A Learner's Journal
  • HOME
  • GENERAL
  • REFLEKSI
  • CERITA SAYA
  • CATATAN
  • BICARA LINGKUNGAN
  • ABOUT ME


Masih di jam yang sama pun di rutinitas yang sama. Hanya saja hari ini berbeda. Hari sudah berganti bukan lagi kemarin kemarin atau 2,3,4 hari kemarin. Aah, entahlah ini kebetulan atau mungkin sudah terencana aku juga tidak tahu. Sudah 5 hari berturut-turut kami selalu bertemu baik bertemu pada satu kegiatan sama ataupun yang berbeda. Satu hal yang pasti terjadi diantara kami adalah perbincangan hangat nan panjang yang pasti terjadi. Maklum, cukup lama kami tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Adalah dia teman akrabku, sebut saja Nina.

       "Wah, saya perhatikan beberapa hari kita ketemu macam tidak pernah lepas dari barang yang satu itu!" Kata Nina sambil menunjuk ke arah belakangku.

       "Barang apa?", Tanyaku penasaran.

       "Itu jaket yang kau gantung di tasmu !", tegas Nina.

       "Oh itu. Iyo ee. Itu jaket *****. Kenapakah kalau saya bawa-bawa terus ?"

       "Perasaan jaketmu banyak, tapi kenapa cuma itu terus yang kau bawa-bawa ?", dengan wajah penasaran Nina kembali bertanya.

       "Jawabannya sederhana, hanya 3 kata !", jawabku.

       "Apa itu kah ? I Love You !", Niina mencoba bercanda.

       "Karena saya sengaja. Selesai"

       "Bah iyokah ? Supaya di bilang apa kata? Supaya dibilang Aktivis ? ADK?  anak-anak LDK? Supaya dibilang alim? Supaya dibilang keren? atau?", sanggah Nina.

       "Hhhm..", aku berdiam sesaat sebelum ku jelaskan semua pada Nina. Aku tahu dia hanya bercanda. Tapi entahlah untuk yang satu ini rasanya sedikit nyesek. He he he.

***
Mungkin bukan hanya temanku Nina yang berpikir seperti itu. Mungkin banayak juga orang-orang di luar sana yang pikirannya sama hanya mereka tak pernah menyampaikan langsung kepadaku. Inilah beberapa alasan yang membuatku senang membawa dan menggunakan jaket itu kemana-mana.

1.   Melatih Tanggung Jawab
Memakai jaket LDK  tidak sembarangan begitupun dengan atribut yang menggambarkan bahwa kamu itu seorang ADK itu bukan hal mudah. Bagaima tidak, ketika kamu menggunakannya artinya ditanganmu ada tanggung jawab untuk menjaga nama baik lembaga yang kamu gunakan itu. Ini bukan sekedar lembaga. Namun lebih dari itu, ini bisa di katakan adalah lembaga tertinggi karena jika kita gagal bertanggung jawab maka bukan hanya lembaga dakwah yang  mendapat imbasnya tetapi agama kita. Olehnya, menggunakan jaket LDK itu sama dengan melatih rasa tanggung jawab.

2.    Identitas
Sudah hal pasti dengan menggunakan atribut suatu lembaga semisal jaket adalah mempermudah orang lain untuk mengenali kamu  dan lembagamu. Jangan malu dengan status ADK meski banyak yang bilang ADK itu gak modis dan culun. Its okay. Itu bukan masalah. Berbanggalah sebagai seorang muslim.


3.   Memperkenalkan bahwa ADK juga Bisa Berkarya di berbagai bidang
        Aku pernah mengalami suatu kejadian. Waktu itu aku mengisi sebuah materi kepenulisan yang diadakan oleh salah satu UKM di kampus. Kebetulan waktu itu pesertanya mahasiswa baru. Aku tampil membawakan materi menggunakan jaket LDK (mungkin sebagian ada yang beranggapan gak sesuai kalau memakai atribut seperti itu). Setelah materi berlangsung, ada 2 orang dari peserta datang mendekatiku. Lupa siapa namanya, yang ku ingat mereka dari FISIP dan FEKON. Pikirku mereka akan menanyakan hal yang berhubungan dengan materi kepenulisan tadi. Ternyata tidak. 

        "Kak, itu jaketnya kakak jaket apa?"

        "Oh ini jaket lembaga dek ! Kenapa emang?"

        "Itu lembaga apa Kak? ada bendera palestina?"
        
         "LDK UPIM UNTAD dek"
         
         "Bisa ceritakan sedikit kak tentang itu LDK UPIM UNTAD ?"

        (Aku menceritakan sedikit tentang LDK tentang kondisi mahasiswa saat ini dan didengarkan antusias oleh mereka).

        "Kak ini kan kegiatan menulis kok yang di pake malah jaket LDK, sedikit kurang nyambung kak, hehe"

        "Dek hingga hari ini masih banyak sekali yang beranggapan bahwa seorang anggota di lembaga dakwah kampus itu kerjanya ngurusin hal-hal yang berbau agama saja. Makanya banyak yang enggan untuk terlibat. Padahal sebenarnya tidak. Mereka juga banyak berkarya di bidang yang lain, tapi tetap semua yang dilakukan diniatkan karena Allah........"

          "Wah, betul sekali kak. Hampir sama dengan yang saya pikirkan. Aah, saya mau kak terlibat di lembaga dakwah kak. Bagaimana cara gabungnya?"

          "Nantikan informasi pendaftarannya dek yah (sambil bertukar kontak)"

Sebenarnya cukup sederhana, kita tampil dihadapan umum dengan tetap mempertahankan identitas sebagai muslim dan muslimah. InsyaAllah ini adalah hal baik dan akan mengundang kebaikan lainnya.

4.     Alarm
Tindak perilakumu akan lebih terjaga karena mengemban tanggung jawab menjaga nama baik lembaga bahkan nama baik agama di mata umum. Sehingga, atribut itu dapat berperan sebagai alarm buatmu. Contoh kecil adalah tidak melakukan pelanggaran saat berkendaraan di dalam kampus. Bayangnkan saja apa yang terjadi ketika tengah menggunakan atribut melakukan pelanggaran. Palingan akan ada yang berkomentar katanya Aktivis Dakwah kok melanggar aturan (bukan berarti Aktivis itu juga sempurna, tetap saja mereka manusia yang tak pernah luput dari salah, tapi sebaiknya adalah belajar untuk jadi lebih baik). Oiya, hal ini pernah ku saksikan sendiri dan spontan aku langsung berkomentar. Hal lain contohnya, akan menjaga interaksi dengan teman-teman non-mahrom agar bercanda tidak melampaui batas dan terjaga serta mereka juga akan segan kepadamu jika kamu bisa mempertahankan prinsipmu. Percayalah, hal sesederhana jaket pasti bisa menjadi pengingatmu dalam aktivitas sehari-hari.

Demikianlah, sekian uraian kali ini semoga tulisan ini bermanfaat. Aku bukanlah orang baik namun sedang dalam proses menjadi insan yang lebih baik. Selamat membaca.Wallahu a'lam bi sshowab.
Mataku terbuka, ku tengok ke arah kiri dan kananku. Tak ku dapati pemandangan apapun selain ku dapati Kartina yang masih menikmati tidurnya, itupun ku tangkap dalam pandangan yang masih samar-samar karena masih gelap. Iya hari itu adalah hari Rabu 10 September 2016 dan waktu masih menunjukkan jam 5 subuh. Aku hampir lupa bahwa saat ini kami tidak di rumah tapi berada di sebuah dusun pesisir yang jaraknya hampir 320 km dari kota Palu. Kami berempat terlampau asyik menikmati malam kemarin setelah berbagai kejadian yang menyambut malam pertama kedatangan kami. Tak lama berselang, Tina, Lela dan Reret turut terbangun.

Aah, aku baru benar-benar yakin sedang tidak di rumah saat keluar dari pondok peristirahatan. Ini bukan mimpi. Spontan, angin pantai yang berhembus menusuk tanpa malu-malu menyapa dengan dinginnya yang menusuk hingga ke tulang ditambah suara deburan ombak yang memecah di sepanjang bibir pantai. Cuaca begitu dingin maklum semalam hujan turun begitu deras. Rasanya masih ingin berebah setelah lelah dalam perjalanan dan aktivitas panjang seharian kemarin. Tapi tidak. Ada amanah dihadapan yang harus ditunaikan. Belum lagi harus bebersih di satu-satunya sumber air disana. Kami harus memanfaatkan sebaik-baik waktu. Dulu mendahului dengan warga yang mengantri untuk mengisi jerigen dengan air untuk dibawa pulang ke rumah.

Menikmati setiap detik waktu yang dihabiskan disana adalah keharusan. Sejatinya menikmati setiap perjalanan mampu membuat hidup sedikit lebih bahagia. Syukurlah sambutan warga yang cukup baik membuat kami tidak merasa begitu terbebani. Maklumlah kami adalah mini tim yang tak sama seperti peserta lainnya yang mendapat  dan tinggal bersama keluarga angkat. Maka kami terus menyatu dengan alam selama di lokasi.

Tenda peristirahatan berdiri rapi di bawah pohon asam. Tempat baru ini  sedikit lebih teduh dibanding di awal terlebih saat siang hari. Tepat di bawah pohon asam. Yaps, dibawah pohon asam inilah aktivitas kami jalankan mulai dari aktivitas masak-memasak, makan dan menghabiskan malam. Rasanya seperti memiliki keluarga angkat bertuankan pohon asam.

Kak Arif, Kartina dan Lela sedang beraktivitas di sekitar tenda dan pohon asam
 *** 
Rabu siang. Ketika itu kami sudah siap dengan menu makan siang. Ikan, kepiting dan mie adalah menu utama dari  koki ketjeh Mama Lela dan Kak Cecep. Hehe. Wah wah ternyata kami kedatangan tamu kala itu. Bukan dan tak lain adalah Pak Guru yang sudah tak asing lagi karena beliau sudah menyambut kedatangan kami sejak kemarin. Pak Guru (lupa siapa namanya) terlihat begitu antusias. Kami mengajak beliau untuk bergabung makan siang tapi beliau menolak. Akhirnya beliau hanya menyaksikan kami mengisi perut kosong kami sembari berkisah tentang kondisi yang terjadi di dusun terpencil itu.

