03 Februari 2017. Aku pulang ke Desa Pinjan, Kec. Tolitoli Utara, Kab. Tolitoli. Ku jawab pertanyaanmu. Terima kasih atas perhatianmu untuk Indonesia. Aku pulang untuk berbuat meski cukup singkat. Maklum masih banyak hal yang harus lebih dulu ku tuntaskan di tanah rantau ini sebelum aku pulang untuk waktu yang lebih lama. Aku sadar pe er kita banyak. Namun, untuk perubahan yang besar tak selalu dimulai dengan perbuatan yang besar juga tetapi bisa dimulai dari hal-hal kecil yang kemudian berefek besar.
Bermodalkan sedikit pengalaman dari sebuah komunitas yang berorientasi untuk menyalakan harapan pesisir Indonesia, komunitas Rumah Bahari Gemilang yang ku tergabung di dalamnya. Aku mencoba untuk memulai sebuah langkah kecil dengan menginisiasi sebuah program untuk belajar bersama anak-anak berusia sekolah dasar di daerahku.
Bermodalkan sedikit pengalaman dari sebuah komunitas yang berorientasi untuk menyalakan harapan pesisir Indonesia, komunitas Rumah Bahari Gemilang yang ku tergabung di dalamnya. Aku mencoba untuk memulai sebuah langkah kecil dengan menginisiasi sebuah program untuk belajar bersama anak-anak berusia sekolah dasar di daerahku.
Sedikit bercerita. Aku tak sendirian, bersama seorang partner setia yang juga tergabung di komunitas yang sama. Dia penyuka Purnama hingga nama akun media sosialnya pun diimbuhi dengan kata Purnama diawalnya. Adalah dia Nur Hidayah yang lebih suka dikenal dengan Purnama Hidayah di dunia maya. Selalu saja ada ide-ide yang muncul jika bersamanya. Cukup salut padanya. Termasuk mau mendedikasikan diri untuk membantuku untuk merealisikan program-program yang sejatinya sudah ada dalam benak sejak lama. Aku tahu betul, izin dari orang tuanya hanya 3 hari waktu itu. Pada kenyataannya ada ketambahan waktu 2 hari. Maka kusaksikan waktu itu dia memberi kabar ke orangtuanya untuk terlambat pulang dengan alasan "masih mengajar anak SD" ditengah signal hape yang timbul tenggelam. Tak ku tahu pasti apa saja respon orang tuanya. Tapi yang jelas ada ungkapan sedikit kecewa dari orang tuanya kala itu yang tergambar dari kata-kata seperti "Kalau mau mengajar, kenapa masuk jurusan Kesehatan Masyarakat? Kenapa tidak dari dulu masuk jurusan Keguruan?". Hehehe.. Tapi si Purnama tahu pun aku juga tahu, itu hanya sesaat. Ini untuk agenda kebaikan maka semua pasti akan baik-baik saja.
*********
Suasana menjadi riuh. Terdengar suara anak-anak yang berebut untuk menjawab pertanyaan yang kami tanyakan setiap proses belajar. Maklumlah dengan anak-anak. Apalagi jika diiming-imingi akan mendapat hadiah. Sengaja memang, tak tanggung kami berikan hadiah kepada anak-anak yang aktif. Harapannya mampu membangkitkan semangat mereka. Mungkin di awal memang semangat mereka tak lain adalah karena ingin hadiah. Tapi tak mengapa paling tidak tugas kita yang pertama adalah menjaga semangat dan antusiasme mereka meski dengan iming-iming hadiah.
Adalah Muhammad Rum alias Alung yang merupakan salah satu anak yang
mendapat hadiah apresiasi partisipatif. Alung adalah anak yang paling
kecil nan aktif yang selalu hadir dalam setiap aktivitas belajar. Memang
Alung terkenal "nakal" pun saat belajar suka sibuk sana-sini, tidak
sedikit teman-teman lain yang juga suka diganggunya. Entah diajak
berbicara, bermain atau buku dan pensilnya diambil. Tapi Alung layak mendapat Apresiasi karena selalu hadir dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami berikan. Artinya dia juga menyimak setiap materi yang diberikan meski terlihat "rempong". Aah.. Alung memang
nakal. Tapi itulah anak-anak. Hanya perlu waktu dan kesabaran
menghadapinya. Aku yakin sedikit lagi Alung pasti akan paham dan tumbuh
menjadi anak yang cerdas.
