripda, temanku semakin memacu kecepatan berharap ada perkampungan di hadapan kami, dan berharap gerimis semakin memudar. Sayangnya, kami salah. Hujan malah semakin deras dan memaksa kami singgah di sebuah kios sesaat sebelum memasuki desa Malala, memakai mantel dan menutupi barang bawaan dengan kentongan.

Perjalanan baru setengah jalan. Hujan tak ada pengertian sedikitpun. Keputusan untuk bernaung lebih lama batal. Akhirnya, kami memilih menerobos lebatnya guyuran hujan malam itu agar bisa sesegera mungkin sampai di tempat tujuan, rumahnya Rahmat di desa Ogotua.

Kami baru sampai sekitar pukul 11.00 malam (kalo tidak salah) dalam keadaan basah kuyup. Sedikit beruntung, mantel windbreaker  yang saya gunakan di bagian dalam sangat membantu. Meski bagian bawah gamis basah, tetap saja saya tidak merasa kedinginan yang berarti.

Berbeda dengan temanku Ripda. Dia sangat kedinginan, makanya langsung berganti pakaian sesaat ketika sampai. Sementara saya, saya masih bisa menikmati tidur beberapa saat tanpa berganti pakaian (karna malas bongkar tas dan emang bawa baju hanya 3 pasang 😂). Ga masuk angin? Untungnya tidak, karena saya manusia angin wkwkwk. Etapi, serius.. saya bersyukur menjadi salah satu orang yang cukup toleran dengan dingin.

Di rumahnya, Rahmat dan keluarganya sudah menunggu kedatangan kami. Kami langsung disambut dengan teh hangat dan makan (larut) malam.

***

Salah satu cara menikmati perjalanan adalah mensyukuri dan memetik hikmah dari hal yang terjadi setiap jengkalnya. Salah satu bagian yang paling kusenangi dari setiap perjalanan adalah bertemu dengan orang baru dan membangun relasi yang diproyeksikan untuk berbagai peluang agenda kebaikan.

Banyak orang yang full of energy menebar kebaikan kutemui dalam perjalanan kali ini, disini, desa Ogotua. Sebut saja Rahmat sebagai yang pertama. Rahmat ini adalah teman dari temanku, Ripda, yang akhirnya juga menjadi temanku sekarang. Pemuda lokal yang mau menjadi "Sarjana Kampung" alias pasca usai sarjana langsung kembali dan mengabdi di kampung halaman. Pun bermimpi besar menggerakkan pemuda setempat ke arah kebaikan, sampe-sampe Ia membentuk komunitas hijrah dampal Utara. Salut pokoknya. Atau sebut saja Hasrul dan juga Pak Guru Syarif. Pemuda yang juga tak kalah bersemangatnya untuk membangun daerah tersebut. Dua orang humoris yang selalu membuat rahang tak pernah istirahat karna berbagai lelucon lucu mereka.

Dermaga Pulau Lingayan

Beberapa hari berada disana dengan sambutan mereka, membuatku merasa nyaman dan diterima. Kami sempat berkunjung ke pulau Lingayan dengan segala dramanya hingga tidur di dermaga di area wisata di pulau tersebut. Untung si Hasrul sebagai anak Ogotua yang sangat kenal baik dengan warga di Lingayan, yang membuat kami memperoleh banyak kemudahan selama di pulau. Dipinjami motor untuk mobilisasi di pulau, misalnya. Meski pada akhirnya, motornya juga tidak terpakai.

Motor warga yang dipinjamkan

Rumput laut hasil panen rumput laut keluarga angkat Ripda

Nemu warga yang punya pohon jambu dan lagi berbuah
Bersama anak-anak di rumah belajar (rumah belajarnya tepat di belakang kami)
Langkah Kakiku, Ripda dan Hasrul

Bukan hanya itu, bersama Pak Guru Syarif dan Rahmat, kami juga sempat berkunjung ke salah satu pondok belajar anak-anak di desa Kabinuang dan sempat mengadakan belajar bersama dan sharing kecil-kecilan disana.

Pokoknya. Persinggahan ini sangat berkesan!

Kami memang dalam perjalanan menuju Palu. Kami sengaja memilih singgah di desa Ogotua ini dimama tujuan utamanya adalah untuk melakukan survei atas sebuat masjid di dusun Bigalo. Masjid yang telah direncanakan pebangunannya bertahun-tahun lalu tapi belum terealisasi. Kami ingin melakukan survei dan berharap bisa menjadi mediator para donatur untuk menyelesaikannya.