Tak terduga. Pak Guru menceritakan tentang pohon asam yang dibawahnya kami bermukim dengan gayanya yang khas, yang hampir semua orang sudah tahu apa yang akan dikatakannya diawal pembicacaannya. Iyaps, beliau selalu mengatakan
"Minta maaf ini lee...."
Pak Guru selalu saja meminta maaf lebih dulu sebelum berbicara. Ketika itu beliau menceritakan dan menyampaikan bahwa sesungguhnya tak baik jika kami bertendakan di bawah pohon asam karena beberapa alasan. Diantaranya untuk alasan keamanan. 
"...Minta maaf ini le. Sebenarnya disini ini kurang mendukung (baca : angker) apalagi kamu-kamu ini orang baru harus hati-hati. Di sekitar sini ada kuburan..., sebaiknya kalian pindah saja dari sini dari pada nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Juga kalau bisa jangan pake-pake baju merah.." , begitu kata Pak Guru sambil memperkuat argumennya dengan menunjuk ke arah tanaman jarak yang ada dihadapan kami yang katanya disitulah letak kuburannya.
Mimik wajah Pak Guru nampak begitu serius. Namun sayang, tak ada satupun diantara kami yang memiliki perasaan takut. Bahkan ada beberapa yang hanya tersenyum-senyum mendengar penjelasan dari Pak Guru termasuk aku sendiri. Tapi tetap kami sembunyikan ragam ekspresi itu, jangan sampai Pak Guru tersinggung, bagaimanapun juga kami harus menghargai dan menghormati yang lebih tua. Tetiba Kak Cecep dan Kak Arif nimbrung.
"Kami tidak takut Pak. Kami sudah biasa dengan keadaan dan hal-hal begini. Lagipula ini bukan kali pertama bagi kami", begitu katanya.
 Akhirnya Pak Guru menyudahi perbincangan siang itu. Beliau hanya berpesan pada kami agar berhati-hati. Ha ah, ini merupakan salah satu bukti wujud sambutan hangat warga atas kedatangan kami. Mereka ingin kami tetap dalam keadaan aman.

  ***
Temanku memandangiku beberapa saat sebelum berkomentar. Ia sedikit kaget dengan kostumku hari itu. Kostumku yang serba merah bagiku wajar-wajar saja, selain karena aku penyuka warna merah juga karena persiapan pakaian yang ku bawa kebanyakan warna merah. Aku yakin semua akan baik-baik saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ternyata bukan hanya temanku tapi ada seorang warga disana yang menegur bahkan menyuruh agar berganti pakaian menjadi warna yang lain. Tapi tak mempengaruhiku, tetap saja percaya diri dengan merah kala itu.

Hari berlalu pun hari kepulangan kami sudah di depan mata. Alhamdulillah selama bermukim di bawah pohon asam tak ada apa-apa yang terjadi dengan kami. Mendekati hari kepulangan barulah kami mendapat kabar bahwa sesungguhnya tak ada kuburan di sekitar pohon asam akan tetapi letaknya masih agak jauh. Ternyata Pohon Asam tak seperti kata Pak Guru. Kami hanya tersenyum dan menahan tawa dalam hati, seperti ada hal yang menggelitik. Hingga akhirnya Pak Guru memiliki kenangan sendiri, setiap ingat Pak Guru pasti ingat kata "Minta maaf ini le". Penghuni pohon asam itu adalah aku dan mereka, Lela, Tina, Reret, Mahfudz,  Kak Tofan, Kak Cecep, Kak Rasul, Kak Wandi dan Kak Arif. Jika kawan-kawan peserta agenda Homestay GYF #3 Rumah Bahari Gemilang yang lain sibuk memberikan foto berbingkai yang bertuliskan "Terima Kasih Ibu dan Bapak atas 3 hari yang Berharga", maka kami hanya bisa mengatakan "Terima Kasih Pohon Asam atas 3 Hari yang Berharga". Kami harus pulang.
 *** 
Mataku kembali terbuka, ku tengok ke arah kiri dan kananku. Tak ku dapati pemandangan apapun selain ku dapati tumpukan kertas yang tak lain adalah tugas akhirku. Aku hampir lupa bahwa saat ini aku sudah di rumah. Kini sudah berbalik kini aku  berada di kota Palu. Tiba-tiba ingatanku melayang menuju sebuah dusun pesisir yang jaraknya hampir 320 km dari kota Palu itu. Aku tersenyum, banyak cerita yang telah terukir.
 *** 
Pals, hal-hal gaib itu sejatinya ada dan kita harus percaya bahwa benar-benar ada. Namun, harus waspada dalam menyikapi hal-hal seperti itu. Hal-hal seperti itu bukan lantas membuat kita paranoid. Kita harusnya takut pada Sang Khalik. Jangan sampai terjebak dalam perbuatan syirik.
Suasana menjadi ramai namun sedikit mencekam. Bagaimana tidak, dusun pesisir yang jaraknya kurang lebih 7  km dengan kondisi jalanan yang rusak dari desa induk yang dihuni sekitar 50 KK ini tidak ada sambungan listrik dari PLN. Saat malam datang, mata tak dapat menangkap bayangan apapun. Hitam kelam kecuali cahaya bintang dan bulan saja yang kebetulan menyembul malam itu dan cahaya lampu dari 2-3 rumah yang memiliki mesin genset. Tak ada suara lain yang terdengar kecuali suara mesin genset dari rumah warga yang beradu dengan deburan ombak yang pecah di tepian pantai sementara angin bertiup sedikit kencang seolah menambah cekamnya suasana malam itu. Malam di Moian bagaikan di dunia lain. Rumah Bahari Gemilang alias Rubalang dengan agenda Home Stay nya adalah alasan mengapa kami berada disini.
Beberapa pemuda desa Palapi Dusun Moian
Selasa, 06 September 2016. Jarum jam sudah menunjukkan waktu hampir pukul 22.00 WITA. Homebase tempat kami tinggal untuk beberapa hari ke depan masih begitu ramai dengan warga yang lalu-lalang, datang dan pergi untuk melihat kejadian malam itu. Satu per satu warga disana terlihat mengerahkan kemampuannya untuk membantu teman kami yang merupakan perwakilan dari organisasi UKPM FKIP UNTAD. untuk mengeluarkan jin (katanya) yang menguasai dirinya kala itu (baca : kesurupan atau kemasukan). Cukup lama mengatasinya hingga akhirnya teman kami, Fira berhenti meronta dan tak sadarkan diri. Namun, akhirnya Ia terbangun dan nampak begitu lelah olehnya Ia harus beristirahat. Nampaknya jin yang menguasainya sudah keluar. Di sudut ruangan seorang rekan tetap melanjutkan bacaan Al-Qurannya. Harapannya bisa membuat suasana menjadi sedikit lebih tenang. 

Aku dan 4 orang temanku, Kartina, Lela, Reret seta Kak Tofan memutuskan untuk kembali ke pendopo yang jaraknya tidak begitu jauh. Letaknya lebih dekat dengan pantai. Rekan-rekan di Homebase meminta kami untuk tetap tinggal. Tapi, tidak. Ada beberapa hal penting yang harus kami bicarakan mengenai proyek yang masih akan berlangsung 2 hari ke depan. Kami berjalan beriringan menuju pendopo. Di malam yang begitu gelap itu, mataku tak dapat melihat apa-apa bahkan pendopo itu bagaikan tak ada. Syukurlah ada senter HP yang membantu sebagai penerangan kami di sepanjang jalan. Sebagian teman-temanku nampak begitu tegang. Sesekali ku ceritakan cerita-cerita mistik yang terjadi di kampungku sebagai pencair suasana. Hehe. Lantas hal ini menimbulkan protes dari teman-temanku. Mereka memintaku untuk berhenti menceritakan hal-hal seperti itu.

Masih 2 hari lagi kami akan berada di tempat ini. Strategi untuk eksekusi di lapangan besok harus kami rampungkan malam ini. Dengan tim yang hanya berjumlah 6 orang kami harus mempersiapkan semuanya. Kami berembug ditengah gelapnya malam yang nampak semakin mencekam. Aku menyalakan HP untuk membantu penerangan sembari ku lanjutkan bacaanku lewat Al-Quran digital di HP.ku, tak mengapalah yang terpenting ada tambahan bacaan hari itu walaupun hanya satu ayat. Angin mulai bertiup kencang dingin menusuk hingga ke tulang. Nampak petir dan kilat mulai berharmoni. Langit mendung. Nampaknya sebentar lagi akan turun hujan deras. Sesekali ada bayangan yang tak ku tahu pasti itu apa tertangkap oleh mataku ketika ada kilat saling bersambar. Pembahasan kami makin asyik. Tak terasa waktu menunjukkan hampir pukul 00.00 WITA.

"Haaaa aaahhhh....." Tetiba terdengar suara teriakan rekanku Reret yang terdengar seperti sangat ketakutan  disertai gerakan refleks dari Lela yang langsung berlali ke arah belakang. Hampir saja Lela berpegangan terhadap Husain yang ada di belakangnya. Aku tak  paham, Ada apa dan kenapa mereka berteriak ketakutan seperti itu. Kak Tofan yang duduk tidak terlalu jauh dariku bertanya ada apa, tapi tak di jawab. Lela dan Reret  serta Kartina hanya menunjuk ke arah tepat di belakangku. Dengan sedikit perasaan ragu-ragu. Aku berbalik ke belakang. Astagfirullahaladzim. Kembali ku pastikan apa yang sebenarnya ku lihat.

Nampak sosok seorang Bapak dengan wajah yang begitu pucat, pakaian sedikit acak-acakan dengan bibirnya yang komat kamit entah apa yang dikatakannya dengan berjalan "Ngesot" dari sebuah ruangan di pendopo ke arah kami yang sedang berembug. Owalah, ternyata ini yang membuat rekanku berteriak pun aku juga turut menghindar ketika ku lihat sosok tersebut. Antara percaya atau tidak, dengan tanya yang terus berkecamuk. Apakah itu orang atau hantu dusun Moian? Apalagi tadi baru-baru ada teman yang kesurupan ? Aah, tidak. Tapi itu siapa. Kak Tofan sempat berpikiran bahwa apa yang dilihatnya itu adalah makhluk gaib. Sempat ia bicara membatin dengan dirinya bahwa akhirnya dia bisa melihat makhluk dari dunia lain. Tapi, tak ada pilihan lain kak Tofan sebagai yang tertua kala itu memberanikan diri mendekati sosok tersebut.

