Hai hai hai, kembali lagi sahabat. Kali ini saya akan berbagi sebuah cerita yang menyibak makna dibalik hal-hal yang kelihatannya kecil.
Cerita ini berawal dari adanya sebuah event pencarian penulis dari kalangan mahasiswa untuk penulisan buku "25 Ilmuwan Indonesia yang Mendunia" yang digelar oleh Nano World Indonesia. Ketika itu dengan penuh percaya diri saya turut daftar sebagai peserta. Persyaratan yang dibutuhkan kala itu adalah CV, karya tulis yang pernah dibuat dan kemampuan komunikasi yang baik. Saya mengirimkan formulir aplikasi pendaftaran tepat pada pukul 30 Nopember 2014 Pukul 18.40 WITA. Kala itu saya tak terlalu berharap pada hasil pengumuman nanti. Jujur saja, dengan ikut berpartisipasi saja saya bahagianya bukan main (bingung juga kok bisa yah saya saya sampai sebahagia itu? :D). Sebenarnya tak ada alasan berarti mengapa saya bisa sebahagia itu.
Rabu, 10 Desember 2014 Pukul 22:30 WITA. Setelah 10 hari berlalu setelah saya mengirim berkas. Masuk sebuah pesan ke email saya yang menyatakan bahwa saya dinyatakan lolos seleksi tahap I dan harus melanjutkan ke tahap Interview. Wih, perasaan saya senang bukan main. Dalam pesannya terdapat lampiran dibawah ini.
Daftar Peserta Lolos Interview |
Sejak adanya pengumuman rasanya hidup saya jadi tak tenang. Iya. Saya terus terbayang-bayang pertanyaan apa yang nantinya bakal ditanyakan. Hingga tibalah masanya saya harus diwawancara. Berbeda dengan teman-teman yang lain kali ya, saya wawancaranya via telpon. Bagaimana tidak, kala itu wifi hotspot tak ada, HP juga tak mendukung. Maka dengan sangat terpaksa saya harus diwawancara via Telpon. Wawancaranya berlangsung selama 1 jam. Tepat tak pake lebih.
Saya sangat terkejut ketika pertama kali mendengar suara dari pulau seberang. "Please introduce your self use english language !!". Wah, kok nggak pernah ngomong sih kalau wawancaranya pake bahasa inggris (aku berteriak dalam hati). Tapi apalah-apalah. Toh sekarang sudah waktunya wawancara jadi semua harus dihadapi dengan senyuman. Hehe, maklum bahasa inggris saya masih terbata-bata alias beginners. Pertanyaan awal saya masih bisa berbahasa Inggris, pertanyaan kedua dan ketiga juga masih bisa. Namun,dipertanyaan keempat saya mulai panik merangkai kata-kata yang harus saya ucapkan dan pada akhirnya saya menyerah pada bahasa Inggris. Terpaksa wawancara harus dilanjutkan dengan bahasa Indonesia. Pertanyaan yang diajukan seputaran pengetahuan umum, karakter, managemen dll. Sangat banyak pertanyaan yang tak saya duga yang juga turut ditanyakan.
Setelah satu jam proses wawancara berlangsung. Proses interview diakhiri dengan kritik dan saran dari kakak yang mewawancarai saya apa yang mesti saya perbaiki dan apa yang harus saya tingkatkan lagi. Intinya saya harus kembali menata diri dan belajar lebih banyak hal lagi. Banyak saran dan kritikan yang disampaikan. Namun, saya mencoba untuk menerima semua saran dan kritikan tersebut dengan lapang dada.Satu hal yang paling membekas juga yaitu pesan untuk terus menjaga semangat yang ada. Dan akhirnya wawancara selesai.
Lega dan Khawatir serta degdegan jadi bercampur aduk. Meski pada akhirnya jatah gagal saya berkurang 1 lagi.
Yaps, Tepat. Saya belum berhasil melewati tahap interview dan perjalanan saya terhenti sampai disini. Saya jadi sadar apa yang menjadi kekurangan saya sehingga langkah saya terhenti disini. Tetap semangat dan semoga berhasil di lain waktu..
Lupakan masalah kegagalan. Toh kegagalan hanyalah masalah waktu. Ada hal yang baru saya sadari. Ketika saya melihat kembali nama-nama yang lolos interview. Ternyata ada 5 orang teman saya yang juga turut daftar, mereka adalah teman-teman yang dipertemukan dalam berbagai event seperti Indonesian Youth Forum dan LKTIN mereka diantaranya berasal dari malang dan Jakarta. Saya bangga atas diri saya sendiri karena belum tentu orang lain bisa seperti saya (ke-Pe-De-an sayanya). Hiks hiks. Satu lagi,tepat dibawah nama saya ada nama peserta namanya Rafiniati.
Rafiniati. Akrabnya dipanggil rafi. Sebelumnya saya tak pernah menyangka bisa dipertemukan dengan seorang Rafi yang kini menjadi teman seperjuangan saya. Meski beda propinsi tepatnya saya berdomisili di kota Palu propinsi Sulawesi Tengah dan Rafi di kota Palembang propinsi Sumatera Selatan. Barat dan Timur. Meski dibatasi jarak yang begitu jauh namun komunikasi kami tetap terjalin. Setelah hanya melewati nama akhirnya sesuatu yang tak pernah saya duga terjadi. Iya. Saya dan Rafi dipertemukan dalam sebuah event Indonesian Culture and Nationalism alias ICN 2015 di Jakarta. Tak berhenti disitu, sekitar 3 bulan kemudian kembali dipertemukan di tempat kelahiran Rafi yaitu di Palembang Sumatera Selatan, Ketika itu saya sedang magang disana dan menyempatkan diri menemui Rafi dan Keluarganya. Wah sangat senang rasanya karena mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Rafi.
Kelihatannya sederhana namun bagi saya ini adalah Sebuah cerita yang membuat saya yakin bahwa setiap pertemuan tak ada yang sekedar kebetulan. Selalu ada rencana Indah dari Tuhan dibalik pertemuan yang katanya kebetulan.