Proses survei masjid

Semoga niat ini diridhoi Allah!

Aku mungkin termasuk satu dari banyak orang yang kalo mau ngapa-ngapain seringkali unpredictable, termasuk hari ini. Tidak ada rencana apapun terbesit sebelumnya selain mengantarkan novel "Novus Ordo Seclorum" ke rumah temanku di Laulalang, Ripda, untuk dikirimkan ke pemilik aslinya yang ada di Makassar via JnT. Jarak dari rumahku ke rumahnya pun cukup jauh, sekitar 30 km.

Aku berangkat sekitar jam 8 pagi, dan sampai di tempat tujuan, kampung temanku, sekitar jam 9 pagi karena memang kupasang perjalanan mode santai dengan mengendarai si merah, motor matic yang menemaniku selama kuliah. 

Rencana awal aku hanya akan menyerahkan buku dan langsung bersiap kembali pulang ke rumah, Pinjan. Tapi, temanku mencegah dan mengajakku untuk tinggal beberapa saat lagi karna akan ada acara syukuran kecil-kecilan di rumahnya. 

"Yuk makan dulu baru pulang" ajaknya.

"Baiklah.." Jawabku tanpa pikir panjang.

...

Acara syukuran tidak berlangsung lama. Setelahnya, aku langsung makan sambil bercerita panjang lebar dengannya. Siapa sangka perbincangan panjang itu membuatku memutuskan untuk memulai perjalanan tak terduga ini.

Aku baru pulang ke rumah ba'da sholat jumat, akhirnya. Temanku membersamai hingga ke Pinjan karena kami akan berangkat ke kota Palu menggunakan kendaraan roda dua miliknya. Sekaligus, aku juga ingin berpamitan dengan orang tuaku di rumah. 

Mama sempat kaget dengan rencana dan keputusanku yang tiba-tiba. Namun, Ia tetap memberi izin.

Sebelum berangkat Ibu sempat menegur

"Kok tasnya besar sekali ? Mau lama?"

"Tidak ma, paling semingguan..  Ini isinya cuma 3 pasang baju"

"Oh, baiklah.. Hati-hati di jalan!"

Pungkas Ibu yang ternyata diam-diam sudah berpesan ke Ripda agar dicarikan bibit bunga yang sedang viral se-Indonesia itu. Iya, bunga seperti jenis Aglaonema, Keladi, Sansevieria. Mama minta untuk dibawakan jika kami menemukannya dalam perjalanan.

...

Sekitar jam 14.00 WITA, kami berangkat dari Pinjan dan perjalanan telah dimulai. Perjalanan nekat dan very-low-budget. Bismillah, let's go..

----------------------
13 Nopember 2020


Taman baca impian…

Sejak masih duduk di bangku kuliah, cita-cita untuk bisa memiliki sebuah taman baca impian atau sederhananya perpustakaan mini di kampung, paling minimal di rumah.  Besar harapa agar buku-buku yang tersedia disana bisa bermanfaat untuk penduduk disana, mampu menjadi tempat nongkrong bernutrisi untuk orang-orang dikampung.

 

Beli buku pake uang beasiswa…

Atas dasar niat itulah akhirnya saya selalu menganggarkan sejumkah uang dari beasiswa untuk membeli buku-buku baik sesuai minat  ataupun buku yang lainnya, minimal 1-2 buku per bulan. Walau faktanya koleksi buku saya kebanyakan buku tentang motivasi dan self-improvement. Maka jelaslah, PR saya kedepannya masih banyak. Melengkapi koleksi dengan tema yang lebih beragam.

 

Beberapa tahun berlalu, mimpi kecil ini masih terbelenggu akibat kesibukan wara wiri. Memang, semua buku-buku selama kuliah sudah terkumpul dirumah, tapi belum tertata rapi. Masih bingung juga harus saya tempatkan dimana sebelum saya putuskan untuk meletakkannya tepat di ruang tengah, di pojokan, berhadapan dengan TV.

 

Nyimpan buku di ruang tengah..

Awalnya agak sangsi untuk menempatkan buku-buku ini d ruang tengah, karena ini adalah ruang yang cukup terbuka di rumah, siapapun yang dating pasti langsung melihat, banyak yang lalu-lalang terutama krucils. Khawatirlah pasti, jangan sampai mereka merusak buku-buku kesayangan saya ini wkwkwk apalagi selalu saya tinggal dalam jangka waktu yang tidak singkat..