Sedikit bernapas lega. Ternyata sosok tersebut adalah manusia. Hehehe. Seorang Bapak yang sedang jadi buruh  dalam pembangunan perumahan disana. Hanya saja ketika itu sang Bapak tengah mabuk. Awalnya kami merasa aman-aman saja. Namun, setelah berbincang dengan Bapak yang kondisinya mabuk perkataannya mulai ngawur. Kak Tofan akhirnya meminta bantuan kepada seorang kakak  dan teman-temannya yang katanya warga disana meski dari dusun yang berbeda. Akhirnya sang Bapak kembali ke ruangan tempat ia keluar tadi. Perbincangan malam itu kami akhiri. Tak lama kemudian keluar seorang Ibu yang juga menginap di pendopo itu tapi di ruangan yang berbeda. Ia mengingatkan kami bahwa sedikit tak aman jika akan menginap di tempat itu karena terbuka dan dikhawatirkan banyak pemuda-pemuda disana yang mabuk-mabukan merapat ke pendopo.

Kak Arif, Kartina & Lela di sekitar tenda tempat kami menginap
Tak ada pilihan lain. Tak aman bagi kami perempuan untuk tetap menetap dan menginap di Pendopo setelah kejadian yang terjadi hari itu. Akhirnya kami menghabiskan malam dan berebah istirahat di sebuah tenda milik kakak-kakak kru dari organisasi ICLO (Indonesian Celebes Littoral Organization) sedangkan Kak Tofan dan Husain tetap di Pendopo mengingat ada banyak barang bawaan yang tak bisa ditinggalkan. Disini kami merasa lebih aman.

Benar saja. Seperti dugaanku di awal. Cuaca mendung. Akhirnya hari itu diakhiri dengan hujan deras yang disertai kilat dan suara petir yang menggelegar. Adalah saya, Lela, Kartina dan Reret, kami berempat di dalam tenda yang berwarna biru kuning itu. Cukup menjadi peneduh, merebahkan diri sembari mengingat-ngingat kembali apa yang sudah  terjadi satu hari di hari pertama ini. Kami terlelap dengan sebuah kesimpulan akhir, Bukan. Sosok itu Bukan Hantu dari Moian.

Kamu muslimah? Udah menggenap apa belum ( :-D ) ? Masih kuliah? Tinggalnya sama orang tua, keluarga atau nge-kos?. Yeay apapun dan dimanapun tinggal pasti tiap-tiap kita punya alasan kuat dengan pilihan kita itu. Lupakan masalah siapapun kamu, apa aktivitasmu dan tempat tinggalmu  karena ulasan kali ini bukan membahas tempat tinggal meski tetap ada sedikit hubungannya. Kali ini akan ku ulas beberapa alasan utama kenapa seorang muslimah dianjurkan (bagiku malah diwajibkan) harus bisa berkendara sendirian terkhusus mengendarai motor, lebih khusus untuk yang tinggal di perantauan dan jauh dari keluarga. Iya, mengendarai motor. Motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling umum dan paling banyak digunakan terutama transportasi pribadi. Tapi ini berlaku umum yah, mobil juga bisa jadi termasuk. Tak berlama-lama. Check this out.

Nikmati Perjalanan Jangan Lupa Perbanyak Syukur & Doa (Palu-Tolitoli)
3. Bisa membantu orang lain
Tinggal di sebuah asrama kampus bersama beberapa orang teman memberi kesan dan cerita yang berkesan dan menarik. Pernah suatu ketika di musim libur akhir semester. Ketika itu yang tersisa di asrama hanya 3 orang, termasuk aku. Tetiba salah seorang jatuh sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit. Kami hanya bertiga, parahnya yang bisa dan mahir mengendarai motor hanya temanku yang jatuh sakit itu, kami butuh pertolongan dan sudah mencari pertolongan di beberapa tempat tapi kala itu benar-benar tak ada yang bisa membantu karena lokasi asrama yang cukup jauh dari perumahan padat masyarakat.. Akhirnya ku beranikan diri untuk mengendarai motor milik temanku itu. Tak ada pilihan lain meski temanku yang satu tahu bahwa aku baru belajar mengendarai motor seminggu yang lalu. Yah keadaan darurat. Semuanya bermodalkan Basmalah. Alhamdulillah kami sampai tempat tujuan dan temanku terselamatkan. Sebenarnya banyak cerita lain tapi itu adalah cerita yang menurutku paling berkesan. Semenjak kejadian itu aku semakin giat berlatih dan memberanikan diri agar bisa mengendarai motor. Iya, agar kita dengan mudah bbisa membantu orang lain saat-saat darurat  tentunya.

Nah, sahabat mungkin punya pengalaman dan cerita serupa olehnya tunggu apalagi mari kita masukkan dalam daftar agenda kita untuk belajar hingga bisa mengendarai motor. Mari menebarkan kebaikan !.

2. Mandiri, Aktif & Produktif
Mandiri adalah sesuatu hal yang sudah pasti apabila kita bisa mengendarai  motor karena kita tidak perlu merepotkan orang lain jika akan bepergian. Selain itu kita juga akan lebih aktif serta produktif. Kita bisa bepergian ke tempat sesuai kehendak kita. Yah. Aku pernah dan cukup sering mendengarkan alasan dari beberapa muslimah bahwa enggan atau tak bisa mengikuti suatu kegiatan karena alasan terhalang transportasi alias kendaraan. Misalnya "ndak bisa kesana karena ndak ada kendaraan...", "disini ada motor, tapi ga bisa mengendarai motor..", "ga ada yang antar", dan masih banyak lagi. Sesungguhya ini bukan masalah besar, hanya saja kita butuh usaha ekstra. Khusus buat kamu yang belum punya kendaraan tak perlu merasa rugi jika belajar mengendarai motor. Kamu punya teman-teman yang sewaktu-waktu bisa kamu pinjam kendaraannya jika dalam keadaan genting, yang terpenting mereka butuhkan adalah kamu bisa. Sahabat, aku pernah kok ada di posisi itu. Beberapa waktu yang lalu, aku punya sahabat-sahabat baik yang selalu membantuku termasuk mengantarkanku kemanapun. Namun, pernah suatu ketika temanku itu sedang sibuk dan tak bisa diganggu. Ia menyuruhku untuk mengendarai motornya sendiri. Aku tak bisa memaksa, hingga mencoba mencari bantuan orang lain yang tentunya memakan waktu yang lebih lama. Tapi jangan salah, apa kalian tahu aku mengalami hal itu bukan sekali dua kali loh ? Iya, tapi berkali-kali. Akhirnya malu juga. Sejak kejadian itu aku semakin termotivasi saja agar semakin lancar mengendarai motor biar bisa belajar lebih mandiri dan mengurangi frekuensi dalam merepotkan orang lain. Percaya atau tidak bisa mengendarai motor akan membuat kita Mandiri, Aktif & Produktif. Tak percaya? Silahkan buktikan sendiri.

1. Menjaga Diri & Membantu Proses "Hijrah"
Menurutku ini adalah hal utama yang nomor satu yang harus menjadi pertimbangan ketika masih ada muslimah yang masih ogah-ogahan untuk belajar mengendarai motor. Paling tidak alasan diri sendirilah yang kita jadikan alasan utama saat kita belum mampu menjadikan orang lain dan sikap mandiri menjadi alasan sebab yang berarti. Tak sedikit dari muslimah yang rela diantar dan berboncengan dengan mereka yang bukan mahrom karena berbagai alasan, diantaranya tak bisa mengendarai motor dan tak ada kendaraan lain. Alasan darurat katanya. Sejatinya yang harus kita lakukan adalah mengusahakan yang lain lebih dahulu. Jika jalan kaki akan lebuh baik maka berjalanlah. Sahabat, islam itu memudahkan kita bukan malah menyulitkan kita. Nah, jika kita sudah berupaya pada akhirnya tak mengapa. Serahkan semuanya pada Allah. Tapi tetap harus dipertimbangkan yah. Pastikan kita mengambil jalan yang mudharatnya lebih kecil. Semua bergantung pada kita. Jadilah muslimah bijak yang senantiasa menjada Iffah & Izzah-nya. Wallahualam.

Sahabat, bisa mengendarai motor akan membantu  menjaga diri kita dan membantu kita untuk  istiqamah terutama dalam proses "hijrah" kita menuju hal yang labih baik. Jangan mau dibonceng oleh sembarang orang. Apalagi  mereka yang bukan mahram. Jadilah muslimah tangguh! Pun jika memang perlu silahkan untuk mencari dia yang bersedia untuk mengantar, membonceng dan  mendampingimu kemanapun kamu pergi (baca : nikah), biar bisa lebih aman dan nyaman. Hehe.

Nah, itulah sedikit ulasanku. Oiya buat kamu yang punya alasan tidak mau belajar untuk mengendarai motor karena tidak mendapat izin dari orang tua (orang tua khawatir akan keamanan berkendara ataupun karena trauma)  tetap usaha dan yakinkan orang tuanya yah, bila perlu mungkin sampaikan juga ulasan ini ke orang tuanya. InsyaAllah jika niat kita baik semoga akan dimudahkan. Tetaplah berbuat dan menebar kebaikan hingga akhirnya akan melahirkan berbagai kebaikan lainnya. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat. Jika ada hal-hal yang keliru mohon di koreksi yah sahabat :)

Salam tangguh !



Kota Apel yang tak akan terlupakan. Banyak kenangan dan cerita indah yang telah terukir disini. Agenda RAKERNAS yang berlangsung hampir 4 hari akhirnya berjalan dengan lancar dengan terpilihnya Riko Oktiza Nanda sebagai nahkoda baru yang akan membawa bahtera IKAHIMKI ini menuju pelabuhan tujuan. Alhamdulillah. Kami diberi kesempatan untuk mengunjungi beberapa tempat wisata. Di antaranya ke Coban Rondo, wisata kebun Apel dan menjelajah di alun-alun Batu Malang. Sebenarnya masih banyak tempat yang ingin kami kunjungi  seperti Museum Angkot & Selekta. Namun tak sempat karena cuaca ketika itu kurang bersahabat. Hujan turun begitu deras dan dingin yang begitu menusuk. Tak apalah ini saja sudah lebih dari cukup.

