Hari ini adalah hari ketiga kami di Istanbul, Turkey. Eyüp Sultan camii adalah tujuan utama kami hari ini. Berdasarkan sejarah, masjid ini adalah masjid pertama yang dibangun setelah Emperium Usmaniyah menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 dan menggankti nama Konstantinopel menjadi Istanbul, yang dimaksudnya sebagai bentuk penghormatan kepada Ayub Al-Anshari r.a. Tapii, tulisan ini belum akan membahas sejarah masjid ini by the way, karena penulis masih sedang dalam proses literatur review untuk memahami lebih dalam tentang sejarah masjid ini termasuk sejarah penaklukan Konstantinopel secara lebih detail.. Takut salah ngomong... ckckck..
Anyway, metro adalah pilihan transportasi kami hari ini, yaa hitung-hitung nambah pengalaman naik metro di Istanbul. Tentu saja, karena akan menaiki metro maka kami harus mempunyai Istanbul Card. Awalnya, kami pikir bahwa satu kartu bisa digunakan oleh beberapa orang. Tetapi rupanya kami salah karena ternyata setiap kami harus memiliki kartu masing-masing..
Istanbul Card kini sudah di tangan setelah mendapatkan bantuan dari mba-mba di area ticket machine. Sebenarnya bisa aja sih melakukannya sendirian tetapi untuk lebih memudahkan kenapa, tidak meminta bantuan mbaknya. Kami membeli 3 Istanbul Card dan di top up masing-masing sekitar 10 lira.
Waktu itu kami menunggu metro di stasiun sultan ahmet. Jika kesulitan sebenarnya cukup mudah untuk mencari bantuan ketika kebingungan terutam di daerah-daerah banyak turis, termasuk kawasan sultan ahmet ini. Gimana enggak, orang ini terletak di dekat 2 iconic places of istanbul yaitu Sultan Ahmet Mosque atau Blue Mosque yang sekaligus berhadapan dengan Hagia Sofya. Mereka memakai baju berwarna biru yang bertuliskaan "how can I help you? (kalo ga salah, ini sedang mencoba mengingat ckckck)".
Yess. Waktunya berangkat. Kami bergegas menuju halte dan berniat menunggu metronya tiba. Ternyata, kami masuk dari gerbang yang salah. Halte tempat seharusnya kami menunggu metro ada di seberang. Kami menanyakan kepada petugas tadi dan mereka mengatakan bhawa kami bisa langsung aja pindah ke halte seberang tanpa harus nge-tap tiket lagi karna sudah sebelumnya.
Petugas di halte seberang menatap dengan tatapan penuh inspeksi ke arah kami ketika kami berpindah ke halte tersebut. Lalu, mendekati kami dan berbicara panjang dalam bahasa Turki. Dia ngomong apa, wallahu`alam, kami ga ngerti, intinya dia mengusir kami dari halte metro dengan cara paksa. Kami sudah mencoba menjelaskan dalam bahasa Inggris keadaan sebenarnya, namun dia tetap tegas seolah tak ingin mendengar apapun yang kami katakan. Saya ingat benar, perkataan yang keluar dari mulutnya yang kami paham artinya adalah dia mengatakan dengan suara keras dengan wajah mulai gusar ketika dia telah membuka gerbang bagi saya dan mbak Nur, tetapi saya masih bertahan dan tak mau keluar. "Madam, please go outside!" begitu katanya. Akhirnya saya ngalah, dan keluar juga.
Pantang menyerah. Salah satu teman kami, Aginta, meminta petugas lainnya untuk membantu menjelaskan ke mas-mas yang ngusir kami tadi kejadian yang sebenarnya. Beberapa waktu kemudian, salah satu petugas lainnya mendekati si mas-mas tersebut dan memberikan penjelasan dalam bahasa Turki. Finally, kami diizinkan masuk dan mas-mas tadi tak berkata-kata lagi dan hanya memandangi kami dari pos jaganya, dan membiarkan kami naik Metro untuk melanjutkan perjalanan kami hari itu.. Ternyata si mas-mas tadi kurang paham Bahasa Inggris, dan setelahnya pun (mungkin) dalam hati dia berkata "Oh ternyata maksudnya gitu!"..
Apa pelajaran hari ini? Ini membuat kita semakin sadar akan pentingnya Bahasa. Bagaimana mungkin kita bisa membangun komunikasi yang baik jika kita tak saling mengerti maksud, yang ada hanyalah kesalahpahaman, berburuk sangka, yang pada gilirannya bisa berujung pada perpecahan.. Mungkin kita hanya perlu belajar lagi bagaimana caranya agar bisa berkomunikasi dari hati ke hati..
Mengesampingkan sisi lain beberapa budaya di Istanbul yang terkesan buruk, tetap saja, saya telah jatuh cinta dengan kota ini, bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki disini, di negara Transkonstinental yang sangat kaya sejarah bagi peradaban islam ini.
Rabu, 18 Agustus 2021
Ditulis di Istanbul (Pukul 20:19 waktu Istanbul), sambil dengerin dalam keadaan dag dig dug karena lagi flu sementara seminggu lagi mau flying back to the Netherlands (wkwkwk), tadi pagi sih udah self test dan hasilnya satu garis.. Yaa meski gitu tetap khawatirlah...