 

Ada buku yang dibaca..

Beberapa waktu akhirnya saya pulang setelah 7 bulan tidak di rumah. Seperti biasa saya akan mendengar banyak cerita dari Ibu tentang apa yang terjadi di rumah selama itu.

 

“Oiya, selama kamu disana, itu ada tante-tantemu yang datang dan lihat-lihat bukumu. Awalnya mereka hanya lihat-lihat tapi lama kelamaan dia mulai baca. Kadang ambil satu buku dibawa pulang ke rumahnya. Terus pas sudah selesai dibaca, dikembalikan, baru ambil lagi yang baru. Begitu seterusnya..”

 

“Oh gitu ya ma. Terus-terus…”

 

“Iya. Kadang Papa Devi juga datang pinjam terutama yang buku-buku agama”

 

Dari sini saya mulai sadar kalau sebenarnya buku-buku yang saya tata ditempat yang mudah terlihat ini ada gunanya juga dibanding hanya tersimpan di kamar atau kardus.

 

Bahagia sesederhana ini…

Saya semakin sadar, untuk mewujudkan impian saya itu bisa dimulai dari hal sederhana ini. Tujuan utamanya agar dibaca oleh banyak orang, dan perlahan keluarga mulai “tertarik” dengan pajangan buku di rumah, walaupun banyak juga masih sekedar lihat-lihat sambil bilang ke anaknya :

 

“Nanti kalo besar rajin-rajin baca buku ee”

 

Rasanya? Bahagialah melihat pemandangan itu. Sesimpel itu ternyata sudah buat Bahagia.

 

Lantas, langkah selanjutnya?

Kalau lagi di rumah, kebetulah saya selalu dibuntuti oleh 2 krucils, Diva (Kelas 2 SD) dan Nazia (Kelas 1 SD), dan kadang-kadang Reza (Kelas 4 SD) dan Rizal (Masih PAUD) (kalo ini sih banyak ngerusuhnya wkwkwk). Dikesempatan ini, sayamulai memperkenalkan dan mendekatkan mereka pada buku, mulai melibatkan mereka dalam menata buku-buku di rak misalnya atau sekedar membuka lembaran-lembaran buku. Untungnya juga, ada beberapa buku yang friendly untuk anak-anak seusia mereka shingga mereka mudah diarahkan. 

Oiya saya mengajak mereka belajar di rumah saat tak punya kelas belajar dengan guru mereka di rumah selama pandemic Covid-19 ini.



Yang paling pokok adalah ketika mereka datang langsung saya arahkan pada buku, bagaimanapun caranya.


Kadang mereka merasa takjub dengan buku-buku tersebut.

 

Diva dan Nazya (Itu sampe putih kayak adonan karna mereka sendiri yang iseng pake bedak sampe setebal itu, wkwkwk) 

“Wih, bukunya banyak.. Punya kakak semua ini? (pasang ekspresi kaget)”

 

“Memangnya sdh abis dibaca semua ini?”

 (Belomlah dek, saya saja masih berjuang  :D)

 

Disini, saya pengen tekankan bahwa yang terpenting adalah membiarkan mereka terpapar buku-buku dulu. Lama kelamaan, pasti mereka akhirnya penasaran sendiri, mulai membaca, jatuh hati dan pada puncaknya akan menjadi habit yang akan terus melekat..

 

Gak khawatir bukunya di rusak anak-anak?

Khawatir sih iya. Tapi saya yakin kalo dikontrol dengan baik pasti aman kok. Kalo di pengalaman saya pribadi, kebetulan anak-anaknya sudah bisa diarahkan. Kalo emang masih terlalu dini, yaa penataannya harus lebih kreatif agar tidak mudah dijangkaku anak-anak dan bukunya cacat.

 

Gimana kalo bukunya gak dikembaliin?

Nah, ini masalah nih. Maka, sebaiknya buat pencatatan yang baik agar kalo si reader lupa mengembalikan kita bisa memintanya kembali dengan cara baik-baik. Kalo emang bukunya sudah ga ada, yaa harus ikhlaskan. Semoga ada yang menemukan dan membacanya.

 

Nah, emang untuk mewujudkan impian kita tidak selalu mudah, namun bisa kita mulai dengan melibatkan orang-orang terdekat kita.