Perjalanan ini membuatku merasakan indahnya kebersamaan. Ya, mereka orangnya baik-baik dan seru pastinya. Waktu itu aku lumayan dekat dengan si Opet (UNAIR), Cay (UNAIR), Cinta, (UB), Renzy (UNAIR), Ita (UNILA), Fina (UB), Lily (UM) dan Kak Dolly (Kupang). Entah mengapa kami terasa begitu dekat padahal tak sekamar. Kami selalu saja bersama ketika ada agenda. Begitupun saat pagi menjelang kami selalu menikmati pemandangan yang menakjubkan dari atas Vila setelah melakukan senam andalan selama disana. Penasaran dengan senamnya? He he gak usah penasaran, senamnya senam Pinguin Pals (:-D).

Ana Fairuza Fajriana. Sahabat nusantara ku yang kala itu tinggal di Malang karena lagi kuliah di FTP Universitas Brawijaya Malang. Persahabatan kami dimulai ketika di pertemukan dalam sebuah event Lomba Kaya Tulis Ilmiah Nasional di Makassar sekitar 4 bulan sebelumnya. Ana menjemputku di Vila. Ia membawaku menikmati indahnya kota Malang dan membawaku mengelilingi Universitas Brawijaya. Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah Ana membawaku masuk kelas dan mengikuti perkuliahan. Aku mencoba beradaptasi dengan teman-temannya. Setiap bertemu teman-temannya Ana memperkenalkan aku sebagai adiknya. Lucu juga sih. Aku jadi penyusup kala itu. Fasilitas belajarnya kereen. Untad mah apah atuh. Tapi semoga suatu hari nanti Untad bisa lebih baik lagi seperti UB. Ana juga mengajakku berburu buku ke toko-toko buku yang cukup murah. Yah akhirnya kopor yang ku bawa penuh dengan buku. Semoga saja bagasiku nantinya tak over. Bersama Ana aku bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi mahasiswa di UB. Oh iya di sana kampus tetap rame meski sudah malam. Tak heran jika taman-taman kampus dipenuhi oleh mahasiswa yang tengah berdiskusi (gak sekedar gosip ya). Terima kasih ya Ana.

Lain Ana lain pula Lela dan Yuni. Nurlela dan Yuni Anggraeni adalah dua bersaudara yang sudah ku kenal baik sejak SMA. Kami bersahabat sejak duduk di bangku kelas XI SMA Negeri 1 Tolitoli. Mereka adalah partner membolang, tahsin dan tarbiyahku waktu SMA. Lela juga kuliah di UB, sama seperti Ana hanya saja Lela jurusan Fisika FMIPA. Sedangkan Yuni kuliahnya di UMM jurusan hukum. Jika Ana membawaku menjelajahi Malang, bersama Yuni dan Lela aku tak kemana-mana karena aku datang di waktu yang kurang tepat. Kala itu mereka harus ujian di kampus. Iyah tak apalah. Aku paham kok. Pun bertemu kalian saja itu sudah membuatku senang.

Malang, benar-benar kota tak terlupakan.
Merantaulah, kamu akan mendapatkan pengganti dalam kerabat serta kawan
berlelah-lelahlah, karena manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang !
Rantau merantau. Hidup dan menetap jauh dari saudara, keluarga dan mereka yang dulunya orang-orang  terdekat kita. Yah. Hidup merantau adalah sebuah petualangan. Apakah kamu mahasiswa yang kini tengah hidup merantau, jauh dari keluarga ? Sudah berapa lama merantau? Atau mungkin baru saja belajar hidup merantau? Gimana betah gak di tanah rantau? Silahkan dijawab masing-masing yah.

Ngomong-ngomong masalah rantau. Aku adalah salah satunya. Yeah, hidup merantau sudah tak begitu asing bagiku pasalnya sudah  hampir 10 tahun aku hidup di negeri rantau. 10 tahun bukanlah waktu yang singkat loh Pals. Banyak suka dukanya. Apalagi aku mulai merantau di usia yang ku anggap masih begitu dini (menurutku). Aku sudah mulai hidup di tanah rantau sejak kelas 1 SMP. Perantauanku cukup beralasan karena waktu itu fasilitas pendidikan di kampung halaman tak begitu memadai hingga mengharuskanku untuk memilih melanjutkan SMP ke tempat yang sedikit lebih layak dibanding di kampung. Tak segampang itu Pals. Untuk mengantungi izin dari Mama agar mengizinkanku melanjutkan SMP di tempat yang ku sebut tanah rantau harus melalui perdebatan panjang dengan Papa hampir sebulan lamanya, hingga akhirnya Mama mengizinkan meski dengan berat hati. Aku paham ke khawatiran Mama. Mama khawatir aku terjebak dalam "pergaulan yang salah" karena jauh dari pengawasan orang tua dan keluarga, Mamah khawatir aku belum bisa  ngurus diri sendiri terutama nyuci pakaian dan masak. Mau makan apa aku nanti. Ditambah lagi aku adalah anak perempuan satu-satunya di keluargaku, Mama sangat berat melepaskanku. Di perparah lagi dengan banyaknya anak-anak kampung yang terjebak dalam pergaulan yang salah saat berada di tanah rantau. Alhasil, setelah Papa meyakinkan bahwa aku pasti bisa dan.... taraaa... berhasil.  Alhamdulillah Allah begitu sayang padaku hingga hari ini aku senantiasa dalam lindungan dan limpahan rahmat-Nya.

Oiya, back to the main topic. Menjadi mahasiswa rantau tak semudah yang dibayangkan loh Pals. Kita kudu survive. Banyak tantangan yang harus di hadapi. Mulai dari masalah sepele hingga masalah yang benar-bnar serius. Harus sabar dan kreatif. Jika tidak bakal berabe masalahnya. Nah, aku ingin berbagi sedikit tips sebainya apa sih yang harus kita lakukan sebagai mahasiswa di negeri rantau. Harapannya perantauan kita tak sia-sia dan bisa memetik sebanyak-banyak pelajaran dan manfaat. Check this out !

1. Kantongi Izin Orang Tua
Nah ini adalah hal wajib yang harus dilakukan. Restu alias izin orang tua adalah hal yang paling penting. Ingatkan pepatah yang mengatakan Ridho Allah bergantung pada Ridho orang tua. Jadi jika ingin perantauan kita di perantauan ingin aman dan nyaman maka mintalah izin orang tua jika ingin melakukan sesuatu. Selain izin merantau, usahakan pula harus membiasakan diri untuk tetap meminta izin orang tua jika akan melakukan sesuatu, meskipun tak tinggal bersama mereka. Teknologi kan sudah semakin maju, HP bukan hal mewah lagi tapi sudah menjadi kebutuhan pokok. Nah, dalam hal apa saja kudu minta izin? Yah, saya rasa kalian udah paham loh mengenai hal apa saja. Kan udah pada mahasiswa (hehe). Iya memang terkadang tak semua hal harus meminta restu orang tua. Gak apa-apa sebenarnya yang terpenting jangan pernah buat orang tua khawatir. Sipp deh !

2. Memilih Tempat Tinggal yang Aman
Tempat tinggal merupakan hal yang krusial. Lingkungan tempat tinggal bisa jadi faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan kita di tanah rantau. Pastikan kita memilih tempat tinggal yang aman dan kondusif. Jangan lupa amati lingkungan sekitar jangan sampai tinggal di lingkungan yang "salah".  Jika sudah di lingkungan yang salah, mau tak mau, perlahan namun pasti kita akan terbawa arus. Oiya, jangan lupa juga untuk memastikan bahwa tempat yang kita pilih adalah tempat yang aman dari pencuri dan rampok. Semua kendali ada di tangan kita. Jadi, jangan sampai salah memilih tempat tinggal.


3. Bergabung dalam Organisasi
Okeh Pals. Kalau kamu mahasiswa rantau. Aku sarankan jangan jadi mahasiswa yang kerjanya jagain kos melulu. Bergabung dalam organisasi adalah hal yang paling ku rekomendasikan apalagi buat kamu yang datang jauh-jauh dari kampung dan tak ada satupun keluarga yang ada di tempatmu merantau. Tak usah kuatir ! Kampus menawarkan berbagai macam organisasi yang bisa kamu ikuti dan kamu bebas memilih sesuai dengan minat kamu. Organisasi akan mengajarkanmu banyak hal yang tak kamu dapatkan di bangku kuliah. Organisasi menjadi salah satu media untuk persiapan menghadapi dunia kerja saat kamu lulus kuliah. Tak cuma itu, organisasi juga akan memberikanmu banyak keluarga baru, melatih kedewasaan dan kemandirian. Sehingga pada akhirnya nanti keluargamu akan bangga padamu. Mantep kan ??!!. Tapi jangan lupa harus tetap selektif memilih organisasi yaah.

4. Bergabung dalam LDK/LDF atau Organisasi Islam Lainnya
Nah, ini yang paling penting menurutku. Sebagai umat beragama kita sejatinya harus menjadi insan yang agamis tentunya. Apalah arti kesuksesan kita tanpa dibarengi ketaatan pada Sang Pencipta. Bergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus ataupun Fakultas atau atau Organisasi Islam Lainnya adalah hal yang begitu penting (menurutku) karena disinilah tempat berkumpulnya saudara seiman kita. Dengan berkumpul bersama mereka maka akan mendorong kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dengan bergabung di LDK/LDF juga akan menjaga stabilitas keimanan kita (InsyaAllah). Oiya, jangan salah juga yah. Ku kasih tahu nih yah, mereka yang tergabung dalam LDK/LDF atau Organisasi Islam Lainnya orangnya ketjeh-ketjeh loh. Yaps, selain belajar menjadi muslim/muslimah yang taat (InsyaAllah) mereka orang-orang yang kreatif dan inovatif loh. Jadi tak perlu heran jika banyak mahasiswa-mahasiswa  brprestasi itu adalah aktivis dakwah.Hal ini juga akan membantu membentuk pribadi kita untuk masa depan yang labih baik apalagi jika kembali ke kampung halaman. Orang tua kita pasti bahagia. Tunggu apa lagi? Ayoo masuk LDK/LDF.Namun, jika tak ingin bergabung juga, itus okay. Tak masalah, yang penting bisa bawa dan jaga diri yaa!.

5. Berteman dengan semua kalangan.
Hal ini penting loh Pals. Pastikan kita pandai membawa diri dalam pergaulan. Jangan menutup diri untuk bergaul dengan semua kalangan. Tapiii, harus tetap ingat, hati-hati dalam pergaulan. Tetap selektif memilih teman. Jagalah perilaku dengan baik jangan sampai membuat aneka masalah yah.

6. Membangun Jaringan Seluas-luasnya.
Jika kita memperoleh kesempatan untuk terlibat dalam suatu kegiatan baik sekedar undangan, peserta kegiatan ataupun  sebagai panitia atau apapun itu. Jangan lupa, manfaatkan peluang ini untuk membangun jaringan, karena kesuksesan kita juga di pengaruhi oleh faktor jaringan atau networking salah satunya. Silahkan membangun jaringan sebanyak-banyaknya.

7. Menjadi Duta Daerah Asal
Mayoritas perantau itu berasal dari daerah yang bisa di bilang belum begitu maju. Apalagi mahasiswa. Mayoritas mahasiswa memilih merantau karena alasan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, termasuk juga dengan ku, datang jauh-jauh dari kampung yang lumayan terpencil, listrik "mood-moodan" pun menemukan signal HP ibarat menemukan mutiara. Tak sedikit berasal dari kampung yang terkadang kampung tersebut belum banyak yang mengenalnya. Maklumlah namanya juga kampung (hehehe). Nah, sudah menjadi tugas kamu untuk menjadi duta untuk memperkenalkan daerah asalmu di negeri rantau atau dimanapun kamu berada. Kamu punya hak untuk memperkenalkan daerahmu, misalnya potensi wisata ataupun potensi yang lainnya. Siapa sangka jika suatu hari nanti akan banyak wisatawan yang tertarik dan berkunjung ke daerah asalmu. Yang untung kan daerahmu juga?. Jangan malah sebaliknya Pals. Malu-malu dan suka menutupi daerah asal. Jangan sampai deh. Cintailah daerahmu sendiri dengan segala potensinya. Oiyaa, pastikan kamu melakukan semuanya dengan ikhlas. Jangan pikirkan imbalannya dulu. Yakin aja Pals, tak ada hal yang sia-sia jika kita melakukannya dengan ikhlas. Janji Allah itu Pasti. Oiya jadilah mahasiswa rantau yang tak lupa pulang. He he he..

8. Berwirausaha
Berwirausaha rasanya menjadi sesuatu yang tidak kalah wajib untuk kita lakukan sebagai mahasiswa rantau. Pasalnya kita hidup jauh dari keluarga dan orang tua. Enak kalau kiriman lancar. Namun buat yang merasa harus survive dan mandiri. Berwirausaha adalah hal yang patut di lakukan. Hitung-hitung latihan, siapa tahu jika lulus nanti ingin menjadi pengusaha. Apalagi saat ini PNS yang diterima akan semakin sedikit loh. Yuk latihan berwirausaha !

9. Jadilah Teman bagi Saudara & Keluarga Temanmu.
Jika kamu memiliki teman ataupun sahabat, pastikan kamu juga menjadi teman bagi saudara dan keluarga temanmu itu karena sesungguhnya itu akan lebih baik dan memudahkamu.

10. Jangan Lupa Bersyukur.
Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Satu hal yang perlu kita tanamkan baik-baik adalah senantiasa bersyukur dalam segala situasi karena itu akan membuat kita lebih bahagia. Jangan Lupa Bahagia Pals. Sesungguhnya Janji Allah itu Pasti. So, banyak-banyaklah bersyukur. Bukankah Allah telah berjanji akan menambah nikmat bagi siapa saja yang senantiasa bersyukur? Dalam Al-Quran Surah Ibrahim (QS. 14 : 07) juga telah dijelaskan.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb-mu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." – (QS.14:7)

Gimana Pals?!. Itu yang bisa aku bagikan saat ini. Sekelumit tips jika menjadi mahasiswa rantau. InsyaAllah perjalanan kehidupan kita di negeri rantau ini bisa memetik sebanyak-banyak manfaat. Sehingga bisa pulang ke kampung halaman seraya berkata "Dengan Izin Allah Kesuksesan Ini Bisa Ku Capai". Semoga bermanfaat !
Selamat berpetualang !
Jangan lupa nikmati setiap proses di perantauan...
Jangan Lupa Bahagia :-)
Di kelilingi oleh orang-orang yang ku sebut mereka sebagai "Orang-orang Berprestasi" membuatku terdorong untuk mengikuti jejak kisah sukses mereka. Bukan hanya sukses di tingkat nasional tapi juga hingga ke Internasional. Aku sangat terobsesi untuk bisa menjadi seperti mereka. Ku paksakan diri untuk bisa menulis KTI, berlatih berbicara di hadapan publik, aktif kegiatan sosial, organisasi dan lainnya. Alhamdulillah hal yang ku lakukan tak berujung pada kesia-siaan, beberapa kali aku berhasil lolos kompetisi dan conference hingga ke tingkat nasional. Ku sebut ini sukses. Sukses memiliki makna yang fleksibel tergantung orang yang memaknainya. Sukses versiku kali ini adalah saat aku bisa berkarya seperti mereka. Hal yang membuat semangatku semakin terbakar. Sejak saat itu ku beranikan diri untuk bermimpi melanjutkan studi di luar negeri, Jepang dan Amerika. InsyaAllah.

Suatu ketika ku mendapat nasihat dari seorang kakak tingkat. Untuk menjadi sukses kamu tak perlu menjadi orang lain. Cukup kenali potensimu dan kembangkan. Karena kamu akan susah menyaingi mereka sudah ahli.
"Aku pernah berada di posisi sepertimu saat ini. Aku  pernah mengalami yang namanya sangat terobsesi menjadi seperti seorang teman sekelasku yang sangat ahli di bidang KTI hingga mengantarkannya  berpetualang ke beberapa negara seperti Jerman dan Taiwan. Aku belajar susah-payah namun belum pandai-pandai juga. Hingga aku mendapat nasishat dari dosen yang sangat dekat denganku. Begini perkataannya, Jika ingin berpetualang seperti dia kamu jangan plagiat, maksudnya kamu harus gali potensi kamu dan terus kembangkan, jangan maksa mahir KTI kalu susah, kamu bakalan susah untuk bersaing karena banyak yang lebih mahir dari kamu......"
Ini tentang usia. Tentang anugerah. Tentang amanah dalam kesempatan

Barokallah..
Ini tentang usia. Tentang anugerah. Tentang harapan dalam amanah kesempatan.

Alhamdulillah.
Puji dan syukur senantiasa terpanjat ke hadirat Allah subhanahu wata'ala Sang pemilik jiwa yang merajai Alam semesta. Maha suci Allah. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk bisa menikmati persinggahan sementara sebelum pada akhirnya akan menuju akhirat-Mu.

Yaa tak terasa sudah selama itu aku berpetualang di dunia-Mu. Dengan segala kemurahan-Mu. Tak banyak yang ingin kuutarakan selain ungkapan rasa syukur yang tak terkira. Alhamdulillah aku masih bisa menghirup udaramu hingga akhirnya aku menginjak usia 21 tahun.

Banyak kisah petualangan yang sudah  kulalui selama ini. Tak luput ku mengambil hikmah dari semua itu. Dari situ kucoba untuk belajar. Belajar bagaimana menjadi sebenar-benar hamba, sebenar-benar manusia dan sebenar-benar khalifah (InsyaAllah).

Aku menyadari aku hanyalah satu dari sekian hamba-Mu yang jauh dari kesempurnaan. Untuk itu ampunilah segala salah dan khilafku karena Engkau adalah Dzat Maha Pengampun.

Jadikanlah umur yang tersisa ini senantiasa terpenuhi dengan segala aktivitas kebaikan. Menjadi pribadi yang pandai bersyukur atas segala nikmat.

Terima kasih telah menghiasi lembar perjalanan hingga hari ini dengan catatan dan coretan indah yang menjadi seni dan sejarah dalam hidupku.

Setiap tarikan nafasku, setiap jejak langkahku, ku pasrahkan pada-Mu.
Karena ku yakin keputusan dan ketetapan-Mu lah yang terbaik.

Sesungguhnya episode kehidupan baru, baru saja dimulai.
Bismillah...

Jangan lelah menanti kelanjutan kisah yang masih rahasia ini
Handphone ditanganku bergetar. Tertulis nama teman baikku di layar HP. Dalam hati ku bertanya-tanya ada apakah gerangan tak biasanya Ia menelpon selarut ini. Telepon darinya ku angkat. Berbicara beberapa menit lalu ku akhiri perbincangan itu. Ada hal yang berbeda dari biasanya. Jika biasanya perbincangan kami adalah tentang kami berdua kali ini berbeda dan nampak begitu serius. Ada orang baru yang hadir dalam percakapan kami. Sebenarnya sedikit kaget kenapa dia tetiba membahas tentang itu. Pembahasan yang bisa ku bilang tentang masa depan tapi menurutku hal itu bukanlah hal yang tepat untuk dibahas di malam selarut ini.

Kembali ku lanjutkan tidurku yang ku katakan telah diganggu. Untung saja dia yang mengganggu tidurku olehnya kemarahanku masih terbendung. Pasti saja ketika orang lain, takkan ada maaf baginya. Aku kembali terlelap dalam tidur yang lelap. Tak ada hal yang membuatku penasaran, gelisah ataupun susah tidur. Suara kendaraan yang lalulalang menjadi pelengkap nyanyian sendu dalam hiruk pikuk di kota kecil ini. Tetiba aku terbangun kaget. Suara pohon tumbang di jalan depan rumah kontrakanku membangunkannku. Ku buka jendela kamar, ku lihat ke bawah, Pohon Kayu Dingin yang tumbang nampak menghalangi jalanan akibatnya pengguna jalan harus mencari jalan alternatif. Di luar sangat ramai, matahari sudah menyembul tinggi. Astagfirullah aku kesiangan.

"12 Panggilan Tak Terjawab dan 19 Pesan Belum dibaca", kalimat yang terpampang di layar HP-ku. Kinilah waktu yang tepat untukku penasaran. Ada apa sebenarnya. Ku buka pesannya satu per satu. Hhhmm, kelihatannya tak ada hal yang begitu penting dan mendesak. 19 Pesan itu isinya sama. Hanya menanyakan keberadaanku dan apa aktivitasku hari ini. Memang sepenting itukah keberadaan dan aktivitasku hari ini untuk dia ketahui? Aah pasti ini akal-akalan dia saja untuk mengerjaiku. Tak lama berselang, satu pesan singkat dari dia masuk lagi. Pesannya berisi ajakan untuk bertemu dia tanpa lupa mengingatkan agar aku tak datang seorang diri. Aku semakin tak mengerti. Ku putuskan untuk menghubunginya. Alhasil, setelah kutelpon beberapa kali namun tak kunjung terhubung juga, yang terdengar hanyalah suara "Nomor yang Anda tuju tidak terdaftar, mohon periksa kembali nomor tujuan Anda". Tak lupa juga untuk ku sapa dia lewat akun media sosialnya. Tapi hasilnya tetap sama. Masih nihil, tak ada tanggapan. Aah apakah yang sebenarnya terjadi? Apakah aku harus memenuhi ajakannya?. Tidak. Tidak, aku tak mungkin menolak ajakannya.