Kiri ke kanan : Reza, Alung, Nur Hidayah |
**********
Pensil 2B yang sengaja teman-teman komunitas kirim untuk hadiah inilah
yang kami jadikan hadiah bagi semua yang aktif saat belajar. Pun
ditambah dengan paket perlengkapan sikat gigi untuk anak-anak. Beberapa
anak-anak yang menjawab mendapat hadiah pensil 2B dan ada juga yang
mendapat paket sikat gigi.
Alung mendapat hadiah Apresiasi Partisipatif. Hadiahnya adalah paket sikat gigi. Ku perhatikan satu per satu wajah anak-anak. Raut wajah anak-anak nampak sumringah. Pikirku semua anak-anak pasti senang dengan hadiahnya masing-masing. Ternyata pkirku salah. Nyatanya ada yang protes meski protesnya bukan ke aku dan teman. Protesnya ke tanteku yang waktu itu tinggah di rumahku.
"Yahh,, saya hanya dapat hadiah sikat gigi dengan odol !", kata Alung dengan wajah murung dan tanpak ogah-ogahan.
"Lah kenapa? Alung tidak suka hadiahnya? Odol dengan sikat gigi bagus untuk Alung biar giginya sehat", Kata Tante Irma penasaran.
"Teman lain dapat hadiah pensil saya hanya dapat sikat gigi. Dorang batulis pake pensil baru saya menulis pake apa?", Jawab Alung spontan.
Tante Irma hanya terdiam kemudian berlalu pun karena diburu waktu. Tante Irma menceritakan hal itu kepadaku sesampainya di rumah. Akhirnya beberapa pensil yang masih tersisa kami berikan saja kepada Alung. Semoga kekecewaannya bisa terobati.
**********
Belajar banyak dari Alung. Belajar banyak dari Pensil dan sikat gigi. Untuk memberi hadiah ke anak-anak nantinya benar-benar harus tepat sasaran alias memang benar-benar harus sesuatu yang mereka butuhkan. Bukan hanya melihat dari satu sudut pandang seperti harga dan kualitas, tetapi tidak tepat sasaran. Mungkin memang hadiah yang kita berikan harganya lebih mahal, hadiahnya keren, unik, kekinian, canggih tapi apalah artinya jika mereka tidak membutuhkan itu?. Wahai diri,, pe er untuk terus belajar masih banyak pun jangan lelah untuk terus berbagi walau hanya sedikit. Mari melihat segala sesuatu dengan bijak. Bagikan yang bisa kamu bagikan. Sesederhana hal yang dapat kamu bagikan adalah senyum untuk orang lain, untuk Indonesia. Semangat belajar adik-adikku !!! Karena kita semua bisa dan layak bertumbuh menjadi generasi terbaik bagi negara terlebih agama.
Aktivitas di Pantai Pinjan bersama Adik-adik |
Kegiatan magrib ceria- kita belajar ngaji dan berkisah tentang para nabi terdahulu |
Sholat ashar berjamaah di masjid Taqwa desa Pinjan |
Antusiasme adik-adik saat belajar |
**********
Ini adalah celotehmu padaku waktu itu wahai kawanku. Pertanyaanmu sudah terjawab dengan kepulanganku 03-08 Februari 2017 lalu.
"Perjalananmu selama ini sudah cukup jauh. Keaktifanmu di dunia sosial
telah mengantarkanmu untuk menjejaki beberapa tempat-tempat yeng
terpencil yang nun jauh disana, yang katamu membutuhkan "sentuhan". Katamu itu bukan sekedar perjalanan biasa. Yah, itu ku ketahui dari hastag
yang selalu kau sertakan dalam setiap postinganmu di akun media sosial,
#bukanjalanjalanbiasa. Katamu itu adalah jalan-jalan pengabdian. Ketika
ku tanyakan "daerah mana saja yang sudah kamu kunjungi?", dengan
semangat 45 kamu pasti menceritakan proses panjang perjalananmu. Aah,
benar saja, aku salut padamu. Kini giliranku untuk menceritakan fenomena
yang sejatinya terjadi di kampung halaman kita. Hehe Aku hanya akan
bercerita kepadamu. Tak ada pamrih yang ku harap darimu kecuali jawaban
atas satu pertanyaanku. Lantas, kapan kamu pulang?"