 

Bismillahirrahmaanirrahiim…



Pernah gak kita ngerasa kepo maksimal dengan kehidupan seseorang ? (Kalo saya sih.. Pernahlah.. tapi duluuu ckckck) Kita kok seolah penasaran banget melihat aktivitas orang lain yang antimainstream dari orang lain pada umumnya, yang kelihatannya santai, travelling sana sini, gak ngantor, dll. Sampai akhirnya kita sampai pada asumsi bahwa ngapain sih orang tersebut spending terlalu banyak waktu hanya untuk hal-hal yang kita anggap useless seperti itu.

Kita akhirnya geram sendiri dengan kehidupan mereka. Men-judge mereka gak punya tujuan hidup yang jelas. Akibatnya, jika mereka adalah orang terdekat kita pasti kita akan sangat sibuk untuk men-direct mereka pada tujuan yang menurut kita adalah “yang terbaik”. Padahal tidak ada jaminan bahwa itu adalah sesuai dengan values atau visi hidup mereka. Kita seringkali memaksakan takaran personal untuk diterapkan dalam hidup orang lain.


Kita hampir melupa atau sengaja pura-pura lupa bahwa tidak semua orang mau menceritakan planning besar dalam hidupnya ke kita, sekalipun kita adalah orang terdekat dia. Jadi, mending focus pada goal pribadi kita. Lagipula, setiap orang pasti punya tantangannya masing-masing.


Yaa. Bolehlah memberi pandangan tapi arahnya bukan langsung men-judge semau hati padahal mungkin kita hanya tahu kulit-kulitnya saja dari rencana hidup mereka. Bantulah dengan doa semoga ikhtiar mereka dimudahkan jalan-Nya.


Kalo sebaliknya gimana? Pernah gak pada posisi menjadi orang yang dikomentarin? Rasanya rasanya?


Pernah banget dan itu rada nyessek dong. Pernah dan sering diprotes karna pengennya sekolah, sekolah dan lanjut sekolah terus dan sempat dengar komentar bahwa “gak punya tujuan yang jelas”.


Banyak yang bilang ntar sia-sia saja kamu lanjut sekolah terus, mending kamu diam di kampung, daftarCdaftar (mumpung ada orang dalam katanya) biar bisa bantu keluarga.. Atau.. Ada juga yang bilang bahwa  usia kamu nambah terus loh tiap hari tapi ga nikah-nikah, yang lebih muda dari kamu saja rata-rata udah berkeluarga dan punya lebih dari satu anak, nah kamu ? Pacar mana pacar? Pacar aja ga punya. Jalan terus saja sana sini.. Ya wajarlah jodohnya ga datang-datang.


Itulah beberapa cuitan yang paling sering terdengar..


Sayangnya, mereka semua adalah orang yang tidak memahami ku sepenuhnya, tentang  seseorang yang selalunya mau berjuang diam-diam, tidak ingin disoroti, yang gamau banyak ngomong ke orang-orang selagi targetnya belum tercapai.. Iya tetap ngomong sih ke beberapa orang terdekat yang dianggap bisas dipercaya.


Mereka gak paham hal besar yang tengah kita perjuangkan dengan menjalani pilihan saat ini, studi pada setiap jenjangnya. Mereka gak paham bagaimana kita berusaha untuk menempuh jalan yang sebenar-benarnya untuk sebuah posisi pekerjaan terlebih jika itu jabatan seumur hidup. Mereka gak paham seberapa keras kita berusaha agar jalan menuju pernikahan yang kita impikan adalah jalan yang baik dan benar yang diridhoi Tuhannya.


Nah, kita akhirnya paham bagaimana buah dari giringan opini miring yang bisa jadi kita temui. Irritating. Jadi, sebaiknya aktifkan rem diri sebelum mengomentari apalagi menghakimi kehidupan orang lain. Jadilah bijak, saling menghargai. Setiap orang berhak menetapkan circles dan boundaries dalam hidupnya.


(Menulis sebentar di 03 September 2020)

Pukul 12.05 p.m. - WITA

Staff photo by Nicolaus Czarnecki/MediaNews Group/Boston Herald
Recently, the pandemic of Corona Viruses has been rapidly spread worldwide so that most believe that the best way for reducing this issue is by staying at the current location, particularly for students pursuing their education far away from home, even abroad. I personally disagree with this due to the physical and mental conditions of the students that have to be maintained. This essay will discuss the effects in physical conditions, such as eating habit and sedentary lifestyle and afterwards the mental impacts like loneliness and anxiety.