"Ada yang percaya bahwa di dalam hujan terdapat lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu sesuatu. Senandung rindu yang bisa meresonansi ingatan masa lalu"

KALA HUJAN. Malam 17 Ramadhan 1437 H. Lantunan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran mulai menggema di segala penjuru masjid kota Palu. Waktu sudah menunjukkan pukul  19.23 WITA. Aah sebentar lagi memasuki waktu sholat tarwih. Rasanya semakin tak tenang saja. Beberapa kali kucoba keluar dari warung makan itu sambil kutengadahkan wajahku ke awan. Masih belum memungkinkan untuk ku terobos. Kembali ku duduk di meja yang cukup untuk ditempati 4 orang saja. Hujan semakin deras dan nampak begitu betah.

Kukekuarkan mushaf dari dalam tasku. Berharap bisa mengejar ketertinggalan bacaanku yang  beberapa lembar sambil menunggu hujan reda. Namun, 30 menit kemudian hujan belum juga reda. Mushafku ku tutup dan kembali kumasukkan ke dalam tas ungu yang kubawa saat itu. Ternyata badanku menggigil kedinginan. Sambil kuperhatikan orang-orang disekitarku. Mereka tak begitu terlihat kedinginan. Mungkin karena memang aku saja yang basah kuyup karena menerobos hujan hingga bisa kedinginan seperti ini. Kehangatan kakak-kakak yang kutemui ditempat yang sama sedikit mampu untuk mengurangi perasaan dingin yang begitu menusuk. Hujan malam ini mengantakanku pada pertemuan bersama rekan dan sahabat yang sudah lam tak berjumpa. Kembali mengingatkan mimpi-mimpi dan cipratan semangat untuk menjadi yang lebih baik. 

Hujan mulai reda. Aku dan rekanku langsung beranjak pulang ke rumah masing-masing. Badan masih menggigil namun harus kupaksakan untuk bisa mengendarai si merah untuk membawaku pulang ke rumah. Diperjalanan hujan kembali deras. tak ada lagi perasaan menggigil. Kini aku kembali menikmati hujan. Kuperlambat kecepatan, kulepaskan helm yang ku gunakan hanya agar bisa menikmati hujan malam ini. Tak peduli malam, aku hanya ingin menikmati hujan..Perjalanan yang bisa ditempuh paling lama 20 menit malam ini kutempuh hampir 40 menit. Sepanjang perjalanan kutemui beberapa jalan yang terendam banjir pun hujan semakin deras saja. Meski begitu aku tetap bahagia. 

Ingatanku melayang. Terbanyang aktivitas yang sudah kulakukan hari ini. Mulai dari mendapatkan kabar darurat yang membuatku merasa shock berat sehingga harus ngebut menulis semalaman suntuk. Semalaman Putri Tidur tak bisa tidur (Hihihi). Ditambah lagi harus menemui beberapa dosen dan amanah lainnya, Aah, terlalu banyak hal yang kulakukan hari ini, meski ada juga yang hanya sekedar harapan palsu. Terima kasih hari yang membuatku lelah.

Bukankah pelangi yang indah akan ada setelah hujan?

HUJAN TERIMA KASIH TELAH MENGHAPUS LELAHKU HARI INI.
      Indonesian Young Festival of Science alias INOVASI. Lomba karya tulis ilmiah yang pertama kuikuti. Bermodalkan semangat dan ilmu keterampilan menulis yang kubilang masih sangat sedikit. Tak perlu muluk-muluk aku tak mengharapkan imbalan dari lomba ini. Iya. Paling tidak aku telah berpartisipasi. Berawal dari informasi yang ku terima dari seorang teman. Hingga jadilah sebuah karya tulis yang siap untuk di kirim ke panitia. 

       Nur Hidayah. Sahabat sekaligus partner ku dalam segala hal. Termasuk dalam mengikuti lomba ini. Suka duka kami lewati bersama mulai dari mengumpulkan bahan tulisan hingga dalam membuat eksperimen-eksperimen sederhana. Bermodalkan pengetahuan menulis yang masih pas-pasan kami tetap semangat menyelesaikan  tulisan kami. Jaman sudah semakin canggih, jadi tanyakan saja pada om Gugel jika ada hal yang kurang dipahami. Itulah yang kami lakukan. 


        Nampaknya hal itu, tak buruk-buruk amat. Alhamdulillah,  jerih payah kami terbayarkan. setelah sekitar 2 minggu kami mengirimkan tulisan itu ke panitia dengan mengejar deadline karena bertepatan hari libur sehingga kami harus beburu JNE yang masih menerima pengiriman paket. Nama kami termasuk dalam 15 besar peserta yang dinyatakan lolos ke tahap selanjutnya. Tahap presentasi di Universitas Hasanuddin Makassar. Wih, perasaanku tak karuan kala itu, antara haru dan bahagia. Rasanya mustahil, apalagi ini adalah pengalaman pertama menulis KTI untuk kompetisi dan langsung bisa lolos ke semi final.

     Yaps. Selama 3 hari kami kami mengikuti kegiatan disana banyak pelajaran yang bisa kami dapatkan. Teman baru, pengetahuan dan semangat baru. Disana kami menemukan sahabat baru. Kusebut mereka sahabat Nusantaraku. Adalah mereka Bayu, Izza, Gilbert, Meliyana Rusanti, Aprilia Fatmawati, Octavian, Ana Fairuza Fajriana, Ulfa Musia Fadillah, Etty Yuliarsih, Nailil Magfirah, Putri Novianti, Nara dan Yanuar mereka adalah mahasiswa dari UNJ Jakarta, UB Malang, UNAIR Surabaya dan UNS Solo. Mereka si LO kece yang selalu menemani kami Azizah alias Cica dan Wiwin dari UNHAS. Sebenarnya masih banyak yang lain namun merekalah yang paling dekat dengan kami. Akrab terjalin dengan baik diantara kami sehingga rasanya begitu dekat. 

Foto bersama Peserta LKTM Inovasi Unhas 2014

Nur Hidayah, Saya, Meliyana, Aisyah, Aprilia (Kiri ke Kanan)

Saya, Ana, Etty, Ulfa, Nur (Awal Pertemuan di Bandara Internasional Hasanuddin Makassar)

      Meski belum bisa meraih juara. Namun, ini adalah prestasi gemilang buat kami. Saya dan Best Partner saya Nur Hidayah. Iya, kami yang masih pemula. Pengalaman ini sekaligus menjadi pengalaman pertama kami dalam melakukan perjalanan jauh bersamaan. Aah, suatu anugrah terindah untuk terus mempererat persahabatan diantara kami. Silahkan ambil hikmah dari setiap perjalanan yang kita lakukan. Dan pastinya jangan pernah takut untuk memulai.

Semangat menjaga Semangat! Semangat Memulai ! :-)


     
Im gonna say "Sorry" for everything
             "Apa yang terjadi?", " Kamu sakit?!", " Kenapa tiba-tiba minta maaf?", "Saya tidak mengerti (*emot bertanya-tanya)". Itulah respon dari beberapa teman ketika ku kirimkan sebuah pesan singkat yang isinya tentang permohonan maaf dariku. Uhuk uhuk, responnya tak usah berlebihan. Hehe. Begitulah respon mereka ketika kukirimkan pesan singkat itu, seolah tiba-tiba saja hujan turun tanpa tanda angin kencang maupun mendung.diawal. Tenang saja kawan, diriku tak mengapa. Saat ini aku hanya ingin melatih diri untuk membiasakan diri meng-Update maaf kepada orang lain. Hal itu mulai kulakukan terhadap orang-orang terdekatku, dengan kalian yang waktuku paling banyak kuhabiskan. Bukan tak mungkin banyak hal ditengah canda dan seriusku terselip kata dan tingkah yang mungkin melukai. Mungkin kalian menampakkan wajah dan sikap yang tabah, tapi siapa tahu ada sakit dalam hati. Jadi, jangan kaget lagi yah jika akan selalu  ku meminta maaf kepada kalian.

         Update maaf, penting buatku. Yaps, status di media sosial saja sering di Update seperti facebook dan twitter, hampir tiap jam terus di Update. Mengapa status butuh di Update? Salah satu jawaban adalah menyelamatkan pertemanan. Sadar atau tidak, sosmed yang jarang di Update bisa membuat teman-teman dumay kita malas berhubungan dengan kita bahkan ada yang tidak tanggung-tanggung untuk Unfriend dari pertemanan. Di Unfried oleh teman dunia maya saja rasanya begitu menggores  hati (:D). Apalagi di unfriend sama teman di dunia nyata, pasti sakitnya akan begitu berlipat-lipat ganda.

         Senyum :) . Maaf memaafkan itu penting. Namun, masih banyak yang gengsi baik meminta maaf maupun memberi maaf. Laahh, bukannya maaf dan memaafkan itu hal yang wajib?. Nah Allah saja maha memaafkan dengan segala kemurahannya. Sebesar apapun kesalahan umatnya pasti diberi maaf, jika benar-benar telah menyesali semua kesalahannya. Lantas kita bagaimana ? Apa yang mau kita sombongkan? Mengapa harus gengsi ? (Jawab masing-masing).Tak bisa dipungkiri bahwa kadang hal itu memang sulit, apalagi kita sebagai manusia yang kurangnya sangat banyak, ada yang pendendam misalnya. Namun, bukan tak mungkin kita lakukan, semua butuh proses dan pembiasaan diri.

      Hahai. Itulah hal yang coba kubiasakan saat ini. Membiasakan diri untuk Update maaf. Jadi, jangan bilang aku sakit lagi kalau tiba-tiba ku  meminta maaf kepada kalian.
Selamat bermaaf-maafan

Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri - Tere Liye
Kegagalan kita untuk memaafkan, kesediaan kita untuk mengakui dendam, adalah penerimaan tentang batas. Setelah itu adalah doa. Pada akhirnya kita akan tahu bahwa kita bukan hakim yang terakhir. … Di ujung sana, Tuhan lebih tahu." Goenawan Mohamad 
Doakan saya agar bisa menembus PIMNAS 29 !! (*Penuh Harap)

       Pimnas Oh Pimnas !! Eh, hehehe. Mungkinkah saya menembus batas menuju Pimnas. Yah, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional yang begitu dinanti dan dirindukan!. Pasti bisa jika Allah menghendaki. Pasti bisa jika mau berusaha. Pacu semangat Naa!.

        Dulu sebelum mengenal pimnas terlebih dahulu saya diperkenalkan dengan PKM. Iya si PKM. Mungkin sebagian diantara teman-teman merasa masih asing dengan PKM olehnya saya akan coba review sedikit tentang PKM. Yah teman-teman, PKM. Program Kreatifitas Mahasiswa, sebuah program yang paling diburu oleh mahasiswa se-Indonesia untuk mendapatkan dana hibah penelitian. Dalam PKM mahasiswa dipacu untuk melahirkan ide-ide kreatif mereka melalui karya yang dibuat dan mendapatkan bantuan dana dari Dirjen Dikti, dari PKM diharapkan akan melahirkan karya-karya kreatif mahasiswa Indonesia sehingga mampu mengatasi masalah-masalah yang sedang terjadi di Indonesia. Muara akhir dari PKM adalah PIMNAS. Di PIMNAS inilah tempat berkumpulnya mahasiswa-mahasiswa Indonesia dengan konsep terbaik.

          Sebenarnya saya tak lebih beruntung dibanding teman-teman. Saya mengenal PKM cukup terlambat tepatnya di tahun pertengahan kuliah. Coba saja kalau saya mengenalnya sejak masih menyandang sebagai mahasiswa baru, saya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik dengan waktu dan kesempatan yang masih terbuka sangat lebar dibanding sekarang. Saya jadi teringat cerita seorang teman saya yang sudah berhasil lolos sampai ke PIMNAS. Muhammad Rajab Fadly, mahasiswa Pend. Bahasa Indonesia, Dia sudah mengenal PKM sejak masih duduk di bangku SMA hingga salah satu motivasinya memilih kuliah di UNTAD adalah untuk bisa ikut PKM. Perjuangannya tidak sia-sia, di tahun 2014 dia berhasil lolos sampai ke PIMNAS 27 yang diadakan di UNDIP Semarang. Salut dengan perjuangannya. Tapi tak apalah, toh rencana indah dari Tuhan untuk saya telah digariskan pun saya berhasil juga menerima dana hibah PKM selama 2 kali berturut-turut (Hehe).

         Sedikit bercerita nih ya, perkenalan saya dengan PKM bermula dari kegiatan P3KTI yang saya ikuti  sekitar 2 tahun lalu yang diselenggarakan oleh BRM FMIPA UNTAD. Disana saya mendapatkan materi tentang bagaimana tata cara menulis karya ilmiah dan materi lainnya (cuma itu yang teringat hingga saat ini). Ketika itu salah seorang pemateri pada seminar itu memperkenalkan PKM, Pak Dr. Unggul namanya. Beliau merupakan salah satu dosen yang memiliki perhatian lebih terhadap PKM sehingga hampir dimanapun selalu saja mengkampanyekan PKM termasuk dalam seminar yang saya ikuti ini. Ternyata beliau juga sangat dekat dengan mahasiswa yang aktif dalam mengikuti PKM. Disana hadir juga salah seorang mahasiswa, Pujiati Sari namanya. Yah, akrabnya dipanggil Kak Puji. Beliau ini adalah mahasiswa yang sudah senior di bidang PKM. Dialah jagonya buktinya sudah 3 kali Ia lolos hingga ke Pimnas. Kak Puji sempat memberikan testimoni tentang PKM. Saya bangga padanya. Saya bangga pada semangatnya. Disitulah awal saya jatuh cinta dengan PKM.

        Ibarat pepatah yang menyatakan dari mata turun ke hati, begitulah yang saya rasakan. Pasca kegiatan itu saya mulai menekuni dan terus memantau perkembangan dunia PKM. Saya mulai mencoba menulis PKM. Awal tahun 2014,  sebagai langkah awal saya menulis proposal PKM-GT yang mengangkat topik  tentang kurikulum baru untuk meningkatkan kualitas perfilman Indonesia. Namun, proposal yang saya masukkan belum berhasil lolos. Ternyata topik yang saya tawarkan belum berhasil mencuri perhatian reviewer. Yah, menurut salah seorang teman saya ini adalah awal yang kurang baik. Tapi tidak bagi saya. Karena diawal saya sudah menekankan untuk tidak berharap lebih dari sini. Semua diniatkan untuk belajar. Tak putus harapan. Saya kembali mencoba menulis PKM. Alhamdulillah, suatu kebahagiaan ketika saya mengetahui bahwa PKM yang saya tulis di danai, ketika itu saya menulis proposal PKM-PE (Penelitian Eksakta) tentang Formulasi Skin Lotion Anti Nyamuk Ekstrak Buah Pare untuk mengurangi Penggunaan Repellent dengan bahan aktif Sintetik. Hasilnya masih belum memuaskan karena belum berhasil menembus PIMNAS. Tak patah arang. Saya kembali menulis lagi dan Alhamdulillah kembali diberi kesempatan untuk bertarung menuju PIMNAS. Ini kesempatan kedua dan saya harus menggunakan sebaik-baiknya.

        Pimnas Oh Pimnas ! Nampaknya saya harus mulai mempersiapkan diri  untuk itu. Mulai perbaiki dari niat. Ini kesempatan terakhir dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mohon dukungan dan doanya yah teman-teman !!. Dibalik itu semua saya tetap percaya apapun hasilnya nanti. Selalu ada rencana indah dari Tuhan yang siap untuk dijalani.

          

 
Kedua kucing kecil yang malang sedang bermain di sekitar api

Kamis 18 Februari 2016. Pukul 17.49 aku tiba di rumah sore itu. Aku dapati My Homates di rumah tengah sibuk dengan laptop dan kertas yang berserakan di samping kiri-kanan dan depan belakangnya. Tanpa pikir panjang aku langsung beranjak ke halaman belakang rumah untuk agenda kerja bakti. Yah aku menyebutnya kerja bakti alias Mendadak Keja Bakti lebih tepatnya. Entahlah, mungkin terlihat sedikit aneh ada orang yang kerja bakti apalagi menjelang magrib dan setelah melaksanakan rutinitas yang begitu melelahkan pastinya.

Namun, hal ini sudah tak asing bagiku, aku sering berbuat demikian alasan utamanya adalah aktivitas yang begitu padat (dipadat-padatkan kali aja :D) sehingga hampir tak ada waktu untuk itu ditambah lagi perasaan malas yang biasanya datang tiba-tiba. Namun tetap saja ada waktu dimana benar-benar semangat itu benar-benar berkobar dan efeknya adalah kerja bakti yang mendadak sesuai mood saat itu. Ini yang alasannya belum kudapatkan. Tapi rasanya mungkin itulah waktu yang tepat untuk mengerjakan semua itu. 

Memang nampaknya halaman sudah menuntut untuk dibersihkan. Seandainya saja bisa berbicara pasti si halaman tersebut sudah berteriak dan mengoceh untuk segera dibersihkan. Ahh, kasihan. Sejenak kupandangi halaman yang begitu kelihatan tak terurus di belakang rumahku. Sampah plastik berserakan dimana-mana ditambah lagi rerumputan yang mulai tumbuh tinggi karena musim hujan kemarin. Rasanya tak perlu berlama-lama memandanginya. Aku langsung beraksi. Aku membersihkan sampah-sampah yang berserakan dan mencabut rumput yang mulai tumbuh subur. Sambil mendengarkan lantunan suara channel radio motivasi dan inspirasi, aku melahap semuanya dengan semangat yang belum padam.Sampah aku pisahkan dan aku kumpulkan disuatu tempat sebelum pada akhirny aku membakar tumpukan sampah tersebut. Aku terus menunggu dan menjaga hingga sampah terbakar habis.

Tiba-tiba terdengar suara "meow, meow, meow,," dari sebuah ruangan  yang ada di belakangku. Tak salah lagi itu pasti suara kucing. Aku menuju ke ruangan tersebut dan membuka pintu. Aku mendapati pemandangan yang aku tahu tepatnya apa nama pemandangan ini. Perasaanku jadi campur aduk.

Ternyata 3 ekor anak kucing tengah terjebak disana. Nampaknya semua kucing-kucing itu baru saja dilahirkan dan ditinggalkan oleh Ibunya entah kemana. Ada 3 ekor  kucing disana, namun 1 kucing sudah mati dan tinggal rangkanya yang tersisa, 2 ekor lainnya nampak sangat lemah dan kekurusan. Saat aku membuka pintu kedua kucing itu langsung menghambur kearahku. Spontan aku langsung menghempaskan kucing itu ke tanah (Maaf yah kucing soalnya saya merasa geli jika memegangmu :X). 

Sedih rasanya melihat keadaan tersebut. Langsung saja saya mengambilkan makanan dan minuman untuk kucing tersebut. Namun, terasa aneh karena kedua kucing tak menyentuh makanan dan minuman yang kuberikan. Entahlah, mungkin kucingnya tidak kelaparan atau mungkin dia lelah. Kedua kucing itu malah mendekat ke perapian dan sesekali mencoba menerobos ke dalam api. Cukup banyak kali kuhindarkan kedua kucing itu dari perapian. Tapi tetap saja menuju ke api yang tengah menyala.

Malang benar nasib kucing tersebut. Semoga saja tidak ada lagi kucing-kucing yang malang seperti itu lagi (Hehehe)
Adik-adik kece Kelompok Garuda
       Jumat tanggal 29 Januari 2016. Kelas mimpi. masih di kelas mimpi. Masih setia dengan tim kece garuda meski hanya sebagai Instruktur Bayangan (Begitulah saya menamakan diri). Masih bertahan dengan anak-anak pulau yang penuh semangat ini. Masih menemani dan memberi pemahaman tentang cita-cita, pentingnya cita-cita dan bagaimana menraih cita-cita dengan cara yang anak-anak. Butuh sedikit menguras pikiran untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak ini tentang profesi-profesi yang bisa jadi akan ditekuni di kemudian hari dengan bermodalkan alat peraga berupa poster. Kami mencoba menjelaskan tugas dan fungsi beberapa profesi yang umum sebelum diakhir kami meminta anak-anak untuk menyebutkan cita-citanya. 

          Nama saya Jupri cita-citaku ingin jadi penyanyi. Spontan kalimat itu terucap dari bibir seorang anak laki-laki bernama Jupri yang tengah duduk di kelas III SDN Butun. Saya langsung memberikan pujian dan dukungan atas cita-cita anak itu. Berbeda dengan Jupri teman-teman kelompok garuda yang lain memiliki cita-cita yang hampir semua sama yah menjadi polisi dan tentara. 

        Saya menanyakan alasan Jupri kenapa ingin jadi penyanyi, jawaban yang Ia sampaikan sungguh diluar dugaan saya. Iya. Ingin menjadi penyanyi terkenal seperti cita-citata. Jawaban ini lantas membuat teman-temannya tertawa lucu. Wajah mereka menyiratkan tengah mendapati kelucuan yang sangat mendalam sehingga butuh waktu sekitar 5 menit untuk kembali menenangkan suasana. Karena ditertawakan oleh temannya maka si kecil Jupri merubah cita-cita menjadi seorang TNI-AL. 

     Nama saya Jupri cita-citaku ingin jadi TNI-AL. Cita-citaku TNI-AL dan Cita-citata (dalam bahasa setempat Cita-citata artinya cita-cita kita bersama) adalah TNI AL dan polisi. Begitulah akhirnya kalimat yang dikeluarkan Jupri hingga memutuskan mengganti cita-citanya. Kreatif !. Sambil tersenyum saya menatap ke arah mereka yang tengah tertawa lepas akibat kelucuan yang diciptakan Jupri. Satu hal terpenting, apapun cita-cita yang kita impikan tak ada yang salah jika semua berujung pada abdi dan kebaikan. Tetap jaga dan gantungkan cita-citanya setinggi langit yah dik. Sampai jumpa di puncak kesuksesan yah polisi dan tentara ciliknya kakak.
      Sebuah pengalaman tak terlupakan hidup selama 3 hari di sebuah pulau nun terpencil di sebuah pulau di daerah kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah. Pulau Kabetan tepatnya di Dusun Bumbung. Dusun Bumbung merupakan salah satu daerah yang bisa dibilang daerah paling tertinggal  dibanding dusun-dusun lain di desa Kabetan. Itulah nama pulaunya, tanpa listrik dan tanpa air bersih. Untuk kebutuhan air bersih sehari-hari mereka harus mengambil air dari pulau seberang. Di pulau kabetan saya bersama rombongan komunitas Rumah Bahari Gemilang disambut hangat oleh anak-anak, warga dan kepala dusun setempat.

     Masih pagi sekali di esok harinya, saya dan rombongan sudah bersiap untuk melaksanakan program ekspedisi pendidikan di kelas jauh SDN Butun Kec. Ogodeide Kab. Tolitoli. Meski rasanya masih ingin beristirahat di pembaringan yang disediakan. Maklum perjalan mnuju pulau ini cukup menguras banyak energi apalagi mereka yang mabuk darat dan mabuk laut, tentunya harus beristirahat lebih. Namun, semua itu terkalahkan oleh agenda ekspedisi yang sudah dirancang sedemikian rupa. Iya, agenda ekspedisi ini salah satunya diisi dengan program mengajar. 

     Sebenarnya untuk ekspedisi kali ini saya tak punya tugas untuk jadi instruktur (sebutan untuk teman-teman tim yang akan mengajar), namun daripada saya nganggur akhirnya saya bergabung menjadi instuktur bayangan di kelompok Garuda, saya mencoba membantu kak Tiwi dan kak Ryan yang waktu itu mereka adalah instuktur tim Garuda. 

Kelompok Garuda (Kiri ke kanan : Chandra, Zukri, Jupri, Mahenra, Zulkifli & Irfan)
        Garuda. Tim kece yang merupakan satu-satunya kelompok yang anggotanya semua laki-laki sehingga butuh sedikit ekstra kerja untuk membimbing dan mengarahkan mereka. Adalah mereka, Chandra, Zukri, Jupri, Mahenra yang lebih senang dipanggil Keke, Irfan dan Zulkifli anggota dari kelompok Garuda. Selama menjadi instruktur bayangan saya sempat memperhatikan dan mencoba membandingkan dengan anak-anak yang lain, Irfan berhasil menarik perhatian saya. Yups, anaknya aktif. Sempat beberapa kali saya melemparkan pertanyaan dan langsung dijawab dengan tepat olehnya. Tak hanya itu, hal lain yang membuat saya tertarik adalah Irfan anak yang cepat tanggap dan patuh. Jadi tak heran ketika ada perintah dari instruktur Irfan yang selalu lebih dulu bergerak.

       Semua tentang cita-cita dan mimpi. Gambaran umum materi kelas belajar hari ini salah satunya adalah tentang mimpi. Saya dan instruktur  lain mencoba membantu adik-adik untuk menemukan mimpinya. Tak disangka ternyata cita-cita mereka yang paling banyak adalah menjadi tentara kemudian polisi. Iseng-iseng saya bertanya adakah  adik-adik yang ingin ke luar negeri ?. Bukan tanpa alasan saya menanyakan hal ini kepada adik-adik. Iya karena saya bercita-cita untuk melanjutkan kuliah di Luar Negeri (berharap dari mereka ada yang cita-citanya sama seperti saya :D ). Tak disangka  banyak yang unjuk tangan. Ketika saya menanyakan jawabannya. Zukri spontan menjawab "saya ingin ke Palu !". Ternyata si kecil Zukri beranggapan bahwa kota Palu itu luar negeri. 

     Saya tersenyum dan berdoa. Semoga saja semangat belajar mereka tetap membara hingga tak ada lagi adik-adik yang beranggapan luar negeri itu adalah Palu. Terima asih dik atas kisahnya. Tetap semangat meraih mimpi.


Newer Posts Older Posts Home

WELCOME ABOARD!

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Makalrambot Lipu (Teringat Kampung Halaman)
    Lagu-lagu daerah Tolitoli cukup banyak yang menceritakan kerinduan seorang perantau terhadap kampung halamannya, termasuk lagu Makalrambot L...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Tinga Kinaaku (Suara hatiku)
    Naah, ini adalah salah satu lagu yang sangat terkenal juga di Tolitoli. Judulnya adalah " Tinga Kinaaku" , atau bisa diartikan seb...
  • LAGU DAERAH TOLITOLI DAN ARTINYA - Lutungan (Patriot Baolan)
    Nah, lagu ini adalah salah satu lagu fenomenal kota Tolitoli karena sering dinyanyikan dalam acara-acara kedaerahan, pun sering juga diperke...
  • 8 Alasan Kenapa Kamu Harus Ikut Event
    Rukmana (Delegasi Sulawesi Tengah) di  Indonesian Culture and Nationalism 2015 - Galeri Nasional Indonesia - Jakarta Pemuda dan mah...
  • Kata Kerja Transitif dan Intransitif, Apa Bedanya ?
    Materi Grammar atau aturan penulisan adalah salah satu materi utama dalam belajar bahasa Inggris. Materi verb atau kata kerja pada bagian...
  • CERITA LPDP : Jadi, sebenarnya begini...
    Pada hari itu, Selasa, 14 Agustus 2019, hanya ada perasaan sangat puas ketika keluar dari ruang wawancara 1 yang kata kebanyakan orang...
  • FORUM KAJIAN MUSLIMAH DI KAMPUNG INGGRIS
    Kesulitan Menemukan Forum-Forum Kajian Muslimah adalah salah satu hal yang sering dirasakan oleh sebagian besar orang ketika berada di kamp...
  • CERITA LPDP : Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat, Bebas Narkoba dan Bebas TBC di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare Kediri (64212)
    Salah satu dari beberapa hal penting yang harus disiapkan dalam proses pendaftaran beasiswa LPDP, khususnya untuk tahap awal atau tahap SE...
  • Teman Seperjalanan
    Keberanian bukanlah tentang menghilangkan rasa takut. Tapi keberanian adalah ketika kita tetap melangkah, meski hati penuh keraguan, meski s...
  • SHARING AWARDEE : Persiapan Seleksi Wawancara LPDP bersama Kak RH. Andriansyah #1
    Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh.. Hey, you all, scholarship hunters, LPDP fighters.. Untuk apply sebuah beasiswa adalah se...

Categories

Beasiswa 6 Catatan 39 Cerita Saya 38 English Article 2 Kampung Inggris Pare 16 Pojok Umum 33 Refleksi 22 Tentang Toli-toli 8

Blog Archive

  • ►  2025 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (3)
    • ►  May (3)
  • ►  2022 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (7)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2018 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (32)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
  • ▼  2016 (16)
    • ▼  November (1)
      • 4 ALASAN ORANG YANG SUKA MEMAKAI ATRIBUT IDENTITAS
    • ►  October (1)
      • (POHON ASAM) TAK SEPERTI KATA PAK GURU
    • ►  September (2)
      • (BUKAN) HANTU MOIAN
      • 3 ALASAN UTAMA KENAPA MUSLIMAH HARUS BISA MENGENDA...
    • ►  August (2)
      • MALANG KOTA TAK TERLUPAKAN (BAGIAN I)
      • 10 HAL YANG HARUS DILAKUKAN MAHASISWA RANTAU
    • ►  July (3)
      • BE YOUR SELF !
      • TENTANG USIA BARU
      • AKAN KULANJUTKAN
    • ►  June (1)
      • KALA HUJAN
    • ►  April (1)
      • CATATAN UNTUK INDONESIAN YOUNG FESTIVAL OF SCIENCE
    • ►  March (1)
      • MENJAGA HUBUNGAN DENGAN MEMINTA MAAF
    • ►  February (4)
      • PIMNAS OH PIMNAS
      • KUCING YANG MALANG
      • CITA-CITAKU DAN CITA-CITATA
      • LUAR NEGERI ITU PALU
  • ►  2015 (24)
    • ►  December (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  August (1)

Total Pageviews

Contact Form

Name

Email *

Message *

Featured Post

Memaafkan atau dimaafkan bukanlah perihal mana yang lebih baik. Keduanya adalah dua hal yang sama-sama membutuhkan keikhlasan. Kita dilatih ...

rukmana.rs

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates