Semoga tidak banyak orang yang terjerat dalam perangkap ini. Tidak seperti saya yang pernah melakukan hal terbodoh ini. Iya benar. Saya pernah memutus silaturahim dengan saudara muslim saya hanya karena masalah seperti sesepele meletakkan pensil diatas buku. Lama? Hampir 2 tahun..
Mungkin kalian shocked
dan bertanya kok bisa sampai segitunya? Sebenarnyaa saya pun ga paham benar
kenapa, yang jelas seolah ada amarah menggebu-gebu yang sampai pada pikiran
bahwa it’s okey, worth it kok buat dia. Parahnya lagi,
tidak pernah saya ladeni dia yang terus meminta maaf. Pasang jurus cuek
pura-pura ga tahu atau ga liat aja..
Yaa, tapi itu dulu..
Yaa, tapi itu dulu..
Untungnya, Allah (masih)
selalu baik telah memberi a special gift. 2019, lagi-lagi setelah perjalanan panjang, adalah hadiah waktu
yang menjadi titik balik bagi saya untuk kembali bertindak “Waras”. Sudah waktunya saya perbaiki semua
yang corrupt saat ini, meski sejujurnya sudah sejak lama ingin melakukan ini
namun masih kalah oleh ego dan gengsi yang masih menguasai. Akhirnya, Na,
Bismillah.... Kamu mau syurga kan?..
Alhamdulillah, hubungan
kami kini membaik. SELAMAT, KAMU SUDAH KEMBALI WARAS !
Semoga tidak ada lagi
kejadian serupa, entah di orang yang sama maupun yang berbeda.
Nah, memang. Menjadi
manusia pastilah tidak ada yang sempurna. Yang ada hanyalah upaya untuk
menggapai kesempurnaan itu dan sebentuk contoh dari ketidaksempurnaan tsb adalah tidak pernah luput dari yang namanya kesalahan.
Begitukan? Atau mungkin saya keliru? Apa ada manusia yang tidak pernah berbuat
salah? Jika pun memang ada, artinya jelas bukan saya orangnya. Mohon beritahu
saya!
Banyak kesalahan yang bisa
jadi pernah kita lakukan. Sebut saja “tidak mau memaafkan” hingga “memutus
silaturahim” yang pernah saya lakukan sebagai contohnya. Diantara kita, tidak
sedikit yang begitu sulit membuka pintu maaf bagi orang lain yang “dianggap”
bersalah dan telah menyakiti kita. Emang
sesakit apa sih? lebay amatt.. Padahal ini masih anggapan, belum
ada bukti jelas. Pun, kalau terbukti orang lain memang bersalah maka
serahkan saja ke sang Maha Adil. Ada dzat yang maha mengertahui
segalanya..
Hati kita begitu keras bagai baja. Merasa paling benar seolah tidak pernah ada di posisi yang sama dengan org yang dianggapnya “pengkhianat”. Ternyata, mengesalkan yaa sebenarnya. Seolah pengen bilang ke orang-orang sok paling benar tsb (mention diri sendiri 😟), “Sombong amat 😒!! Allah saja maha pemaaf”, “PD banget sih kamu!😓”.. Tidak ada analyse sebelum interpretasi hingga menimbulkan respon spontan.. Respon inilah yang akhirnya berabe..
Hati kita begitu keras bagai baja. Merasa paling benar seolah tidak pernah ada di posisi yang sama dengan org yang dianggapnya “pengkhianat”. Ternyata, mengesalkan yaa sebenarnya. Seolah pengen bilang ke orang-orang sok paling benar tsb (mention diri sendiri 😟), “Sombong amat 😒!! Allah saja maha pemaaf”, “PD banget sih kamu!😓”.. Tidak ada analyse sebelum interpretasi hingga menimbulkan respon spontan.. Respon inilah yang akhirnya berabe..
Disisi lain, kita bahkan
telah dipahamkan bahwa harus melalui tabayyun lah cara terbaik utk mengatasi
sebuah konflik. Lantas, kita kemanakan ilmu tsb diwaktu yang bersamaan? Mungkin
kita harus memperbanyak istigfar dan t' awudz agar dijauhkan dri si Penggoda
Akut Manusia utk turut tunduk pada kebatilan.. Juga, bahkan kita telah paham bahwa
sesiapapun sbg muslim yang memutus tali silaturahim dgn saudaranya selama lebih
dari 3 hari maka tidak akan bisa mencium bau syurga.. Apa itu yang kita mau ?
Tentu tidak..
Hadits
1464 dari Bulughul Maram
وَعَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – لَا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ – يَعْنِي:
قَاطِعَ رَحِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Jubair bin
Muth’im radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang
memutus silaturahim.”
(Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 2984
dan Muslim, no. 2556]
Terlepas
dari itu semua, tentu saja
pasti ada kesempatan bagi kita untuk berubah... Lantas, apakah Allah akan
memaafkan saya dan kita semua? Demi Allah, saya pun tak tahu karena
hanya Allah
yang berhak memutuskan. Tugas kita adalah melaksanakan kewajiban
sebaik-baik
dan sebenar-benarnya sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunnah. Perbanyak
memohon ampunan Allah dan senantiasa diistiqomahkan dalam kebaikan. Maka, Allah-lah penentu segalanya..
Thank you 2019 atas waktu
berharganya.
Btw, diakhir tahun ini, saya bahagia karena mendengar
beberapa komentar dari teman-teman seperti ada yang bilang “Wah, sudah bisa nge-jokes yaa (meski garing 😆”, “ciee sudah lebih perhatian”, “ada yang nyadar nih, semenjengkelkan itu
loh kamu dulunya 😂”,. Ini adalah prestasi, meski ga pernah ada yang
bilang “Wih makin glowing aja 👱😆”. Hihihi..
Anw..
Pesan untuk kita semua : Buang gengsimu,
berlatihlah untuk legowo untuk maaf memaafkan !!
0 comments
It's nice to see you !