On the one hand, corona pandemic has gradually changed some of students eating habits. Honestly, this situation should switch them to consume more healthy foods, such as vegetable supplying nutrients for the body and strengthen the immune system but the condition is vice versa. Students, particularly those having no ability to cook, are more likely to stock shelf-stable food or instant food, which is always associated to unhealthy food, to consume along the pandemic. Inevitably, it also imposes students to stay at home causing the inclination of utilizing online services for buying; henceforth it will likely undermine their working out routines, then changing them to be sedentariers  resulting in obesity. 


On the other hand, mental health is also one of the important considerations for students who decide to return to their hometown. Feeling insecurity and anxiety owing to loneliness  during the pandemic can be more dangerous than infected by the Covid-19. Students isolate themselves only in a small room in their boarding house, the place where majority students live, make no direct-interaction to the vicinity, and have no family to support and interact. It time by time will irritate them, afterwards bring them to huge loneliness that might affect their performance in workplace or school although it is merely online. In addition, those who stay at the red-flagged area and always follow all updated-covid19-news whether good news or not, are too vulnerable to suffer anxiety attack because none can pacify them. Finally, they are more possessed by the negative emotions.


As a conclusion, owing to the spreading of the Covid-19 Viruses, it does not mean the students should stay where they are, in their current situation. By staying at their current location, students might experience the awful physical condition due to the lack of foods and activities, as well as the terrible psychological condition that affects their mental health. Therefore, to reduce virus transmission, the students should obey all safety regulation arranged by the government when travelling back to hometown and also keep maintaining their physical and mental health everywhere and every time.

Lagu Potulrumo Dedekku (Tidurlah Anakku) ini bercerita tentang seorang Ibu yang berusaha menidurkan anaknya yang terus menangis ketika Ayahnya sedang pergi melaut. Silahkan dengarkan lagunya disini.



Potulrumo dedekku kaasi
Tidurlah anakku

Potulrumo kiloman mata
Tidurlah, pejamkan matamu

I amangmu nalrako mbang dei sasik
Ayahmu sedang pergi melaut

Kodong mpossumboo kita dedek
Mencari nafkah untuk kehidupan kita


Dedekku kaasi kena mosumangitna
Anakku, janganlah menangis

Inangmu tatakin dei impidmu
Ibu menemani di sampingmu

Potulrumo dedekku kaasi
Tidurlah anakku

I amangmu damo bubulri ai
Ayahmu pasti segera pulang


Pongupianmo mongopolre dedekku
Bermimpilah yang indah anakku

Dongnamo susata talribta
Biarlah derita ini kita hadapi

I amang-inangmu tataakin doa
Ayah dan Ibumu senantiasa berdoa

Mogolre doa possumboo dong masanang
Berdoa memohon kehidupan yang lebih baik


*Disclaimer :

Ini diterjemahkan berdasarkan pengetahuan saya pribadi sebagai salah satu (agak) native speaker Bahasa Tolitoli ðŸ™‹.. Sengaja tulis ini karna rasanya sekarang masih agak sulit menemukan lirik lagu-lagu daerah Tolitoli (apalagi beserta artinya) di dunia per-google-an.. Oiya, saya sangat terbuka dengan saran dan kritik teman-teman yang mungkin sedikit banyak lebih paham dengan Bahasa Tolitoli atau "Tinga Totolri" ini.  Yuk yuk, kita lestarikan Bahasa Tolitoli kita ini...



It is undeniable that recently facts in some countries visualize  the small number of pupils  learning science subject. This issue is led by two core reasons and has several  impacts on people social life.

In terms of cause, an assumption saying that science is difficult course might be the first possible reason. Due to the study conducted by several scientists in the US, it is revealed that science is the most intricate subject to study amongst others. Studying scientific field like chemistry, physics, and astronomy becomes hard as it is too emotionally and physically demanding course, especially for cognitive skills, which forces students to do analyses and interpretation, even it in turn has them stay a whole day in laboratory . As a consequence of this phenomenon,  this belief encourages people’s reluctance to learn science in schools. Time by time, this opinion spreads widely, increases insecurity, and make people assume that only intelligent human being can apply for this subject. Unfortunately, this becomes inherent.

Another prospective cause is the circumstances which might not be science-oriented. The researchers also believe that preference on specific subject can be heritable so that  If someone did not live in the area surrounded by scientific atmosphere such as watching scientific TV program regularly and carrying out severe experiments, it would lead them out of science. This issue is then responsible for the lack number of scientist. In this case, most will be more tempted to study for what they are familiar with such as history, art, media, and humanity, while science as the equally crucial knowledge is left far behind. In the end, the possibility to result in new scientists would slightly disappear.

In conclusion, science is not the popular subject at schools due to its difficulties, which lead to reluctance in society,  and its unpopularity in surroundings, which could worsen the quantity of science experts.

Newer Posts Older Posts Home

WELCOME ABOARD!

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Makalrambot Lipu (Teringat Kampung Halaman)
    Lagu-lagu daerah Tolitoli cukup banyak yang menceritakan kerinduan seorang perantau terhadap kampung halamannya, termasuk lagu Makalrambot L...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Tinga Kinaaku (Suara hatiku)
    Naah, ini adalah salah satu lagu yang sangat terkenal juga di Tolitoli. Judulnya adalah " Tinga Kinaaku" , atau bisa diartikan seb...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Lutungan (Patriot Baolan)
    Nah, lagu ini adalah salah satu lagu fenomenal kota Tolitoli karena sering dinyanyikan dalam acara-acara kedaerahan, pun sering juga diperke...
  • 8 Alasan Kenapa Kamu Harus Ikut Event
    Rukmana (Delegasi Sulawesi Tengah) di  Indonesian Culture and Nationalism 2015 - Galeri Nasional Indonesia - Jakarta Pemuda dan mah...
  • Kata Kerja Transitif dan Intransitif, Apa Bedanya ?
    Materi Grammar atau aturan penulisan adalah salah satu materi utama dalam belajar bahasa Inggris. Materi verb atau kata kerja pada bagian...
  • CERITA LPDP : Jadi, sebenarnya begini...
    Pada hari itu, Selasa, 14 Agustus 2019, hanya ada perasaan sangat puas ketika keluar dari ruang wawancara 1 yang kata kebanyakan orang...
  • FORUM KAJIAN MUSLIMAH DI KAMPUNG INGGRIS
    Kesulitan Menemukan Forum-Forum Kajian Muslimah adalah salah satu hal yang sering dirasakan oleh sebagian besar orang ketika berada di kamp...
  • CERITA LPDP : Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat, Bebas Narkoba dan Bebas TBC di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare Kediri (64212)
    Salah satu dari beberapa hal penting yang harus disiapkan dalam proses pendaftaran beasiswa LPDP, khususnya untuk tahap awal atau tahap SE...
  • Teman Seperjalanan
    Keberanian bukanlah tentang menghilangkan rasa takut. Tapi keberanian adalah ketika kita tetap melangkah, meski hati penuh keraguan, meski s...
  • SHARING AWARDEE : Persiapan Seleksi Wawancara LPDP bersama Kak RH. Andriansyah #1
    Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh.. Hey, you all, scholarship hunters, LPDP fighters.. Untuk apply sebuah beasiswa adalah se...

Categories

Beasiswa 6 Catatan 39 Cerita Saya 38 English Article 2 Kampung Inggris Pare 16 Pojok Umum 33 Refleksi 22 Tentang Toli-toli 8

Blog Archive

  • ►  2025 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (3)
    • ►  May (3)
  • ►  2022 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (7)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (2)
  • ▼  2020 (7)
    • ▼  November (2)
      • Perjalanan Tak Terduga #2 : Ogotua
      • Perjalanan Tak Terduga #1 : Pinjan Laulalang
    • ►  September (2)
      • Taman Baca Impian
      • Menakar Hidup Orang Lain
    • ►  April (1)
      • Going Home is Forbidden, What are the Effects on S...
    • ►  March (1)
      • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Potulrumo Dedek...
    • ►  January (1)
      • Why do Children Have to Study Science Subject?
  • ►  2019 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2018 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (32)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2015 (24)
    • ►  December (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  August (1)

Total Pageviews

Contact Form

Name

Email *

Message *

Featured Post

Memaafkan atau dimaafkan bukanlah perihal mana yang lebih baik. Keduanya adalah dua hal yang sama-sama membutuhkan keikhlasan. Kita dilatih ...

rukmana.rs

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates